7. Merry Christmas BUKAN Merry X'Mas

24 4 0
                                    

Merry Christmas BUKAN Merry X'Mas

Sat 29 December 2012 | Aqidah > Antar Agama |

Pertanyaan : 
Assalamu 'alaikum,

Saya mengikuti dengan seksama perdebatan dua kubu, yaitu antara mereka yang ngotot ingin mengharamkan ucapan seorang muslim kepada non muslim yang bunyinya selamat natal, dengan mereka yang membolehkan. 

Katakanlah misalnya saya ikut pendapat yang membolehkan, terus bagaimana ungkpapan yang benar, tetapi juga tidak menyalahi aqidah yang saya imani. Atau adakah cara penulisannya di atas kertas, kalau seandainya ungkapan itu perlu kita tulis.

Saya sendiri memang tinggal di negeri yang hampir semua orang beragama nasrani. Nyaris saya jarang sekali bertemu dengan muslim disini. Maka pada hari natal, agak bingung saya untuk tidak mengucapkan selamat natal itu. Apalagi atasan saya sendiri juga bukan muslim. Padahal saya sering baca tulisan yang mengharamkan total apapun ungkapan yang terkait natal.

Mohon penjelasannya ustadz. dan terima kasih.

Wassalam

Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Di tengah ramainya perdebatan tentang hukum ucapan selamat natal, ada sebuah telaah kecil yang cukup menarik, yaitu tentang penggunaan penulisan selamat natal dalam bahasa Inggris dan teknik penyingkatannya.

Ahli bahasa mengatakan bahwa kata Christmas yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi 'Hari Natal', ternyata  berasal dari kata Cristes maesse. Frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kata 'Merry' sendiri artinya adalah riang. Jadi Merry christmas bisa diterjemahkan sebagai Sukacita Natal.

Para pengharam ucapan selamat natal di negeri kita umumnya mendasarkan keharamannya berdasarkan argumen bahwa ucapan selamat natal itu berarti kita mendoakan non muslim dalam ibadah mereka. 

Dan saya pribadi cenderung mengharamkan penggunaan lafadz  'selamat natal'. Sebab kata 'selamat' agak sulit diartikan kecuali memang bermakna harapan atau doa. Seolah-olah kita berkata,"Semoga keselamatan menyertai Anda dengan perayaan natal ini". 

Tetapi kalau ungkapan yang digunakan tidak memakai kata 'selamat', sebagaimana ungkapan di atas, yaitu 'mery' yang berarti riang atau gembira, maka maknanya akan bergeser cukup jauh. Yang pasti, tidak ada makna doa di dalamnya. Makna secara bahasa menjadi kurang lebih  'natal yang riang'.

Barangkali dengan alasan inilah mereka yang tidak mengharamkan berargumen, yaitu tidak ada doa apa pun, yang ada cuma ungkapan natal yang indah saja. Sesuatu yang dianggap tidak melanggar akidah kita.

Apalagi kalau ungapan selamat natal itu menggunakan bahasa Arab,  ungkapan lafadznya menjadi berubah sama sekali. Orang Arab yang Kristen itu ada di beberapa negara, seperti Mesir, Libanon dan sebagainya. Ungkapan yang mereka pakai di hari natal dalam bahasa Arab cukup sederhana, yaitu 'ied sa'id'. Secara bahasa kalau diterjemahkan menjadi 'hari raya yang berbahagia'. Seratus persen tidak ada unsur mendoakan siapa-siapa.

Namun kalangan yang sudah terlanjur ngotot ingin mengharamkan selamat natal tetap tidak mau kalah, mereka berargumen bahwa sikap dasar seorang muslim kepada orang kafir adalah tegas dan keras. Bahkan kalau berpapasang di jalan, sebisa mungkin orang kafir itu harus kita dorong ke tepi jalan. Tidak ada istilah kita mengalah dengan orang yang bukan muslim itu.

X-mas

Merry X’Mas itu sebenarnya diambil dari Merry Christmas. Mungkin supaya menghemat pengetikan, atau alasan lebih simple, makanya “Christ” diganti dengan “X”

Dalam bahasa penulisan, kita sering menemukan 'x-mas' sebagai pengganti dari cristmas. Ada yang berpendapat bahwa tradisi penyingkatan ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Konon memang dalam bahasa Yunani,  'x' adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Akan tetapi metode ini tidak disepakati secara menyeluruh. Walau pun ternyata  kemudian penulisan 'x-mast' itu menjadi populer, apalagi ternyata cara itu lebih menyingkat penulisan.

Tetapi kaalu kita telaah lebih dalam, justru penulisan 'x' ini sebenarnya malah mengubah makna. Kalau kita pakai gaya ungkapan alam ilmu matematika misalnya, simbol “x” pemakaian dalam rumus menunjuknan bahwa 'x' adalah sesuatu yang masih harus dicari nilainya. Dalam matematika biasanya huruf “x” merupakan sebuah variabel yang belum pasti nilainya.  

Demikian juga dalam kehidupan lain, kalau sosok tertentu, entah dalam arti positif atau negatis tetapi tidak jelas identiasnya, sering disebut dengan Mr. X. alias tak dikenal.

Kita juga sering mendengar orang menggunakan isitlah 'faktor x', untuk menjadi kata ganti dari sesuatu yang tidak jelas atau kurang dikenali secara kasat mata. 

Nah, kalau penulis 'x' itu disematkan pada cristmas menjadi merry ‘X’mas, sama halnya kita masih belum tahu siapa sebenarnya sosok si  'x' itu sebenarnya. 

Kalau demikian, lantas siapa orang yang hari kelahirannya dirayakan secara bersama-sama? Jawabnya masih belum jelas, karena masih disebut dengan 'x'. Bisa saja Nabi Isa, Yesus atau orang lain lagi. 

Maka cara penulisan mery X-mas itu sebenarnya keliru kalau mau diniatkan sebagai ucapan selamat natal. Namun justru karena keliru itulah maka buat umat Islam, khususnya yang agak sensitif dengan keharaman ucapan natal, malah jadi jalan keluar yang cerdas. 

Maksudnya, kalau dilihat dari kacamata kalangan nasrani penulisan itu dianggap tidak benar, dan harus dikoreksi agar benar. Tetapi sebaliknya, kalau dilihat dari kalangan umat Islam, penulisan yang tidak benar itu malah menjadi solusi, karena berarti kita sama sekali tidak mendoakan siapa-siapa, juga tidak sedang merayakan hari lahirnya siapa-siapa. Sebab cuma disebut 'x', dimana kita tidak sepakat siapakah si 'x' itu.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc. MA

🌼🌼🌼

مختصر لمادة ؛ علم التوحيد | Ringkasan Pelajaran Ilmu TauhidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang