Keputusan Ayah

21 3 2
                                    


Sore itu seorang gadis berumur kurang lebih 18 tahun tengah bermain kejar-kejaran di halaman depan rumahnya bersama dengan adiknya yang masih berusia 11 tahun.Ketika sesekali mereka lelah mereka akan duduk di ayunan yang ada di sana sambil menceritakan seperti apa sekolah mereka masing-masing.

"Kak Arum..udaahh..Rara capek..duduk dulu yaahh..?" Pinta Rara dengan napas ngos-ngossan,gadis berusia 11 tahun itu nampak kelelahan karena berlarian dari tadi dengan kakaknya.

"Hhh..hah..iya deh,kita duduk dulu kakak juga capek,ngejar kamu terus..hehe," Jawab Arum,kakak Rara yang berumur kurang lebih 18 tahun itu dengan keringat yang bercucuran.

"Capek ya Ra?" Tanya Arum lagi.

"Iya kak..abisnyaa..kakak siiihhh..ngejar Rara teruss,kan capek jadinyaaa," Kesal Rara sembari menetralkan pernapasannya.

"Iihhh..gimana sih,kan Rara yang ngajak main tadi,malah Rara sendiri yang marahin kakak..emang Raranya yang gampang capek itu," Jawab Arum lagi sembari terkekeh melihat adiknya yang memajukan bibirnya beberapa senti.

"Iyaa deehh..apa kata kakak," Jawab Rara lagi.

"Udah jangan ngambek gitu..kakak mau tanya niih..boleh nggak?" Tanya Arum kemudian.

"Tanya apa?" Kata Rara menjawab.

"Liburan kamu itu masih lama kan?hari masuknya juga sama kayak kakak..iya kan Ra?" Tanya Arum lagi.

"Iya kak..emang kenapa?" Tanya Rara kepo.

"Asik dong nii..hihi," Jawab Arum sambil tertawa jahil.

"Apaan sih kak..kasih taauu doongg.." Pinta Rara dengan sungguh-sungguh.

"Nggak papa..kamu kepo iihh," Jawab Arum,dan seketika itu bibir Rara kembali dikerucutkan hingga membuat Arum tertawa lagi.

"Kakak nyebeliiinn..huh.." Kata Rara lagi sambil mengayunkan ayunannya.

"Udahlah..sana mandi..kamu bau keringet tauuu," Kata Arum sambil menjepit hidungnya.

"Iyaa..ini Rara baru mau pergi mandi..emangnya kakak..jarang mandi?" Detik itu juga Rara beranjak dari ayunannya dan berlari masuk ke dalam rumah sambil tertawa keras melihat reaksi marah kakaknya.

"Heehh..aku selalu rajin mandi ya Raa.." Kata Arum kemudian menyusul masuk ke dalam rumah.

Ketika malam tiba,keluarga Arum selalu melaksanakan kegiatan yang sama,tepatnya setelah habis maghrib mereka akan makan malam bersama,diikuti Ayah,Bunda,Rara dan Arum sendiri.Keluarga mereka terlihat harmonis dan biasa-biasa saja pada awalnya,namun semenjak Abdi dan Lisa,yang tak lain adalah nama kedua orang tua Arum itu sering pulang sore atau bahkan larut malam hanya karena bisnis membuat hubungan di keluarga itu sedikit renggang dan tak jarang mulai terjadi percekcokan antara Ayah dan Bunda Arum.
Hal ini kadang membuat Arum jengkel,dia selalu menutup kamar lalu menyubal telinganya dengan headset dan mengeraskan volume handphonenya,sedangkan Rara,walaupun masih kecil gadis itu termasuk cerdas dan pintar,dimana setiap orang tuanya terlihat bertengkar dia akan menyibukkan diri seperti membaca buku,menonton tv dengan volume yang keras,bahkan jika sudah sangat kesal,dia akan nekat membanting apapun yang ada di dekatnya hingga membuat pertengkaran kedua orang tuanya berhentu bertengkar dan terfokus padanya.

Hingga akhirnya di malam itu Abdi yang baru pulang bekerja langsung duduk di kursi makan dan makan dengan tenang dan sunyi,tidak ada satu pun dari mereka yang memulai percakapan,Lisa pun tidak,mereka memilih makan dalam kesunyian hingga akhirnya Abdi berdehem dan memulai pembicaraan.

"Ekhem..Ayah mau ngasih tau sesuatu,bisakan makannya berhenti dulu?" Tanya Abdi dengan lembut.
Seketika itu suara denting sendok dan garpu tak lagi terdengar,dan kini 3 pasang mata tertuju padanya.

Knock-KnockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang