'Hari ini, seperti biasanya gue pun berangkat ke sekolah, sehabis sarapan bakalan langsung salam sama orang tua, nyalain mesin motor terus berangkat ke sekolah.
Oh iya gue itu ketua kelas dan ketua mpk, jadi gak boleh tuh yang namanya telat masuk kelas kalau enggak reputasi yang selama ini terbangun hancur dong.
Nah, sekedar info gue itu bukan dari anak orang kaya, gue cuman anaknya babeh yang punya sebuah bengkel kecil-kecilan, tapi bukannya sombong gue bukan hanya punya tampang yang lebih dari pas-pasan tapi juga punya otak yang encer ya sering dibilang pinterlah. Sering banget jadi anak kesayangannya guru.
Kalau kalian pengen tahu gue itu kelas berapa, sini gue kasih tahu tahu. Gue itu kelas 12 SMA, coba yang sama angkat kakinya! Di antara kalian ada nggak yang satu sekolah sama gue? Atau satu angkatan gitu? Yang cewek ada gak kalau ada jangan-jangan kita, kita, kita,kita jodoh aaaa. Udah ah stop bercandanya, eh tapi gue tebak di antara kalian pasti ada yang senyum deh. Hayo ngaku !'
"Eum, udah dulu kali yak? Ape aje sih emang nya?"
"El, cepetan napa terlambat lu nanti babeh juga nanti terlambat nih buka bengkelnya. Nanti apa itu namanya, eum ah! kostomur babeh ngeluh"
"Customers beh customer"
Mendengar ocehan babeh segera menghidupkan mesin motor memanaskan nya.
"Ya itu dah pokoknye, lu ngapain sih lama amat"
"Ya paling juga nulis pr bang" emak datang dengan rantang di tangannya Yaa biasa untuk bekal babeh.
"Yaelah Mak bukan kali, El cuma nulis aja" ikatan tali sepatu itu tak kunjung rampung.
"Oh lu nulis surat cinta ye?"
Babeh menunda untuk menyeruput kopinya gelas itu masih berada di depan mulut babeh tanpa dicicipi masih tergantung di sana.
"Pfffttt..."
"Dih ditanyain malah ketawa, jawab tu babeh"
"Yaelah beh surat-suratan mah adanya di zaman babeh waktu ngapelin Emak, sekarang mah udah kagak ada pake begituan pfffttt"
"Yeuh, biar dikata ketinggalan zaman juga tapi masih romantisan begitu, daripada sekarang lu pakai HP"
Babeh menyeruput kopinya sebelum melanjutkan.
"Babeh mah tiap malam minggu selalu romantis dari radio jadi keliatan usaha nye, begini nih ekhem 'salam-salam cinta dari Abang Umar untuk belahan jiwa di pengkolan deket tanah abang buat neng Atun tersayang sampai berjumpa di dalam mimpi nanti malam' Nah romantisan juga begitu ya gak neng?"
"Ah, Abang mah"
Babeh Umar tampak jelas sekali sedang menggoda emak yang terlihat tersipu malu dengan tampan masih di tangan gerak-geriknya menunjukkan betapa romantisnya mereka dahulu.
"Apa kata babeh sama emak aja deh, udah yuk berangkat"
"Ya udah Abang berangkat dulu ya neng, hati-hati di rumah bae-bae"
"Iye bang, lu juga belajar yang bener El"
Babeh pelan-pelan berjalan dan menaiki sepeda motor yang dikendarai El, dengan tangannya terlihat memeluk rantang yang sebelumnya dibawa emak.
"Neng, neng"
Emak yang sebelumnya mau mengambil cangkir kopi yang selesai diminum babeh langsung berbalik arah.
"Saranghaeyo neng lope lope" ucap babeh sambil menunjukkan finger-heart nya.
Sementara emak terlihat salah tingkah dia menutupi hidung dan mulutnya dengan nampan yang tadi dibawa, jelas ada guratan senyum di sana.
"Ih Abang..."
Meski berkata seperti itu emak juga tetap menunjukkan finger-heart nya walaupun ditarik dengan cepat.
Sementara El yang menyaksikan semua itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Mulai deh, kayak anak ABG aje"
. . . . . TAAAK
Babeh menepuk helm El meski tak begitu kuat
"Sirik aje lu sama emak babeh sendiri"
"Kagak beh kagak sirik, Yaudeh berangkat dulu ya Mak. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
* * * * *
Setelah mengantar babe ke bengkel El terburu-buru untuk datang ke sekolah tanpa disangka hari ini lalu lalang terlihat padat.
Ia sedang berusaha untuk tidak terlambat menulis diary ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.
'jangan terlambat, jangan terlambat'
Hmm udah kayak mantra aja tuh omongan diucapin sepanjang jalan.
"BERHENTIIII....!"
El mengerem mendadak hampir saja ia dan motornya terjungkal, seorang gadis dengan seragam putih abu-abu dan rambut panjang terurai berada di tengah jalan kedua tangannya terbuka menghadang sedangkan matanya tertutup terlihat takut.
"Neeeng....!" Teriak seseorang di dekat mobil saat itu. Tarikan nafasnya panjang sampai akhirnya lega dan mengelus dada.
"Lo udah gila ya?" Teriak El panik
"Iya emang"
Jawabannya terdengar santai ia mengambil tas selempang dari dalam mobil.
"Pak Yunus, saya numpang dia aja ya nanti bapak tinggal telpon bengkel, kalau saya nunggu lama soalnya"
"Tapi neng...."
"Udah gak papa dari pada saya terlambat"
Perempuan dengan rambut cukup panjang itu naik di jok belakang motor El.
"Apa-apan nih?" Tanya El spontan.
"Gue minta tolong dong anterin gue ke SMA Perbangsa. Eum sebagai ganti rugi kalau Lo terlambat nanti gue bayar deh yaaa. Please."
El menarik nafas, otaknya masih nge-bug alias kebingungan dengan situasi yang terjadi. Tetapi daripada menerima sanksi karena terlambat ia segera menjalankan kembali motor itu.
Kecepatannya semakin lama semakin bertambah, dan hening mulai menyeruak di tengah hiruk-pikuk kota.
"Oh iya nama lo siapa? Lo sekolah dimana?" Suara itu memecah keheningan.
"Gue Elpis panggil aja El, sama kayak Lo gue sekolah di SMA Perbangsa"
"Beuuh cocok bet yak El"
"Hah? Apaan yang cocok?"
"Yaa gue berhentiin orang yang tepat"
"Emang gila ya lo tadi, kayak berani aje sama malaikat maut"
"Pffft, yaaa kagak malaikat maut juga kali. Tapi daripada gue terlambat di hari pertama kan"
"Oh lo anak baru ya? Kelas berapa?"
"Yup, gue anak baru hari ini baru masuk. Gue kelas 12 siih, oh ya El kenalin nama gue ALUDRA"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Aludra [REVISI]
Teen FictionIni adalah sebuah cerita ketika kapal kecil bernama cinta, berputar dan berubah haluan lalu menempuh ombak samudra. Yaps, dia Elpis ini hari di mana dia menulis langkah kehidupannya di dalam sebuah buku kecil bernama diary. Memang benar tulisannya t...