Taehyung accident

2.4K 246 92
                                    

Matahari kini sudah berganti dengan bulan beserta pasukannya. Malam ini keluarga Kim--minus Taehyung sedang berkumpul diruang makan.

Kim Jimin. Sadari tadi dia hanya mengaduk-aduk makanan tanpa ada niat untuk memakannya. Pikirannya terus tertuju pada adiknya, Taehyung yang belum ada kabar sampai sekarang.

Tadi saat pulang sekolah, Baekhyun menitipkan tas Taehyung padanya. Tentu saja hal itu membuat Jimin mengkerutkan keningnya. Kemudian saat Jimin bertanya, Baekhyun bilang Taehyung ada urusan dengan Kakaknya jadi dia izin.

Tapi siapa yang dimaksud Baekhyun? Apakah Seok-jin? Itu tidak mungkin, Mengingat kakak sulungnya itu super sibuk dengan perusahaan ayahnya. Namjoon? Itu juga tidak mungkin, dia juga sama sibuknya seperti Seok-jin, mengurus perusahaan ayahnya. Hoseok? Tidak mungkin juga, karena dia sibuk menyelesaikan skripsi. Belum lagi kenyataan bahwa mereka tidak akrab dengan Taehyung, membuat Jimin khawatir.

"Taehyung, Neo odieseo? Bogosipeo... aku khawatir padamu, cepat pulang kerumah, jeball" Jimin terus saja berucap dalam hati.

"Jim, kau kenapa? Seok-jin hyung, kau juga kenapa?" Tanya Hoseok saat menyadari adik dan kakaknya tidak begitu fokus dengan makanan mereka.

Seok-jin tersadar dari lamunannya, dirinya lalu memberikan atensi pada adiknya yang sempat menyebut namanya.

Sedangkan Jimin, sepertinya dirinya tidak terusik dengan suara Hoseok yang sempat memanggil namanya. Pikirannya masih fokus dengan Taehyung.

"Yaa? Kenapa Hoseok? Tadi kau bicara apa?" Tanya Seok-jin. Hoseok menghela napas.

"Kau kenapa? Kenapa hyung melamun tadi?" Tanya Hoseok.

Seok-jin menghela napas panjang sebelum kembali membuka suara. "Taehyung.. dia belum pulang, padahal ini sudah malam." Jawab Seok-jin khawatir.

Hoseok memutar bola matanya. "Dia lagi, dia lagi. Bosen dengernya. Lagian kenapa anak kayak begitu harus dikhawatirin 'sih hyung? Anak kayak begitu itu ga pantes dikhawatirin, ntar malah besar kepala. Justru seharusnya kita senang kalau anak sialan itu tidak pulang. Rumah kita akan tenang jika dia tidak ada." Ucap Hoseok sembari mengunyah makanannya.

Seok-jin menatap Hoseok tidak suka. "Hoseok, kenapa kau begitu membenci Taehyung? Apa Taehyung pernah menyakitimu? Tidak 'kan? Lalu kenapa kau seperti tidak menginginkannya tinggal disini?."

"Bukankah hyung juga membenci anak sialan itu? Apa hyung lupa, siapa yang pertama membenci anak sialan itu?" Tanya Hoseok sedikit menyindir.

"Iya, aku memang membencinya. Tapi bukan berarti kita bisa seenaknya menyakiti fisik dan batinnya 'kan? Jika kalian membenci Taehyung, kalian bisa menjauhinya tanpa harus melukai fisik dan batinnya."  Jawab Hoseok.

Memang benar. Sebenci apapun mereka pada Taehyung, tidak seharusnya mereka melukai fisik dan batin Taehyung, itu hanya akan merusak mental Taehyung.

"Bukan kami yang menginginkannya, tapi Taehyung. Dia sendiri yang membuat kita berperilaku seperti ini padanya. Dia selalu saja membuat kami emosi dengan semua tingkahnya." Itu suara Namjoon.

Sadari tadi Namjoon hanya diam. Dia lebih memilih memakan makanannya ketimbang ikut debat dengan kedua kakaknya. Tapi, kali ini dia tidak bisa diam. Perkataan Seok-jin membuat dirinya ingin ikut membuka suara.

"Tapi kalian tidak seharusnya melakukan semua ini. Kalian sudah banyak melukai Taehyung. Apa kalian tidak kasihan dengan dia? Kalian selalu menyakiti fisik dan batinnya. Apa kalian tidak takut jika mental Taehyung terganggu? Sadar! Taehyung itu adik kita." Balas Seok-jin.

"Kami tidak menganggap anak sialan itu sebagai adik kita. Iya kan ?" Ucap Hoseok melirik Namjoon. Namjoon mengangguk setuju.

"Iya, kami tidak menganggapnya sebagai adik. Bagi kami hanya Jimin lah yang menjadi adik kami." Sahut Namjoon. Seok-jin menghela napas. Dirinya sudah lelah. Seberapa sering dia mengucapkan kata-kata agar tidak menyakiti adik bungsunya, tetap tidak akan pernah didengar oleh kedua adiknya itu.

My Time ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang