Destination ▪ 2

45 11 0
                                    

Untuk pertama kalinya, Changkyun merasa gusar dengan sesuatu yang disukainya. Untuk pertama kalinya, sang pria mungil merasa berdebar hanya karena memikirkan apa yang diinginkannya. Bukan karena Changkyun tidak percaya diri dengan apa yang menarik perhatiannya. Tapi Changkyun tidak yakin apakah dia berhak memilih hal itu atau tidak.

Bukan tanpa alasan Changkyun merasakan hal itu. Melainkan karena sosok Jooheon yang selama ini dekat dengannya. Sosok yang tak lain adalah sahabat baiknya itu, membuat pilihan Changkyun terlihat rumit. Padahal sebelumnya tak ada hal yang terlalu dipikirkan olehnya. Namun kali ini berbeda, entah mengapa pilihan yang berputar dikepala Changkyun jauh lebih rumit.

Mungkin banyak yang akan menertawakan Changkyun. Pasalnya seorang jenius yang selalu jadi bintang sekolah itu justru dibuat bingung oleh hal sederhana. Tapi tidak bagi Changkyun yang sudah berteman akrab dengan Jooheon. Pilihan yang berputar dikepalanya memusingkannya sampai detik ini.

Jooheon dan Changkyun merupakan sahabat dekat. Walaupun mereka berbeda usia dan tingkatan kelas, namun keduanya terlihat sangat akrab. Nyaris seluruh kegiatan yang diikuti Jooheon, Changkyun juga mengikutinya. Bahkan pernah satu kali, Changkyun juga menyukai seorang siswi yang sama dengan Jooheon. Walaupun pada akhirnya Changkyun-lah yang mundur, karena tahu bahwa dia hanya tertarik pada sosok itu. Tidak seperti Jooheon yang benar-benar menaruh hati padanya.

Dan dari sinilah semua kegusaran Changkyun berasal. Changkyun mulai ragu dengan sesuatu yang menarik perhatiannya. Keakrabannya dengan Jooheon, dan kecenderungannya menyukai sesuatu yang sang sahabat sukai membuat pria mungil itu gusar. Bahkan beberapa hari terakhir, kepala Changkyun terus diisi pertanyaan tentang, apakah musik yang mulai mendominasi kepalanya bisa menjadi tujuannya? atau hanya sekedar pelampiasan karena Jooheon mendalaminya? Semua itu terus menganggu Changkyun, sejak mendengar musik buatan Jooheon dan juga mendapati wajah bahagia sang sahabat ketika mengurai cita-citanya.

"Aku ingin menjadi composser." Dengan mata berbinar, Jooheon mengurai tujuannya tersebut pada Changkyun.

"Composser?" Ulang Changkyun yang dibalas anggukan semangat Jooheon.

"Eoh.." Senyum terukir diwajah Changkyun mengembang melihat bagaimana bahagianya Jooheon saat itu.

"Itu keren." Ucapnya membuat sang sahabat memandang Changkyun lekat.

"Benarkan...itu...pasti sangat keren." Changkyun mengangguk membalas ucapan Jooheon.

"Sejak kapan kau berpikir menjadi composser hyung? Kau tidak memutuskan itu saat aku memujimu jenius bukan?" Setengah bercanda, Changkyun berujar.

Jooheon mengurai tawa pelan seraya menggeleng. "Aku bahkan sudah berkonsultasi dengan wali kelas tentang hal ini."

"Really??" Kali ini Jooheon mengangguk membalas ucapan Changkyun. "Sudah sejak kapan?" Changkyun mencaritahu.

"Awal semester baru, sekitar dua bulan setelah kita kembali sekolah setelah libur semester." Sedikit mengingat, Jooheon menjawab.

"Sudah selama itu?" Mata Changkyun membulat "Lalu kenapa kau tak pernah menceritakan padaku hyung?" Changkyun mengurai protesnya.

"Karena pada awalnya aku pikir ini adalah ide yang konyol." Jawab Jooheon seraya menarik nafas dalam.

"Kau tahu kan...aku bahkan tidak pernah datang keruangan ini, kecuali saat pelajaran musik berlangsung. Jadi kupikir akan sangat aneh jika seorang siswa yang bahkan tak tertarik dengan musik dan bahkan tak pernah ikut ekskul musik tiba-tiba bermimpi jadi composser. Karena itu aku tidak menceritakan padamu, karena aku berpikir ide ini cukup konyol untuk kupilih." Balas Jooheon dengan pandangan yang membentur dinding putih ruang musik.

"Jadi kau tidak memberitahuku karena takut aku menertawaimu, begitu?" Jooheon mengarahkan pandangannya pada Changkyun karena ucapan sang sahabat.

"Kau bisa menyimpulkan seperti itu." Tak coba menyanggah, Jooheon menjawab.

"Apa dimatamu aku ini orang jahat, sampai berpikir aku akan melakukan itu padamu!!" Nada suara Changkyun naik satu oktaf.

Tawa pelan Jooheon membalas protes sang sahabat, membuat yang lebih muda memasang wajah kesal.

"Maaf Kkung...aku terlalu rendah diri, karena itu tidak mengatakan hal ini pada siapapun termasuk kau. Bahkan aku belum mengatakan pada orang tuaku tentang ini." Kata-kata Jooheon membuat ekspresi Changkyun berubah.

"Jadi...selain sosaengnim, aku yang kedua tahu tentang ini?" Simpul Changkyun yang disambut anggukan Jooheon.

"Wuaaah....aku namja yang beruntung bukan." Tawa Jooheon kembali terurai karena ucapan Changkyun padanya.

°•°•°•°

"Sial." Changkyun menelungkupkan kepalanya diatas piano ruang musik.

Tiga jam kosong dilewatinya diruangan tersebut, dengan perasaan yang gusar.

"Hyung....bagaimana ini? Apa...aku menyerah saja?" Gumam Changkyun yang tak mendapat balasan dari siapapun.

Changkyun menghela nafas berat, sebelum akhirnya duduk dengan tegak. Memandangkan kertas partitur dihadapannya, Changkyun meraih kertas tersebut kemudian.

"What should I do?" Desah Changkyun pelan dalam satu hembusan nafas berat.

°•°TBC°•°

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Catatan Akhir Sekolah | Buku 3 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang