Aku sudah siap dengan dress pink muda, dan bando merah. Rambut panjang ku sengaja di gerai. Jujur demi apapun sebenarnya aku malas untuk berdandan yang menurutku berlebihan. Padahal hanya akan ada tamu rekan dari ayah:(.
Dan rupanya mereka sudah datang, aku segera turun ke lantai 1. Sebagai rasa menghormati dan menghargai, ku cium tangan mereka. Tersenyum tipis dan duduk di sebelah ayah.
"Lyn, dia vano putra bungsu om Dani" ucap ayah tiba-tiba. Pandangan ku tak beralih kepada pria bernama 'vano' yang ayah sebut.
Aku hanya mengangguk kecil."Hai" aku beralih ke arah suara berasal, ternyata vano menyapa seraya mengulurkan tangannya. Aku tak menjawab, aku menatap tangannya yang masih bergantung pada atmosfer, sebenarnya aku tidak ingin membalas uluran tangannya. Tapi, sikut ibu menyenggol tangan ku.
Dengan sangat sangat terpaksa, aku membalas uluran tangannya seraya mengangkat kedua sudut bibir ku tipis.
"Apa kabar dan?" Ucap ayah kepada pria paruh baya yang katanya rekan lama ayah.
"Sangat baik" respon yang sangat baik om Dani lontarkan pada ayah. Obrolan mereka menjadi panjang dan aku tak tau harus apa disana. Sedangkan vano, sedari tadi menatap ku. Semakin tidak nyaman yang aku rasan:(.
Dan aku berdiri untuk beranjak dari lingkup yang canggung ini. Tapi ibu menghentikan ku.
"Mau kemana?" Tangan ibu menyentuh tangan ku. "Om tante saya ke atas dulu, mau ambil handphone" maaf kan aku Tuhan:( aku barus berbohong. Demi apapun aku tidak berniat mengambil ponsel. Aku hanya mencari alasan untuk pergi dari suasana canggung.
Ku jatuhkan tubuhku di atas ranjang ku, dengan posisi tengkuban. Tak ada yang bisa ku lakukan sekarang, aku melamun seraya membaca buku. Arghhh bosan sekali.
Trrriiinggg
TrrriiingggDering telpon ku berbunyi, dengan malas aku menyentuh ponsel ku. Rupanya ada nomor tak di kenal. Aku coba menebak siapa? Tapi, ah sudahla aku angkat saja.
"Halooo" sapa ku dengan nada malas.
Tak ada jawaban dari seberang sana yang entah siapa.
"Haloooooooo" lagi lagi tak ada jawaban. Aku bersumpah jika satu kali lagi ia tidak menjawab sapaan ku, akan ku matikan hubungan ponsel ini.
"Haa——" seakan akan ia tahu bahwa apa yang aku ungkapkan dalam hati.
"Selamat malam"
DAMN!!!! suara itu? Sudah sangat tidak asing lagi aku mendengar, segera aku merubah posisi ku, menjadi duduk. Tangan ku mengepal dan bibirku mendesak tak jelas.
"Kenapa si selalu aja ganguuuuuuu" bukannya menjawab ia malah tertawa.
Kau tau siapa dia? Yak, dia pria yang sudah membuatku geram, pria yang memberi tahu namanya tanpa ku meminta. Ya, pria itu bernama GIO."Hahahah, kamu tau siapa aku?" Tanya pria itu ups maksud ku GIO.
"Ga" sebenarnya aku penasaran, apa yang akan kali ini ia katankan.
"Iya si emang kalo jodoh itu suka ngga ketebak, Yang ngga tau juga bisa jadi jodoh"
Tut tut tut
Suara telepon yang di putuskan sepihak. Dan aku yang memutuskan nya. Muak aku dengan ucapan pembodohan.
Triingg
TriinggLagi-lagi ia menelepon. Tapi, bodo amat tidak akan aku angkat. Akhirnya ia memutuskan telepon. Aku berniat untuk turun ke lantai 1. Tapi, lagi dan lagi handphone ku berbunyi.
Aku tak peduli, lebih baik aku menghampiri tamu di bawah. Dari pada berurusan dengan makhluk luar bumi yang satu ini.
✨✨✨
Rekan lama ayah sudah akan pulang, itu artinya aku akan terbebas dari suasana canggung. Huaaaa senang sekali.
Setelah jejak mereka menghilang di rumah ku, aku membantu ibu memindahkan makanan ke dapur. Dan tanpa kata-kata lagi aku langsung naik ke lantai 2 untuk pergi tidur.25 missed call
"What this?" Pautan kedua alisku menandakan aku bingung.
Dan suara dering telepon tanda ada telepon masuk berbunyi. Kali ini pun, aku kesa. Kenapa ia terus mengganggu ku? Ada salah apa aku?
"Apa lagi?"
"Tidak, saya cuman pengen liat kamu kesel aja menggemaskan hihi"
"Beloon ya? Mana bisa liat"
"Bisa ko, liat deh ke kanan" aku mencoba untuk mengikuti tutur nya.
Aku menoleh ka arah kanan sebentar."Haaaaaaaaaaaahhhhhhh?"
✨✨✨
Ada apa hayooooooo?
Vote!!
YOU ARE READING
About you
Teen FictionSebuah konspirasi yang tak terduga, ketika kita bertemu di tempat yang sama, menatap langit yang tak berbeda. Seperti anugrah yang membawaku keluar dari hidup yang monochrom. Jauh sebelum itu, hanya ada coretan pena berwarna hitam di kertas putih...