[Third POV]
[Name] dan Sealand kembali menyusuri hutan lebat. Ceritanya, mereka akan menjemput 'Negara yang Berpengalaman'.
"Memangnya 'negara yang berpengalaman' itu siapa, sih?" tanya [Name] penasaran.
Sealand menyeringai. "Yah, pokoknya dia itu negara yang berpengalaman dalam membesarkan negara-negara baru," katanya semakin membuat [Name] penasaran.
"Apa dia Rusia?" tanya [Name].
Wajah Sealand mendadak pucat.
"B-bukan. Lagipula kau tidak akan mau dibesarkan oleh Rusia."
"Aku mau, kok. Kekuatan militer Rusia itu 'kan yang paling kuat di dunia. Aku cuma punya bambu runcing, sih, makanya aku pengen punya senjata militer yang kuat!" kata [Name] dengan antusias.
Sealand tak mengerti jalan pikiran gadis ini. Sebelumnya dia bilang tak mau memikirkan hal-hal berbau politik, tapi di sisi lain dia ingin kekuatan militer. Perempuan memang sulit dimengerti.
Sealand baru saja ingin berkata sesuatu, tapi terpotong oleh suara jeritan seseorang. Suaranya terdengar seperti seorang lelaki yang menjerit seperti perempuan.
"Sepertinya 'negara yang berpengalaman' itu sudah datang. Ayo, Kak!" [Name] segera berlari, diikuti oleh Sealand dari belakang.
'Sepertinya 'dia' juga disambut dengan cara itu. Kasihan...,' batin Sealand.
-----@-----
Setelah sampai di asal suara jeritan tadi, [Name] dan Sealand mendapati dua orang pria dewasa yang berambut pirang. Seorang dengan alis tebal terperangkap oleh jaring—persis seperti Sealand saat pertama kali datang. Dan seorang lagi yang berambut gelombang sebahu sedang tertawa terpingkal-pingkal.
Sealand dan [Name] saling pandang.
"Lho? Kakak memangnya manggil dua orang?"
Sealand menggeleng.
"Enggak, kok. Aku cuma manggil Inggris doang. Kak Prancis mungkin ke sini setelah lihat berita di TV?"
"Bloody hell! Sealand! Apa-apaan ini?! Kau berniat menjailiku, ya?!" jerit Inggris menarik perhatian kedua negara muda itu.
Si pemilik alis tebal terus meronta di dalam jaring sambil terus memaki. Lelaki di sampingnya malah tertawa semakin keras.
"Honhonhon~ negara yang sudah menjajah setengah dunia ternyata bisa terperangkap dalam jebakan anak-anak! Honhonhon!~"
Perempatan imajiner muncul di kening Inggris. Sedang susah begini, si Wajah Kodok malah terus menertawainya.
"Shut up, frog!"
[Name] mengeluarkan pisau—yang dia dapat entah dari mana—dan memotong tali yang terikat di pohon, melepaskan Inggris dari jaring perangkap sekaligus membuat bokong mulusnya mencium tanah.
Inggris segera berdiri dan membersihkan pakaiannya dari tanah berlumpur. Kedua alis tebalnya berkedut. Ia mendekati Sealand dan mulai mengomelinya.
"Jangan meneleponku jika kau hanya ingin mengerjaiku! Apalagi sampai memintaku pergi sejauh ini! Blablabla."
Sealand tak berdaya melawan amarah Inggris. Ia hanya terdiam ketakutan sambil menahan pipis di celana.
"T-tunggu! Kak Peter tidak salah! Aku yang memasang perangkap itu!" ucap [Name] membela Sealand.
Inggris kemudian berhenti mengomel dan beralih pada [Name].
"Ah, begitukah? Maafkan atas tindakanku tadi, Love."
Inggris tersenyum lembut bak seorang gentleman. Imej garangnya tadi seketika menghilang.
"Jadi, kaulah personifikasi dari Wkwkland? Aku adalah personifikasi dari Britania Raya, kau bisa memanggilku Inggris."
"Halo, Tuan Inggris. Namaku [Name]."
Gadis kecil itu tersenyum manis. Sangat manis sampai membuat Inggris terkena serangan jantung.
Lalu dengan polosnya [Name] bertanya, "jadi kau yang akan jadi papaku?"
'P-papa?!' Σ>―(〃°ω°〃)♡→
"Y-ya, aku yang akan merawatmu mulai sekarang. J-jadi tidak apa-apa kalau kau menganggapku begitu, kurasa...."
Inggris memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. Sebenarnya ia amat senang dengan panggilan 'papa'. Tapi, gengsi sudah jadi sifat dominannya. Padahal kalau tak ada orang, dia pasti sedang loncat kegirangan sekarang.
Personifikasi negara Prancis kini mendekati [Name].
"Non, non, ma chérie. Lebih baik Kak Prancis saja yang merawatmu~" tawar Perancis sambil berkedip genit.
[Name] bergidik ngeri.
"Hey, git! Aku yang datang duluan ke sini!" protes Inggris.
"Honhon~ Walau begitu, [Name] tak mungkin memilih orang yang mudah terkena jebakan sepertimu, bukan? Honhonhon~" ejek Prancis.
"Itu tak ada hubungannya, you bloody wanker! Dari awal, Sealand yang memintaku untuk merawatnya!"
"Non, non, mon cher ami~ [Name] itu perempuan dan dia lebih layak dirawat oleh Kakak yang pengertian, seperti aku. Honhonhon~"
"Justru [Name] tak boleh dekat-dekat dengan pedofil sepertimu!"
Inggris dan Prancis terus berdebat tentang siapa yang akan merawat [Name]. Sealand sebagai yang (diragukan) paling netral di sini berusaha menengahi.
"Bagaimana kalau kita biarkan [Name] saja yang memilih?"
Kedua negara besar itu langsung setuju.
"Baiklah, Love. Siapa yang akan kau pilih? Aku atau–"
"–Kakak Prancis yang tampan ini?~"
[Name] menaruh dagu di tangan, berpikir. Gadis itu jarang memakai otaknya, tapi hanya untuk kali ini ia gunakan. Jika memilih Inggris, kemungkinan besar [Name] akan dijadikan buruh kerja rodi (dilihat dari tampangnya yang seperti tirani). Kalau Prancis, yah... dia itu pedofil.
Akhirnya, sebuah ide brilian terlintas di benak [Name].
"Aku akan memberi kalian tantangan. Yang berhasil membuatku puas akan menjadi papaku!" tegas [Name] sambil mengacungkan jari telunjuknya.
Inggris dan Prancis saling bertukar pandangan, lalu mengangguk—tanda siap dengan apapun tantangan dari personifikasi Wkwkland itu.
Tantangan yang [Name] berikan adalah....
"Kalian harus memasak untukku!"
-to be continue-
A/n:
Wah tantangan masak, nih. Siapa yang bakal menang, ya?Eh? Terlalu jelas? Kita lihat saja nanti, Ferguso~ Honhonhon~ //ketularan Prancis
Salam santuy~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rise of Wkwkland (Country! Reader) - Hetalia fanfiction
FanfictionWkwkland adalah sebuah pulau yang luasnya setara dengan seperempat pulau Jawa. Terletak di Asia Tenggara, tetapi tak ada satu pun dari tetangganya yang mengenalnya kecuali kakaknya, Indonesia. Namun, karena sering dibully dan dikucilkan oleh provins...