Sunday Bacteria

24 2 0
                                    

Satu kata untuk hari Minggu. Bebas!

Ya! Tak peduli ada job atau tidak, orang orang akan tetap menyebutnya hari bebas.

Entah mengapa, jika sampai pada hari Minggu, bawaannya relax. Iya nggak sih? Sampai sampai ada yang men-schedule untuk berebah sehari penuh. Gila!

Minggu punya banyak rahasia, punya banyak peristiwa. Penciptaan alam semesta yang katanya mendasari dengan teori Bigbang, diciptakan pada hari Minggu. Penciptaan bintang, neraka, tujuh laut, atau peristiwa Minggu Berdarah di Rusia terjadi pada hari Minggu. Dan tentu peristiwa tersebut tidak asing bukan diperdengaran orang?

Termasuk  kejadian ku pada hari ini. Mungkin tidak ada apa apanya dengan kejadian diatas, tapi bagi aku ada apanya. Semua kisah merupakan cerita, bukannya begitu?

"Buruan Jo!" teriakku pada Sijo, salah satu teman asramaku.

Kami akan melakukan rutinitas lari pagi pada hari Minggu di penutupan jalan, Sunday Morning.

Baru mendapat putaran lima kali, kami sudah merasa lelah. Mungkin karena tenaga kita terkuras di perjalanan asrama menuju sunmorn.

"Al, beli air yuk! Haus gue." Ajak Sijo yang langsung menarik tanganku.

Aku iyakan saja, karena setelah berlari, ion kita akan berkurang dan perlu diisi kembali.

Sambil menunggu Sijo membeli es, aku membuka kamera. Memotret sisi kanan kiri alun alun. Di jepretan keempat, tepat di arah jam sembilan, aku menemukan seseorang yang aku kenal.

Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan dengan orang itu. Hanya saja, ketika diri ini berusaha untuk menghindar dan tiba tiba ia datang kembali, bukannya merusak planning yang kita buat untuk melupakannya?

Aku tidak tau persis gimana kejadiannya, orang itu berada di kawasan jalanku setelah Sijo selesai membeli es. Pandangan kami bertemu, dia tersenyum.

Lama tidak berjumpa, ia datang seolah tidak ada apa apa.

Memang kami hanyalah teman kecil pada umumnya. Tapi setelah itu, ada hubungan baru yang membuat kita senang satu sama lainnya.

Katanya remaja, itu kasmaran.

Karena dulu kita satu jurusan, aku yang nggak ada apa apanya ini selalu meminta bantuannya. Dan kami nggak tau dari mana awal mula perasaan itu. Tau taunya kita sadar, kita menginginkan lebih dari sekedar teman.

Pernah suatu kali kita mengerjakan tugas bersama, tentang penelitian. Kali itu kita harus meneliti virus dan bakteri yang ada dalam tubuh manusia.

"Oke, beres!" Dallas berseru kegirangan. Soal mengerjakan sesuatu, ia mengerjakan seolah tidak ada beban.

Aku menguap, "Jadi aku harus ngapain kalau semua tugas dikerjain kamu?"

Ia tersenyum, "Kamu yang presentasi aja ya?"

Aku membelalakkan mata. Seketika itu juga kantukku hilang, "Gila! Aku bakal nerangin apa, Las?"

"Yah sesuai tema aja. Virus dan bakteri. Nanti aku kasih materinya, kamu pelajari ya. Gampang kok, tenang aja." Ia menunjukkan hasil penelitiannya, " Jumlah bakteri penghuni manusia sepuluh kali lebih banyak dibanding jumlah sel penyusun tubuh. Semisal di diri kamu ada seratus triliyun sel tubuh, maka di diri kamu juga ada seratus triliyun bakteri. Paham kan?"

Aku melotot kejam, apa orang ini lupa ya dengan otakku yang sangat rata rata? Tapi ia hanya tertawa dan memukul pundak ku pelan sambil berkata, "Alma kan serba paham!"

Lalu kami tertawa bersama.

Setelah itu, beberapa hari kami tidak bertemu lantaran Dallas ada project penelitian bersama sekolah. Bertemu lagi setelah ia pulang dan langsung menghampiriku ke rumah. Katanya, "Jika ada sepuluh triliyun penyusun sel tubuh dalam diri manusia, maka itu adalah cinta. Dan jika ada seratus triliyun bakteri di dalamnya, maka itu adalah rindu. "

"Udah sih ah, baru balik juga. Kamu itu cape, istirahat aja Las. Jangan malah presentasi!"

Ia tertawa, "Aku sekarang sakit Al. Kamu ngusir gitu? Aku lagi kena virus ini."

Aku menempelkan tangan kananku pada keningnya. Tidak ada yang bermasalah. "Virus apaan? Udah, jangan kebanyakan bohong!"

"Kamu." Ia menatapku. "Kamu nularin virus itu, sampai bikin aku sakit begini."

Aku tambah tidak mengerti dengan maksudnya. Dan ia juga tidak memberikan kesempatan padaku untuk berbicara, ia melanjutkan perkataannya. "Kamu lupa ya presentasi kemarin? Jika seseorang sakit, maka yang menyerang adalah virus, bukan bakteri. Karena sejatinya bakteri hanya sepuluh persen yang menyebabkan sakit."

"Nah, hubungannya sama aku apa? Kamu mau komen tentang presentasi ku nggak bener gitu?" Tanyaku sewot. Dia mengerti nggak sih, baru pulang udah bawa bawa materi!

Ia tertawa kecil, menangkup sebelah pipiku. "Alma, jika aku sel tubuh, maka rindu adalah bakterinya. Dan kamu menyerang pertahanan ku dan rindu hingga buat aku sakit. Kejam ya? Kamu serang aku dengan rindu tiap hari."

Aku mencubit perutnya gemas, "aku kira apaan!"

Kami tertawa lepas

Sekarang ia hadir setelah aku bersusah payah melupakannya. Setelah dengan ringannya mengucapkan perpisahan karena ia mencintai dia yang lain. Setelah memutuskan hubungan karena dia telah memiliki yang lain.  Masalah sepele ya?

Aku menggeleng sadar, seharusnya aku tidak memikirkan hal hal itu. Buat susah saja!

Akhirnya aku dengan acuh berjalan melewatinya. Aku kira dia akan biasa biasa saja, tapi salah! Ia menarik tanganku dan berkata, "Kamu masih tetap jadi virus ya?"

Digombalin sama yang brengsek itu, sakit rasanya.

Antologi CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang