Destination ▪ 4

46 8 0
                                    

Jooheon sedang mengayun langkah teraturnya memasuki kelas. Ketika pria berdimple itu merasakan sebuah tangan melingkar dibahunya. Tanpa menghentikan langkahnya, Jooheon menoleh pada si pemilik lengan. Senyum terukir diwajah pria Lee itu saat mendapati sosok yang sudah berjalan disisinya itu adalah teman sebangkunya.

"Hanya sendiri?" Pertanyaan itu membuka perbincangan mereka, setelah sebelumnya hanya saling menyapa lewat senyuman.

"Tadinya...tapi sekarang tidak lagi." Balas Jooheon yang membuat senyum melebar diwajah temannya.

"Karena ada aku?" Menunjuk dirinya sendiri, pria disisi Jooheon bertanya.

Jooheon membalas dengan anggukan, tanpa memudarkan senyuman diwajahnya.

"Lalu kemana sahabat baikmu? Kenapa membiarkanmu sendiri dan harus berakhir bersama sosok tampan sepertiku?" Jooheon menyikut perut temannya itu, membuat sosok tersebut tertawa pelan.

"Aku juga tak tahu, aku jarang bertemu dengannya sekarang. Atau lebih tepatnya....dia seperti menghindariku." Menyimpan kedua jemarinya didalam saku, Jooheon membalas dengan wajah yang terlihat serius.

"Apa kalian bertengkar?" Gelengan Jooheon didapati si penanya, saat dirinya menoleh pada teman sebangkunya itu.

"Atau mungkin saja kau menyinggungnya." Ucapan sang teman membuat Jooheon menghentikan langkahnya.

"Kupikir tidak." Memasang wajah berpikir, Jooheon menjawab.

"Coba kau pikirkan baik-baik, mungkin saja tanpa sadar kau membuatnya marah dengan candaan atau ucapanmu." Jooheon semakin memutar otaknya karena ucapan tersebut, namun tak mendapatkan ingatan kalau dia melakukan sesuatu yang salah.

"Tidak...aku benar-benar ingat kalau aku menyinggungnya. Bahkan terakhir saat kami bertemu, kami berpisah seperti biasa. Kami masih bercanda, dia bahkan tertawa saat berpisah dihalte denganku." Urai Jooheon membuat sosok dihadapannya berpikir.

"Lalu kenapa?" Memasang ekspresi bingung, teman Jooheon bertanya.

"Itu yang membuatku bingung sampai sekarang." Bibir Jooheon mengerucut, tanda bahwa pria Lee itu tengah berpikir.

Dengan tangan yang dilipat didepan dada, Jooheon nampak mematung. Hingga tak menyadari Changkyun yang terlihat menatap keduanta dengan langkah yang melambat.

Sempat tercenung sesaat, Changkyun menyelipkan earphone ketelinga-nya saat mendapati sosok disisi Jooheon menoleh padanya. Pria Im itu-pun mengayun cepat guna menghindari sosok Jooheon yang masih belum menyadari keberadaannya.

"Jooheon-a....orang yang kita bicarakan ada dibelakangmu." Segera Jooheon memutar tubuhnya, dan mendapati Changkyun melangkah lebar dengan pandangan menunduk.

"Kkung..." Panggil Jooheon dengan suara keras, namun tak mendapat respon dari yang dipanggil.

"Kkung...." Jooheon mengeraskan suaranya, berharap Changkyun mendengar panggilan itu.

Semakin melebarkan gerakan kakinya, Changkyun membuat Jooheon menyadari bahwa yang lebih muda mendengar panggilan darinya. Setelah berpikir sejenak, Jooheon-pun memutuskan kembali memanggil sosok itu.

"IM CHANGKYUN, RESLETING CELANAMU TURUN!!" Teriakan itu berhasil membuat langkah Changkyun terhenti.

Bahkan pria Im itu sudah menunduk memastikan ucapan sang sahabat, namun berakhir menyesal saat mendapati resleting celananya tertutup rapat.

"Sial..." Rutuk Changkyun

Meremat tali tasnya, Changkyun menikmati suara langkah kaki Jooheon yang mendekat. Menikmati rasa panik sesaat, Changkyun akhirnya bisa bernafas lega saat suara bel menggema. Tanpa banyak berpikir, Changkyun segera berlari bersama murid-murid lain bermaksud menghindari Jooheon yang tinggal beberapa langkah lagi menghampirinya.

"Kkuuuung!!! Kkkunggg!!!" Panggil Jooheon berharap sosok tersebut berhenti.

Akan tetapi itu hanya sebatas harapan Jooheon. Karena sosok Changkyun terlihat semakin mempercepat langkahnya, bersama murid lain yang berlomba memasuki gedung sekolah.

"Ternyata benar kau menghindariku." Gumam Jooheon dengan suara lirih

°•°•°•°

Suara pantulan bola basket, mendominasi kebungkaman Jooheon juga Changkyun. Sejak Jooheon menarik Changkyun ketempat itu, tak sepatah katapun terurai dari bibirnya. Pria berdimple itu hanya memandang lekat Changkyun seraya terus memantulkan bola basket ditangannya. Sebelum kemudian mengarahkan bola itu pada Changkyun setelah memantulkannya dengan kuat dilantai.

"Kenapa kau menghindariku?" Tepat saat bola sudah berada ditangan Changkyun, Jooheon akhirnya buka suara.

"Aku tidak menghindarimu hyung." Sangkal Changkyun yang kini sudah memainkan bola basket ditangannya.

"Jangan berbohong, kau jelas-jelas menghindariku." Ucapan Jooheon disambut gelengan lemah Changkyun.

"Kenapa aku harus menghindarimu hyung?" Changkyun balas bertanya kemudian.

"Bukankah itu pertanyaanku, kenapa kau menghindariku?" Dengan wajah datar Jooheob berujar.

"Aku..."

"Apa aku melakukan kesalahan? Apa aku menyakiti perasaanmu? Apa ada hal menyebalkan yang kulakukan padamu?" Kali ini Changkyun menggeleng kuat.

"Tidak hyung." Sanggah pria Im itu.

"Lalu??" Jooheon terlihat menuntut jawaban yang ingin didengarnya.

Akan tetapi Changkyun memilih membisu. Dengan pandangan tertunduk, yang lebih muda sibuk memainkan bola seolah benda itu lebih menarik dari objek dihadapannya.

"Kkung.."

"Maaf hyung." Dengan suara rendah Changkyun berujar, memutus ucapan Jooheon. "Hanya itu yang bisa kukatakan saat ini." Memberanikan diri menatap Jooheon, Changkyun berujar kemudian.

"Maaf hyung..." Segera Changkyun beranjak meninggalkan Jooheon setelah kembali meminta maaf.

Meninggalkan Jooheon juga bola yang dia lepas begitu saja dari tangannya.

"Ada apa denganmu Kkung?" Gunan Jooheon yang terlihat mematung menatap punggung kecik Changkyun yang menjauh.

Tak ada jawaban dari pertanyaan sederhana Jooheon. Membuat sang pria Lee menghela nafas berat.

°•°TBC°•°

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Catatan Akhir Sekolah | Buku 3 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang