Prolog

170 7 0
                                    

Dor...dor...

2 buah peluru menembus dada seorang pemuda bersurai coklat kemerahan.

"Ken...kenapa lo harus lindungin gue ?" Tanya seorang pemuda lain bersurai dark brown sambil menatap pemuda yang berdiri didepannya dan jadi tameng dari peluru yang menuju kearahnya.

"Lo itu salah satu hal berharga yang gue punya, kenapa gue nggak boleh ngelindungi hal berharga itu ?" Jawab pemuda itu.

"Tapi nggak gini caranya. Lo bisa aja mati." Ucap pemuda bersurai dark brown sambil berusaha mendekati pemuda bersurai coklat kemerahan itu.

"Gue rela kok mati demi sahabat gue yang berharga."

"Tapi gue yang nggak rela kehilangan sahabat yang berharga. Kenapa lo harus korbanin hidup lo buat gue."

"Kan udah gue bilang lo itu termasuk hal yang berharga bagi gue."

"Tapi gue nggak tau apa yang akan gue lakuin kalau seandainya lo nggak ada."

"Udahlah gue nggak papa kok. Gue kan kuat. Lagian kayaknya ini nggak kena jantung. Jadi gue nggak papa"

"Iya gue percaya kok kalau lo orang yang kuat, tapi lo harus bertahan, apapun yang terjadi jangan tutup mata lo."

"Iya." Ucap pemuda bersurai coklat, tapi sedetik kemudian dia tak sadarkan diri.

"Nggak Aryan, lo nggak boleh tutup mata. nggak....nggak...NGGAKKK.... LO NGGAK BOLEH TUTUP MATA. BUKA MATA LO SEKARANG, LO KAN UDAH JANJI. ARYANNN.... TIDAKKK..."

"Tidak... Aryan....tidak.....jangann....TIDAKKKKKK......hah....hah...hah..." Ucap seorang pemuda tampan bersurai dark brown yang berada disebuah kamar. Dia langsung bangun dari tidurnya karena mimpi barusan. Tak lama kemudian pintu kamar itu terbuka dan muncul pemuda bersurai abu-abu.

"Hah... mimpi itu lagi." Gumamnya.

"Ada apa ? Ada apa ? Kenapa lo teriak ? Apa ada maling ? Lo nggak papa kan ?" Tanya pemuda yang baru muncul.

"Dannish, lo kenapa kesini ?" Tanya pemuda bersurai dark brown itu.

"Kenapa, kenapa, harusnya yang tanya itu gue Roland, kenapa lo teriak-teriak gitu." Tanya pemuda bersurai abu-abu yang bernama Dannish itu.

"Gue nggak papa. Cuma mimpi tentang dia." Balas pemuda bersurai dark brown yang dipanggil Roland tadi. Dannish yang mendengarnya langsung diam.

"Kenapa diam ?" Tanya Roland.

"Nggak papa. Lo ada ngerasa pusing nggak, atau ada yang sakit gitu."

"Engga......ARGH...."

Roland berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya erat.

"Jangan terlalu dipikirkan, nanti lo sakit lagi. Dan gue kan udah bilang jangan terlalu ngerasa bersalah sama dia. " Ucap Dannish khawatir dengan keadaan Roland. 5 menit dengan posisi masih memegang kepala, Roland sudah tidak merasa sakit lagi, tapi tatapannya berubah menjadi kosong.

"Land, are you okay ?" Tanya Dannish sambil berusaha menyadarkan Roland.

"Eh...gue nggak papa kok, lo tidur lagi gih, gue mau lanjut tidur." Ucap Roland berusaha meyakinkan Dannish kalau dia nggak papa. Sebenarnya Dannish khawatir dengan Roland, tapi dia mengerti kalau Roland butuh sendiri.

"Oke, gue keluar tapi lo langsung tidur ya."

"Iya."

Dannish keluar dari kamar Roland. Setelah kepergiaan Dannish, Roland langsung berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.

'Hah...kenapa ya gue bisa mimpiin mimpi itu lagi ? Padahal udah lama gue nggak mimpiin itu lagi. Lagian kejadiannya udah 2 tahun lalu, dan kenapa beberapa bulan ini gue terus mimpiin saat Aryan tertembak, maaf Aryan, gara-gara gue lo pergi.' Batin Roland kemudian dia tertidur.

Tbc...

~Jangan lupa vote and comment~

Saya membuatnya sama teman saya SriRahayu1405

Maaf cerita ini mau aku revisi, karena masih banyak banget kekurangan. Maaf banget.... 🙏🙏🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Unexpected (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang