P U D A R-3-

701 84 8
                                    

Brukhh!

Hinata melempar tas sekolahnya kesal, gadis pemilik surai indigo itu menguncir tinggi mahkotanya. Setelah selesai membuka seragam sekolahnya Hinata pun berjalan ke arah kamar mandi, entah mengapa ia ingin sekali berendam hari ini. Dengan pelan jemarinya mulai menuangkan sabun beraroma lavender itu ke dalam bath up, Hinata menghirup dalam-dalam harum lavender kesayangannya. Kaki jenjangnya mulai melangkah memasuki bath up, Hinata melepas handuknya, lambat laut tubuhnya pun juga ikut merosot hingga ia terduduk di dalam bath up itu.

Sedangkan di tempat lain, nampak Naruto yang sedang duduk di salah satu bangku taman yang kosong. Ditangannya kini ada sebuah kalung berbandul hati yang kemarin ia beli, jujur, Naruto memang sengaja tidak membawa kendaraannya. Karena ia ingin sekali menghabiskan waktu berdua dengan pujaan hatinya itu. Naruto sangat merindukan Hinata-nya yang dulu, tepatnya sebelum gadis itu terpilih menjadi ketua osis. Hinata-nya yang lembut, Hinata-nya yang selalu tertawa, Hinata-nya yang tidak sibuk, bahkan setiap malam dihabiskan keduanya dengan telponan.

Namun, kenangan manis itu harus berakhir ketika Hinata terpilih menjadi Ketua dari Organisasi Siswa Intar Sekolah. Hari-hari Naruto mulai suram, memang pada awalnya ia merayakan keberhasilan Hinata, membawakan gadis itu sebuah kue dengan lilin sebagai ucapan selamat, menyemangatinya saat sedang latihan pelantikan, bahkan harus menahan rasa cemburu yang menggebu tak kala kekasihnya itu pergi bersama Kiba dan juga Toneri ke sebuah acara di kantor gubernur. Acara yang membuat gadisnya tidak memiliki waktu lagi untuknya, dan setelah itu berlanjut, kesibukkan Hinata seakan menyita waktu mereka.

Yang biasanya ke kantin bersama, pulang bersama dengan terpaksa harus dijalankan secara sendiri-sendiri, bahkan Hinata tidak pernah membiarkan nya untuk marah, saat ia marah, gadis itu akan berbalik memarahinya, Naruto juga dilarang untuk cemburu. Sungguh sejak saat itu Naruto tidak berani lagi untuk mengeluarkan semua isi hatinya, ia takut Hinata-nya akan kembali memarahinya dan mengakhiri hubungan mereka. Dari pada seperti itu, bukankah lebih baik baginya untuk mengalah?

Tapi, karena cinta yang sangat besar. Naruto berusaha bertahan, ia terus saja meyakini dirinya untuk sabar menghadapi semua sikap Hinata yang kadang tega membentaknya di depan umum. Tanpa sadar liqued bening mulai mengalir melewati kedua pipi tannya, Naruto yang menyadari itu segera mengusapnya, ia tertawa pelan ditengah keramaian taman agar tidak ada yang mendengar. Lihatlah, mengingat semua itu benar-benar membuat hatinya terluka. Naruto merasa tidak berdaya, ia sangat mencintai gadisnya itu, tidak! Bahkan sangat teramat mencintainya.

_

-

Gaara tertawa terbahak-bahak ketika mendengar cerita Hinata barusan, ia tidak menyangka ada pria sesabar itu. Entahlah, Gaara sepertinya menertawakan sikap lembek dari kekasih Hinata.

"Hey! Jangan coba-coba mengejeknya. Itu bukti kalau ia sangat menyayangi aku."

"Tapi masa iya lelaki selembek itu sih Hina-san?" Hinata yang mendengar itu menghela nafas tak suka. "Oya, kapan terakhir kali dia marah pada mu?" tanya Gaara yang melihat kekesalan dari gadis yang beberapa minggu lalu ia kenal ini.

Hinata nampak berfikir. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali kekasihnya itu marah padanya. "Tidak ingat ya?" tebak Gaara to the point. Hinata hanya memutarkan kedua bola matanya malas.

Disinilah mereka sekarang, disebuah cafe yang tak jauh dari rumah Hinata. Dan juga untuk ke-3 kalinya mereka bertemu di tempat ini. Hinata menyeruput Cappucino kesukaannya, keningnya mengkerut, seperti sedang memikirkan sesuatu.

...

"Lucu sekali Hinata, kau melarangnya untuk menghubungi mu dan kau malah ngedate dengan ketua osis itu?" protes seseorang dari seberang sana.

P U D A R | SellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang