{Part 5 : Princesses}

6 1 0
                                    

Khusus part 5, POV nya berpindah, bukan lagi POV nya Ray, jadi, ya... Happy reading!

"Mentari nan indah bersinar~
Awan putih tampak berkilau~
Membuatku memperhatikan sesuatu yang datang kemari~
Sebuah kilauan dari senjata putih nan indah~
Mata merah yang mengutarakan kebencian~
Helaian surai putih berkibar diterpa angin malam~
Kemarilah, putriku~
Aku me--"

"Hentikan itu"

Sosok wanita berambut coklat panjang melirik suara yang menyela puisi(?)nya

"Aah, kenapa kau dingin sekali, sih? Aku, kan, merindukan putri kita... Atau tepatnya kedua putri kita~" ucapnya seraya tersenyum lembut

"Mereka akan segera tiba disini. Tapi sepertinya mereka mengajak tamu tak diundang." lelaki bersuara berat itu menatap kearah jendela

"Yah... Soal itu, kau yang urus, kan?" ucap si wanita lagi

Lawan bicara nya diam. Mata tajamnya tampak serius menatap keluar jendela. Seperti mengharapkan ada sesuatu yang muncul dibalik mentari pagi yang masih bersinar itu.

"Baiklah" jawabnya tanpa menoleh kearah tatapan lembut si wanita

"Aah... Kira-kira, mereka sedang apa sekarang, ya?" mata hijau wanita itu menerawang jauh

Ia kemudian melihat ke arah suaminya yang berjalan keluar ruangan dengan tombak di tangan kirinya

"Kau mau kemana?" tanya si wanita.
Lelaki itu diam sejenak
"...mengurus tamu tak diundang" jawabnya sambil melangkahkan kakinya keluar ruangan

Wanita itu tertawa pelan.
"Aku harap kau membawa pulang putri kita..."

-Di medan perang-

Yurei mengarahkan tongkat nya kearah barisan musuh dihadapannya. Ia memusatkan kekuatan pada kristal yang ada diujung tongkat itu dan...

"Castigo Luz!"

Ia menembakkan sebuah bola cahaya kecil yang kemudian meledak saat menyentuh kuda musuh.

Sihir barusan memiliki daya ledak yang besar, tak heran jika Ray yang jauh didepan Yurei kaget melihat ledakan itu.

"Kau serius?!!" teriak Ray dengan senyum kecutnya dari kejauhan

"Ya!! Castigo Luz!!" balas Yurei sembari menyerang dengan sihir yang sama.

Ray yang melihat senyuman Yurei yang mengembang pun merasa bersemangat untuk menumpas semua musuh dihadapannya ini

"Aagh!! Aku kesal!! Yurei sialan!! Kenapa kau bisa menjadi keren seperti itu, sih?!!" teriak Ray (lagi)

Kali ini Ray maju dengan kecepatan tinggi dan menarik seorang musuh berbadan besar dan tinggi dengan sabit putih yang mulai memerah karena darah.

"Dia bosnya, kah?" batin Ray
Ia kurang yakin, tapi, tak ada salahnya mencoba, kan?

"Kak Saki!! Tolong!!" kali ini ia berteriak kearah Saki yang lansung merespon dan menciptakan lima lingkaran di udara.

Ray terkekeh kecil. Ia menarik sabitnya dan berlari menaiki udara dengan menginjak lingkaran angin milik Saki.

"Rasakan ini!! Sonrisa de Luna!!"
Ray berputar di leher musuh menggunakan sabitnya. Awalnya lambat, lalu kemudian makin cepat sehingga membentuk sebuah lingkaran putih disekitar. Ia menendang musuh ketika dirinya ada diatas kepala monster dengan tinggi hampir 3 meter itu. Tendangannya berhasil memisahkan kepala dan badan musuhnya.

My Human Friend [♪end♪]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang