Sebuah kebetulan memang nampaknya menjadi salah satu hal lumrah dalam kehidupan. Begitu juga pagi hari yang cerah ini, dimana Mark Lee yang sudah tampan dengan setelan jas rapihnya, bersiap untuk berangkat ke kantor.
Hal yang sama juga terjadi pada Park Haechan yang sudah siap pergi ke kampus dengan outfit cutie-nya. Kedua anak adam itu saling bersinggungan di depan rumah masing. Baik Mark maupun Haechan sama-sama diliputi atmosfer canggung dan sangat tidak mengenakan.
Baiklah, Mark menjadi oknum yang patut disalahkan akan suasana tidak nyaman ini karena ucapannya tempo hari yang sedikit ---keju?
Sementara Haechan mengutuk dirinya sendiri yang keluar rumah di waktu yang salah. Kenapa bisa bersamaan dengan Kak Mark?! Entahlah, bila bertemu tetangganya itu ia selalu merasa tersipu, mengingat perkataan 'manis' Mark di pertemuan terakhir mereka.
Tapi apalah daya, mereka sudah saling menatap begitu, tidak etis rasanya kalau tidak saling menyapa.
"Kak Mark? Ingin berangkat kerja?" Haechan memulai pembicaraan.
Karena demi semua koleksi panci anti lengket milik ibunya, Haechan adalah fullsun, seseorang yang memiliki kepribadian secerah matahari. Bagaimana mungkin ia membiarkan awan hitam menyelimuti dirinya dan Mark.
Mark tersenyum, menyembunyikan raut gugup dan malu seapik mungkin. Padahal rasanya bungsu Lee itu sudah ingin berlari masuk kembali ke rumahnya dan menghindari makhluk bernama Park Haechan yang hobi membuat jantungnya berdisko itu.
"Iya, Haechan. Kamu ingin ke kampus?" tanya Mark basa-basi.
Haechan mengangguk semangat. Surai cokelatnya bergoyang pelan, menggemaskan sekali.
"Ya sudah, Kak Mark, aku berangkat dulu ya. Takutnya telat," pamit Haechan. Pria manis itu mengambil ancang-ancang untuk berjalan meninggalkan pagar rumahnya.
"Dadah, Kak Mark." Haechan melambaikan tangannya sembari tersenyum ceria.
Astaga, tolong Mark Lee sepertinya akan pingsan sekarang juga. Senyum Park Haechan sangat berbahaya, tapi juga membuat kecanduan, hehe.
"Eungg-- Haechan, Kakak antar ke kampus, mau?"
Entah Mark harus mengutuk atau bersyukur karena mulutnya dengan lancang bertanya seperti itu.
Haechan yang sudah berjalan beberapa langkah berbalik dan menatap Mark dengan mata melebar dan mulut terbuka sedikit.
"Ehmm-- kampus kamu searah dengan kantor Kakak, kenapa gak bareng aja? Menghemat ongkos juga kan," Mark berusaha mencari alibi. Untung saja alasannya masuk akal.
"A-ah, gak usah, Kak, ngerepotin. Biar aku naik bus aja," Haechan menolak secara halus.
Mark melemparkan tersenyum paling tampan yang pernah ia miliki,
"Gak ngerepotin kok. Tunggu sebentar ya, Kakak keluarin mobil dulu."
=================================
For Him
=================================Suasana di dalam mobil BMW i8 roadster berwarna hitam milik Mark tidak sedingin yang ada dipikiran kalian. Kedua anak adam yang bertetangga itu berhasil mengusir hawa canggung dan nampak asyik mengobrol perihal musik. Lagi-lagi sebuah kebetulan, Mark dan Haechan ternyata memiliki selera musik yang sama. Hal itu terjadi setelah Mark menghidupkan music player dan lagu milik raja pop dunia, Michael Jackson, mengalun lembut di dalam mobil.
"Kak Mark suka MJ?" tanya Haechan antusias.
"Suka sekali," jawab Mark santai.
Haechan yang bertemu 'teman' satu fandom-nya pun merasa sangat senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Him
FanfictionTentang Mark Lee, yang menyimpan jutaan rasa kagum kepada laki-laki manis yang tidak pernah melewatkan waktu untuk menyirami bunga-bunga matahari yang cantik dari balik pagar rumahnya. Tentang Lee Jeno, yang jatuh hati pada pandangan pertama ketika...