Aku

32 1 0
                                    

Setelah jam kuliah habis, otak ku diistirahatkan untuk membaca buku novel. Di sebuah tangga menuju fakultas sastra budaya, ku duduk. Hingga tak selang waktu banyak. Ada seorang pria menghampiri ku.

"Namamu evelyn kan?" Tanpa mengalihkan pandangan pada buku, aku hanya menjawab.
"Yak" jawab ku singkat masih dengan pandangan pada buku.
"Kamu sayang gak sih sama diri kamu?" Pertanyaan bodoh macam apa ini? Dan kini aku menatap matanya. "Hmm" jawaban singkat ini membuat ia tertawa renyah.
"Sama berarti ya? Ada dua orang yang menyayangi diri kamu" Pernyataan pria itu sangat membingungkan. Apa yang ia maksud.
Aku menatapnya lagi dan menaikan 1 alis kiri.
"Iya, ada 2 orang yang sayang sama diri kamu yaitu kamu, dan saya" setelah tau jawaban dari mulut nya sendiri, aku melempar tatapan tak suka. Ia salah menggombaliku dengan kata sampah seperti itu. "Sampah"

Tanpa aba-aba lagi, aku pergi meninggalkannya sendiri tanpa melihat ke belakang.

"Eh tunggu, hati-hati jatuh cinta" samar-samar ucapannya tertangkap indera pendengaran.
Apa anak sastra semua sepeti dia? Yap, pria tadi anak sastra, aku pernah melihatnya sedang menaiki tangga menuju gedung fakultas sastra. Tapi sepertinya ia maba (mahasiswa baru) disini. Arghh apa peduliku?

Setelah insiden menyebalkan tadi, aku lebih memilih untuk menenangkan diri di sebuah taman kampus. Tenang sekali rasanya, di taman kampus ada danau, sehingga cocok untuk Seseorang memenangkan diri. Apalagi hari ini angin sejuk berlalu lalang, rambut ku terbang kesana kemari.

Ku buka tas dan mengambil buku novel yang sempat ku baca di tangga. Aku tersenyum karena membaca novel genre Roman yang mencatat adegan humor.

"Untukmu" suara bariton terdengar, bersama dengan itu ada bunga mawar merah yang memenuhi penglihatan ku. Bunga itu berada di depan mataku.

Aku sempat tersenyum tipis, karena bungan mawar merah salah satu jenis bunga yang paling aku suka.

Saat ku lihat siapa yang memberi, senyum ku pudar. Ternyata itu pria tadi yang mengganggu saat di tangga.  Ku raih bunga mawar merah itu dengan kasar, dan seketika itu juga, ku lempar bunga tersebut ke arah wajahnya. Dan aku lagi-lagi aku meninggalkan ia sendiri.

Sempat ku menoleh ke belakang,  ia tengah tersenyum kepadaku.

"Tunggu" langkahku semakin lebar, karena aku yakin ia pasti mengejar. Dan betul saja, dia mengejarku.

Tapi bagaimana pun dia pria, langkah ia bisa lebih dari langkah ku. Ia menghentikan ku seraya menyodorkan tangannya.

"Saya cuman pengen kenalan sama kamu"
Aku menatapnya acuh tak acuh. Tanpa membalas lengannya, aku berkata.

"Tapi, saya tidak mau" ucapku dengan penuh penekanan.

✨✨✨
Vote!!

About youWhere stories live. Discover now