SUNGAI DESA

2.1K 45 4
                                    

Mau berbagi kisah nyata ku

Hari ini cukup menyeramkan untukku.
Sore ini aku harus pergi ke rumah rekan kerjaku yang berada di desa lain, karena ada barang yang harus di ambil.
"Kak, gak bisa besok?" Tanyaku berharap.
"Gak dek, besok jam 2 pagi kakak mau pergi ke Bali"
"Huff, ya udah deh kak, aku ambil sekarang aja deh barang nya" ucapku pasrah.
Saat ku lirik jam menunjukkan pukul 05.45 pm
Ini sudah hampir Maghrib
Aku sebenarnya takut untuk pergi namun namanya urusan pekerjaan harus aku jalani.
Aku segera siap siap,
Desaku ini terpencil jarak desaku berjarak 5km dengan desa lainnya.
Jadi sudah dapat kupastikan nanti di jalan pasti akan sepi banget apalagi jalan nya di sekitar hutan gitu.
Sebagai anak perempuan tentu saja mama melarang tapi kalau pekerjaan sudah jadi tanggung jawab.
Ku minta mama mendoakan ku saja semoga gak ada halangan si jalan nanti.
"Bismillah" aku pun pergi menggunakan motor kesayangan ku.
Seperti dugaan ku jalanan sepi walau ada beberapa orang yang pulang dari lahan nya menuju desa.
Satu jam perjalanan ku tempuh melalui jalanan becek yang sedikit berlumpur, tak jarang aku harus menurunkan kedua kaki ku agar tak terjatuh dari motor ketika melewati jalanan yang licin. Aku pergi ketika orang orang desa aakn pulang ke rumah mereka masing-masing. Rasanya aku hanya seorang diri yang akan keluar desa di sore hari begini, bahkan menjelang malam. Apa aku berani jika pulang di saat malam tiba? Pasti sangat menyeramkan di sini, aku terus bergumam sembari memikirkan berbagai macam hal yang menakutkan jika ada sesuatu terjadi padaku.
"Ah, semoga saja tidak. Aku harus meminta tolong pada siapa jika sudah malam. Sudahlah, bismilah tak akan ada apa-apa," gumamku seorang diri.
Tak berapa lama setelah sampai di desa tetangga, dan setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya aku sampai di rumah orang yang aku tuju. Ia tengah bersiap dengan barang bawaannya besok untuk ke Bali karena adanya urusan pekerjaan. Aku segera meminta izin dan berpamitan pulang setelah berterima kasih. Mereka menyuruhku untuk untuk berlama-lama di sana. Akan tetapi, aku tak bisa karena hari sudah semakin malam, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, aku harus bergegas pulang atau jalanan akan semakin menyeramkan.
Tak lama, aku pun segera menaiki motor kesayangan untuk kembali mengarungi jalanan yang akan terlihat menyeramkan di malam hari begini. Takut? Tentu, siapa yang tidak takut berada di jalan sendirian yang hanya bermodalkan lampu motor tanpa adanya lampu penerangan jalanan Karana jalanan ini adalah jalan desa yang terdapat di pedalaman.
Di jalan sangat gelap karena belum ada penerangan.
Aku takut, tapi aku berusaha memberanikan diri dan terus menatap jalan.
Aku berusaha memikirkan hal yang menyenangkan untuk menghilang kan rasa takutku.
Kalian tau kan rasanya seperti ada yang mengawasi, namun aku tak berani menoleh kesana-kemari untuk mencari apa yang mengawasi ku. Angin berembus kencang hingga menimbulkan suara deru yang terdengar begitu menyeramkan. Sontak saja hal itu membuat buku kuduk meremang secara tiba-tiba. Ah, andai ada seseorang yang menemaniku malam ini, mungkin aku tak akan setakut ini.
Aku lebih memilih untuk terus fokus ke jalan agar tak Sampai terperosok ke dalam parit yang jaraknya hanya beberapa jengkal dari ban motorku.
Sudah setengah jalan kini jalanan ini benar benar sepi Hanya suara binatang malam.
Ku percepat laju motor ku
Aku harus cepat sampai rumah, pikirku, sebelum bertemu dengan sesuatu yang akan membuat diriku kejang-kejang atau bahkan terkena serangan jantung secara tiba-tiba.
Angin berhembus cukup kencang dan tentu saja hawa dingin menusuk tulang.
Kini aku Sampai di sungai jembatan nya sudah roboh jadi aku harus melewati sungai dengan air kecil ini tapi jalannya cukup curam.
Aku harus berhati hati, pikirku
Licin, motorku terpeleset namun beruntung aku masih bisa menahannya agar tidak jatuh.
Saat menanjak angin malah berhembus kencang, hingga aku pun menggigil kedinginan, rasanya udara begitu menusuk tulang terdalam.
Namun anehnya motorku tiba tiba mati dan terpeleset seperti ada yang mendorong dari arah samping hingga akhirnya aku jatuh ke arah kiri tepat ke dalam air yang mengalir tetapi alirannya tak deras.
"Aw, sakit banget," rintihku kesakitan saat merasakan tubuh ini terasa perih dan juga sakit di siku dan bahu. Tubuhku basah kuyup, aku pun menyeka air yang membuat rambut panjang menutupi rambutku berantakan.
Perih, badan ku terluka. Gelap, semuanya gelap, aku tak bisa melihat apa pun, sedangkan motor ku mati jadi tak ada penerangan apa pun.
Huff, sebenarnya di samping sungai ini ada kuburan desa dan tentu saja tempat ini terkenal angker.
Aku mulai ketakutan, kakiku sakit seperti tak bisa bergerak
Namun aku paksakan karena rasa sakit ku Teredam oleh rasa takutku.
Aku terus merafal kan ayat ayat pendek .
Saat aku memandang ke atas jalan yang curam seperti ada sesuatu yang putih berada di ujung jalan.
Aku langsung mengalihkan pandangan ku, aku takut, aku takut jika itu adalah mahluk yang kata orang sini suka nampakin diri.
Sekelebat bayangan melewati ku dengan kencang.
Aku mulai menangis ketakutan.
Ku coba mencari hp ku di saku celana
Namun apes hp ku basah akibat terendam air sungai.
Aku ingin berteriak minta tolong namun ketakutan ku seperti melenyapkan suaraku.
Ketakutan sudah menguasai ku, rasanya seperti tak bisa bergerak.
Aku merinding, pikiran ku mulai kacau.
Tempat yang gelap yang hanya di sinari cahaya bulan.
Sebuah cahaya muncul dari jalan dan semakin mendekat.
Sebuah mobil pickup mendekati sungai ini.
Cahaya itu membuat ku silau.
Mobil nya berhenti mungkin karena dia melihatku ada di pinggir sungai dengan keadaan basah dan motor yang sudah terjatuh.
Seorang turun dari mobil itu.
Ia mendekatiku
"Kamu kenapa?" Tanyanya mendekat.
"Saya jatuh pak" ucapku di sela tangisku
"Loh, Riya? Anaknya pak Isa?" Tanyanya lagi
"Iya pak"
"Astaga nak, kamu kok sendirian gini"
Aku pun di bantu berdiri dan berjalan menuju atas jalan keluar dari sungai ini.
"Ini parah nak, bapak bawa kamu ke puskesmas ya?"
Aku hanya mengangguk, air mataku masih saja menetes, ketakutan ku masih belum hilang
Rasanya masih ada yang mengawasi ku.
"Bapak ambil mobil bapak dulu"
Bapak itu pun kembali ke sungai untuk menyebrang kan mobilnya.
Aku pun di antar oleh nya ke puskesmas dan memberi tahu ke dua orang tuaku.
Aku masih trauma untuk pergi di saat hari mulai gelap hingga saat ini.
*End

KUMPULAN CERPEN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang