Kau

16 0 0
                                    

Lebih baik pulang daripada harus diganggu cenayang jadi-jadian. Kau tau yang ku maksud itu siapa? Ya, pria yang membuat ku gerah disiang ini.

Ku menunggu bus kampus, sepertinya akan datang 30 menit lagi. Karena bus kampus datang setiap 30 menit sekali. Sedangkan bus nya baru saja berangkat.

Aku duduk di kursi halte lalu membuka buku novel yang tadi 2 kali tertunda.
Sudah hampir 4 halaman aku baca, setiap katanya tak henti membuat ku tersenyum.
Kini di halte sepertinya ada orang tengah duduk disebelah ku.

"Simpan senyum mu, terlalu manis untuk dilihat" suara bariton itu? Tak asing lagi telinga ku. Aku menoleh, senyum ku berubah menjadi tatapan bengis kepada pria itu (lagi).

"Pergi kamu!!!" Ucap ku ketus sedikit berteriak. "Aku bukan orang jahat" celah nya.
"Pergiiii!" Seperti nya ia tidak mengerti bahasa manusia. Saat aku menyuruh pergi, ia malah  tersenyum lebar. Karena ia masih tidak beranjak dari duduk nya, kali ini aku yang beranjak. Baru saja aku berdiri, pria itu ikut berdiri.  "Biar aku yang pergi" dan kini ia mulai menggerakan kakinya. Mataku menatap punggunya yang mulai menjauh. Namun, pria itu menoleh ke arah ku. Dengan kedua sudut bibirnya terangkat.

"Hati-hati" ucap nya lembut. Dan kini ia benar benar pergi.
Hampir 30 menit aku menunggu, bus campus datang tepat waktu. Aku langsung melangkah kan kaki untuk masuk ke dalam bus.

Ini keempat kalinya aku bertemu dengan cenayang lagi. Pria itu duduk di kursi paling depan. "Hai" Aku berpura-pura tidak melihat. Rupanya kursi di dalam bus ini hampir semua terisi, hanya sisa satu di sebelah pria itu.

Raga dan batin ku menolak untuk duduk bersama nya. Akhirnya aku lebih memilih untuk berdiri. "Mba, ada 1 kursi lagi mba" ucap supir itu membuat aku terpojok. Mau tidak mau, aku harus duduk bersama nya.
Karena perjalanan antar kampus kerumah masih terbilang jauh. Akhirnya aku membuka buku novel. Aku tersenyum tipis membaca buku ini.

Tiba-tiba pria itu memberiku secarik kertas kecil, yang bertulis "nama saya gio, takutnya kamu mau memakai nama saya untuk dijadikan tokoh utama dalam cerita mu nanti" aku rasa kertas itu tak penting, akhirnya aku remasKertas  kecil itu dan ku lempar ke dalam tempat sampah yang tak jauh dari tempat ku duduk.
Bersyukur padamu Tuhan, waktu berjalan begitu cepat, sampai akhirnya aku sampai di rumah. Aku beranjak dari kursi dan menoleh sebentar ke arah pria itu.
Dia tersenyum manis padaku.

✨✨✨

"Elyn pulang" tak lama, datang seorang anak perempuan yang masih  balita. Dia adiku namanya reya. Rambut yang kurus dan kulit putih. Dia baru bisa berjalan.

"Reyaaaaaa" ucapku teriak seraya mengangkat tubuhnya dan mendekap erat.

"Kak lin di panggil mama" sedangkan dia Rara, adik ku juga dia kelas 8 rambut lurus panjang, mata sipit dan kulit putih.

Aku menurunkan reya dan mencari kebaradaan mama. Ternyata ia berada di dapur. "Kenapa ma?" Tanya ku seraya mengisi gelas dengan air. "Papa akan datang bersama kawannya, bantu mama buat makanan" anggukan dari kepala sepertinya cukup untuk menjawab perkataan mama.

Setelah pakaian ku sudah berganti, aku langsung membuat makanan bersama mama.
Tak membutuhkan waktu lama sebetulnya membuat makanan sederhana ini, akhirnya sudah selesai.

"Ma, elyn mau ajak reya ke taman ya" mama hanya mengangguk.

"Reyaaaaa, sayaaanggg" teriaku kepada reya, yang sedang bersama Rara.

Setelah batang hidung reya terlihat aku berkata
"Reya ikut Kaka yuk ke taman, nanti Kaka beli es krim. Mau gak?"  Reya hanya mengangguk.

"Rara ikut yak" ucap Rara memohon.

"Eummmm gimana ya?" Nada becanda yang aku lontarkan rupanya membuat bibir Rara mengerucut.

"Apa si yang ngga buat adik Kaka ini" dan tanganku mulai bergerak menggelitiki reya dan Rara. Mereka mencoba membalas tapi karena tubuhku yang lebih tinggi drai pada mereka, bisa menghindar.

"Udah becandanya udah, gih katanya mau ke taman bukan?" Tanganku mulai menggendong berat badan reya.

✨✨✨
Vote!!

About youWhere stories live. Discover now