Namaku Zaheera Claretta Jasmine biasa dipanggil Zaheera atau Hera. Usiaku 17 tahun. Aku bersekolah di SMA Brawijaya kelas 3. Aku hanya gadis biasa, tak banyak kelebihan. Rambutku sebahu, aku berkacamata dan memiliki postur tubuh yang berisi. Kelebihanku mungkin selalu dapat peringkat 3 besar di kelas, seorang wakil ketua osis dan aku seorang perempuan yang mudah bergaul. Kekuranganku banyak sekali, tak mungkin kusebutkan. Aku hanya mencintai satu pria dan tak pernah benar - benar melupakannya. Aku memilki sahabat. Mereka sangat baik dan selalu ada untukku.
Hari ini adalah hari Minggu. Besok hari pertama masuk sekolah sebagai anak tingkat akhir, ya senior. Mungkin akan banyak kegiatan hari esok, mulai dari acara penerimaan siswa baru-karena aku anggota osis, pengumuman lokasi kelas, penyusunan organigram kelas dan masih banyak lagi. Namun, itu akan sangat menyenangkan karena artinya aku akan seharian bersama Zachery. Ia sekelas denganku semenjak kita berada di kelas 1 SD. Laki-laki yang tidak terlalu tampan dan memilki sifat yang lumayan tidak baik. Tapi dibalik semua itu, dia baik, perhatian dan sangat manis. Laki-laki yang memilki kulit sawo matang itu tidak pernah menunjukan atau memberitahukan apa yang dia rasakan. Pada siapapun. Dia adalah ketua osis idaman disekolah kami, banyak wanita yang menyukai dia, bahkan ada beberapa yang sudah mendekati dia. Aku berusaha menutupi rasa cemburuku, karena dia laki-laki yang selalu kucintai. Ia tahu aku mencintainya, tetapi aku hanya dianggap teman. Sedih bukan?
Aku tidur pukul 11 malam, karena aku tidak biasa tidur dibawah jam 10 malam. Itu buruk, jangan dicontoh. Sebelum tidur, aku selalu berimajinasi, berbicara sendiri dan membuat scenario hidupku sendiri. Anehnya, itu bisa membuatku bahagia. Walau sebentar. Skenario yang selalu ku ulang setiap malam yaitu, aku selalu Bersama dengannya, melewati hari bahagia. Lalu terlelap tidur dengan senyum lebar yang menghiasi wajahku.
Alarm ku membuat muak telinga. Ini jam 5 pagi. Rasanya baru saja terlelap. Aku bergegas mandi dan mengenakan pakaian seragam kesayanganku. Hari ini aku menguncir rambutku, memakai dasi,ikat pinggang dan kacamata. Aku bergegas menuruni anak tangga dan menemui keluarga ku disana. Mama sedang sibuk memasak sarapan, papa sedang mengotak-ngatik gawai nya. Aku tak melihat kakak ku disana, mungkin masih dikamar. Aku tak terbiasa sarapan, perutku selalu sakit jika diisi makanan saat pagi.
"Aku berangkat, ya"
Aku berlari menuju pintu depan, lalu memakai sepatu hitam. Setiap hari aku selalu berangkat sendiri, berjalan kaki karena jaraknya hanya 5 menit. Aku keluar gerbang rumahku, lalu mulai melakukan jalan pagi. Ini sudah jam 6 lebih, dan harus buru-buru karena harus mempersiapkan penerimaan siswa baru.
"Hera?"
Aku mendengar seseorang memanggil namaku, aku mengenalinya. Suaranya sangat khas. Aku menoleh dan mendapati Zachery disana. Ia tersenyum tipis. Disebelahnya ada Adnan, teman baik kita.
"Pagi Hery. Pagi Adnan"
Aku berhenti sejenak, mensejajarkan langkah kita bertiga. Kita berbincang tentang kegiatan hari ini. Aku banyak tersenyum lebar, karena hari menyenangkan itu akan dimulai. Zachery memberikan beberapa arahan. Tidak terasa, kita sudah sampai digerbang sekolah kesayangan kita.
"Kamu mau ke ruang osis dulu ga Ra?
Zachery menoleh ke arahku, ia sedikit menunduk karena aku lebih pendek darinya.
"Ayo aja, sih. Kita berdua harus ke ruangan Pak Wisnu sama ke ruangan Kepsek, kan? Hari ini ada penandatanganan proposal dan perencanaan bintang tamu buat nanti. Kamu lupa?" aku memasang wajah cemberut.
"Dih, orang gak lupa. Kamu tuh nyerocos terus. Aku inget kok." ia tersenyum, kembali melihatku dan mencubit pipiku.
Kita berjalan santai menuju ruang osis, tertawa sesekali. Aku melihat Adhila dan Ilya disana. Mereka menghampiri kita dan menyapa. Adhila mengatakan bahwa aula telah siap dan jadwal hari ini telah dibuat. Ia memegang acara dikegiatan kali ini. Sangat cocok denganya. Sementara Ilya, dia tetap menjadi bendahara. Ruang osis tampak berantaan hari ini, karena telah banyak anggota yang menyimpan sembarang bawaannya. Namun tak ada siapapun. Aku bertanya pada Adhila dan Ilya dan mereka mengatakan bahwa anggota yang lain sedang sibuk di aula, mempersiapkan segalanya.
Aku dan Hery kembali beranjak setelah menyimpan barang bawaan kita berdua. Kita menuju ruangan Pak Wisnu terlebih dahulu, Saat diperjalanan, Hery banyak diamnya.
"Hera?"
Tiba - tiba ia membuka pembicaraan. Semenjak kali pertama ia mengetahui perasaanku, kita berdua banyak canggungnya.
"Iya, Ry?"
Aku mendongak sedikit, melihat wajahnya. Ia tak melihat ke arahku sama sekali.
"Kamu tau Imel? Anak kelas 12 IPS 2?"
Aku terdiam, berusaha mengingat Imel. Akhirnya aku mengingatnya, dan dia adalah salah satu wanita yang mengagumi Zachery.
"Kenapa?" aku meluruskan pandangan kedepan, tak lagi melihat ke arah Zachery.
"Aku jadian sama dia kemarin."
Aku terdiam, cukup lama. Mencoba mencerna setiap kata yang dilontarkan pria yang aku cintai itu.
"Heraaa?"
Aku menoleh dan tersenyum. Kita telah sampai diruang Pak Wisnu, untungnya.
Aku tak benyak mendengarkan arahan Pak Wisnu, hari yang aku kira bakalan menyenangkan ternyata tidak, Ini kabar buruk, rasanya ingin menangis saat itu juga. Tapi masih pagi, dan masih ada acara yang harus aku lalui. Ini akan menjadi hari yang sangat panjang. Aku benci ini. Namun aku tak bisa terus-terusan hanya memikirkan perasaanku. Aku tak bisa terus bergelut dengan pertanyaan "Kok dia bisa ngomong sama aku? Dia tahu aku suka sama dia." Aku ga bisa hanya memikirkan itu, aku temannya dan dia pasti cerita apapun yang terjadi padanya. Aku harus mulai menerima bahwa dia tak mencintaiku.
"Zaheera apakah bisa dimengerti? Serahkan semuanya pada sekretaris."
"Baik, Pak."
Kita berdua berpamitan dan meninggalkan ruangan tersebut. Terdengar samar-samar ricuh anak baru di aula. Aku tetap terdiam. Ini seperti mimpi. Imajinasiku semalaman bukan ini. Kita menulusuri Lorong yang sepi. Hanya kita berdua. Memasuki ruangan Kepala Sekolah, mendapat arahan lalu langsung beranjak untuk memulai acara. Zachery masih mengabaikanku. Ia mungkin kesal karena tanggapanku hanya sekedar tersenyum. Ia pasti menganggap jika aku egois karena hanya memikirkan perasaanku saja. Tapi nyatanya bukan itu. Aku selalu ingin menjadi teman baik untuknya, selalu. Bahkan, jika ia menyakitiku karena perkataan atau perilakunya saja aku akan segera memaafkannya. Bukankah itu adalah teman baik, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Patience
Romanceketika keadaan yang menyatukan kita dalam ikatan janji suci, apa yang harus kita lakukan?