3. Bohong

5 0 0
                                    

Tanpa aba aba Tama memeluk gadis itu agar merasa sedikit lebih hangat. Tetapi beberapa detik kemudian, kepala Dinda terasa lebih berat dari sebelumnya. Dan Tama yang merasakan hal itu menepuk pipi cubby gadis itu.

"Din bangun, lo jangan pingsan Din" terdengar suaranya sangat khawatir.

"Baaaa! Gue cuma boong bego, hahahaha"

"Lo itu gatau waktu yang pas buat bohong ya" Lelaki itu pun melepas pelukanya.

"Emang, tapi gue ga selemah itu boy!"

"Tapi ini beneran dingin" lagi lagi gadis itu mengigil.

"Makanya lo jadi kutil gausah deh sok kuat"

"Dingin" ucapnya dengan memeluk tubuhnya.
Kemudian pandanganya mulai kabur dan yang ia dengar adalah suara hujan.

"Din, udah deh lo gausah bohong" samar samar namun masih terdengar.

BRUK

~~~

Teelihat atap atap berwarna putih dan bau obat obatan di ruangan ini. Dinda masih berusaha melihat dengan baik apa yang ada di sekitarnya.

CEKLEK

"Lo udah sadar ya?" ucap lelaki yang barusaja nampak dari balik pintu.

"Kok gue disini" tanya Dinda dengan polosnya.

"Lo lupa? tadi lo ngerjain gue, lo pura pura pingsan. Malah akhirnya lo pingsan beneran. Akhirnya gue telpon supir buat nganter lo kesini"

Dinda yang ingat atas kejadianya hanya ber oh oh ria.

"Lo udah makan?"tanya Tama yang barusaja duduk dikursi samping tempat tidur Dinda.

"Belum"

"Ni gue bawa bubur. Lo harus makan. Ga ada penolakan"ancam Tama dengan serius.

"Tapi gue ga laper. Emang kenapa sih" ucap Dinda dengan malas

"Orang tua lo lagi kerumah nenek lo mereka nyuruh gue buat jagain lo dulu"

"Tapi gue maunya pulang" rengek Dinda yang membuat senyum simpul di bibir Tama.

"Iya habis makan lo pulang gausah bawel haha"

"Gue ga bawel!" ucap gadis itu dengan menyipitkan mata dan memanyunkan bibirnya, yang tentu saja akan membuat siapapun orang yang melihatnya akan menyimpulkan bahwa gadis itu lucu. Benar benar lucu.

Akhirnya Dinda dengan terpaksa memakan bubur  ayam itu hingga habis, yang tersisa mangkuk sendok dan noda di samping bibir gadis itu.
Karena melihat noda itu Tama segera membersihkan dengan ibujarinya.

Degdegdeg

~~~


Karena setelah itu Dinda di perbolehkan pulang, Tama mengantarkan gadis itu.

"Gue pulang dulu ya Din. Lo jangan lupa istirahat"

"Lo ga mau mampir dulu?"

"Engga deh. Udah malem soalnya"

"Makasih ya. Lo baik banget ke gue. Makasih banget"ucap gadis itu dengan nada yang tulus

"Iya elah kaya sama siapa aja lo. Gih sana masuk dah malem"lelaki itu menancapkan gasnya  setelah mendapat anggukan dari Dinda.

Setelah membersihkan dirinya, Dinda membaringkan tubuh di kasur super empuknya sambil mengingat bahwa ia pernah menyukai Tama sejak ia masuk ke sekolah ini.
Tak bisa di pungkiri bahwa senyuman lelaki itu membuat hati Dinda klepek klepek. Dan sialnya, ternyata lelaki tampan itu sudah memiliki pacar. Benar orang bilang. Berani jatuh cinta harus berani sakit hati. Seharusnya dia tidak jatuh cinta tetapi bangun cinta. Agh bangun cinta bagaimana, cintanya saja bertepuk sebelah tangan. Sebelumnya dia juga pernah jatuh cinta pada Pandu, mantanya saat SMP. Tapi sayangnya cintanya dengan Pandu berakhir gara gara Pandu telah memiliki gadis lain di hatinya.
Selalu saja kisah cintanya berakhir di tengah jalan. Terlalu menyedihkan untuk gadis kuat seperti Dinda. Dia selalu sabar menghadapi mantan mantanya. Dan selalu ada saja alasan untung dia sakit hati yaitu 'putus'. Menyedihkan. Dia berpacaran bukan untuk melupakan mantan mantanya. Tapi dia berusaha mencari yang sungguh sungguh dengan sebuah hubungan. Banyak sekali yang mendekati Dinda. Dari orang paling cupu sampai orang paling populer. Dari tampang yang paling burik hingga tampang paling tampan. Tetapi ia tetap memilih orang yang akan di jadikan pacarnya. Karena dari awal ia berpacaran hanya mencari lelaki yang sabar dan sungguh sungguh menghadapinya. Tetapi yang ia temukan hanya bisa menjalin hubungan paling lama 5 bulan.

Di tempat lain Tama sedang memeluk guling kesayanganya setelah membersihkan diri.

Tentang Aku dan TamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang