Remember The Moment.

21 5 0
                                    

Kehidupan terus berjalan, Izka melewati hari-harinya seperti biasa, bangun pagi untuk bersiap memulai kelas tambahan. Awalnya ia sangat malas untuk mengikuti program tambahan itu, tapi berkat sanksi sekolah yang berupa membawa tanaman ke sekolah jika membolos kelas tambahan ia pun enggan untuk membolos lagi.

'Busett, kalo kaya gini sanksinya gue kaga mau lah, yakali berangkat sekolah dijalan sambil bawa tanaman kan malu, lagian gue engga ada duit buat beli tanaman, kas aja nunggak kok mau beli tanaman"

'Eh, tapi dia pernah bolos tambahan engga sih??'

Karena kelas yang digunakan Izka pada waktu tambahan berada dilantai dasar dan berdekatan dengan tangga yang selalu dia lewati, jadi Izka bisa melihat sosok spesial dari samping kelas ketika berangkat tambahan.

'Sekalian cuci mata hihi biar seger'

Izka selalu berangkat lebih awal darinya, kurang lebih sekitar sepuluh sampai lima belas menit lebih awal. Atau mungkin..bisa saja mereka berdua sampai di depan lapangan di jam yang sama.

Tetapi jika di hari biasa sebelum ada kelas tambahan, Izka lebih suka jika berangkat kesekolah lebih siang biar bisa bareng si doi. Tapi itu tidak efektif karena jarak dari rumah Izka ke sekolah cukup jauh, belum lagi jalanan yang ramai dan macet, jadi ia harus berangkat ke sekolah lebih pagi.

***
Selasa, April 2019

Hari ini adalah hari ke dua dimana Izka melaksanakan Ujian Nasional dengan mata pelajaran matematika di sekolahannya. Semua siswa kelas Vll dan Vlll di liburkan agar tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan Ujian disekolah.

Ketika Izka baru saja mengeklik tombol mulai..dan..yup langsung pucat. Walau sulit Izka tetap mengerjakan soal sebisa mungkin. Dari nomer ke nomer, Izka mencoba mengerjakannya sendiri, walaupun beberapa soal menurutnya sulit. Oh wait, karena semua soalnya itu soal Hots jadi harus lebih teliti dan juga lebih sulit, hampir semua sulit menurut Izka.

Izka mencoba melihat sekelilingnya, melihat teman-temannya yang sedang khusyuk menghitung.

"waktu tinggal sepuluh menit" ujar pengawas.

"aagghh gue belom selesee.." teriak salah satu murid.

"aduhh..gimana nii gue belom selesai mana masi banyak lagi, aduhh yaallah gatau ahh gue mo nangis aja huhu" Ujar Izka mulai panik.

Karena sisa soal yang dikerjakan Izka masih banyak, ia pun mulai mengeluarkan rumus yang entah dari mana ia dapatkan itu. Beberapa murid lain ada yang menangis karena belum menyelesaikan soal ujian dan sisanya berteriak heboh karena belum selesai juga. Suasana ruang ujian pun menjadi riuh. Lalu, bagaimana dengan Izka?
Ya..dia keep smiling with tears flowing. Haha.

Setelah ujian matematika selesai, Izka pun keluar dari ruangan ujian dengan mata yang sudah sembab.

"Udah, udah matematikanya dah lewat udah cup cup.." ucap salah satu teman Izka.

"Gue ngasal banyak banget bego"

"Berapa lu ngasal nya?"

"HUAAA KAGA TAU GUE NGASAL 10 ADA MUNGKIN" Ucap Izka yang tangisnya mulai pecah.

"Yaallah gini banget temen gue".

"Entar kalo nilai gue jelek gimana cuy??".

"Kaga kaga, mana tau yang lu jawab itu jawaban bener semua" Ucap teman Izka untuk meyakinkan bahwa jawaban yang dipilih Izka akan benar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Hold OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang