Bianca menatap wajah suaminya dengan lekat. Pria bernama Alano itu nampak tersenyum. Mereka telah resmi menjadi suami istri dan kini Bianca bersiap melempar buket bunga ke belakang. Sebagai penutup rangkai prosesi pemberkatan.
Satu..
Dua...
Tigaaa...
Buket bunga pun dilemparkan ke belakang oleh Bianca. Gadis itu masih menunggu siapa yang mendapatkan buket lemparannya. Suara riuh tamu undangan memenuhi pelataran gereja.
"Ciee Dian yang dapet."
"Woy Dian yang dapet!"
"Dian bakalan nikah!"
Bianca membalikkan tubuhnya dan mendapati temannya Dian sedang memegang buket bunga yang ia lempar tadi. Dian nampak tersenyum penuh ke arah Bianca.
Bianca hanya bisa meratapi nasib pernikahannya yang mengenaskan. "Saya ikhlas berpisah. Lebih baik memang begitu." jelasnya dengan wajah murung.
"Aku enggak setuju! Kita masih suami istri selamanya." ucap Alano dengan menggebu - gebu.
"Eh Alano! Sadar diri dong! Keponakan saya enggak pantes sama lo bajingan penjilat miss v." ucap sarkastik Clarissa, bibi sekaligus wali Bianca.
"Saya akan berubah demi pernikahan saya dengan Bianca." ucap Alano dengan tegas.
"Rugi! Buktinya itu si gatel udah hamidun dua bulan gara - gara kamu." Clarissa benar - benar tak bisa menahan emosinya.
"Saya khilaf..saya minta maaf. Bianca tetap istri saya selama - lamanya. Sampai saya mati pun dia tetap istri saya. Karena di mata Tuhan menikah itu sahnya hanya sekali." jelas Alano sambil menggenggam tangan lemas istrinya.
"Eh Alano! Enggak usah bawa - bawa nama Tuhan. Kalau kamu aja gak pernah pergi ke gereja untuk berdoa. Sok - sokan bilang menikah sahnya hanya sekali di mata Tuhan. Kalau kawin boleh berkali - kali sama cewek lain? Udahlah, pak Aldi, bu Larasati. Saya akan bawa keponakan saya pulang. Jadi janda enggak apa dari pada dibeginikan." ucapan Clarissa membuat Aldi dan istrinya terkejut.
"Maaf sebelumnya, saya..." ucapan Aldi terpotong ketika melihat putranya menarik tangan Bianca dan membawa perempuan itu menaiki tangga menuju kamar.
"Apa - apaan ini kalian semua hah? Perjodohan ini malah mengikat keponakan saya jadi dungu begitu?" teriak Clarissa.
"Saya kira, saya diundang ke sini karena ada happy news. Nyatanya saya dikasih tau berita yang membuat hati saya hancur. Apa sih salah keponakan saya? Pernah dia ngemis sama kalian buat dibeliin ini itu? Pernah gak dia nyakitin putra semata wayang kalian yang bangsat itu?" ucap Clarissa.
"Saya minta maaf atas semuanya, Clarissa. Anak saya memang tidak bisa diberitahu. Rencananya juga, Alano hanya akan mengakui anak yang dikandung Dian dan tidak menikahi perempuan itu." ucap Aldi dengan wajah malu. Pria itu sungguh malu dengan kelakuan anak lelakinya.
"Saya, intinya mau Bee dan pria bajingan itu cerai! Masih ada laki - laki lain yang lebih more than rich, more than handsome and more than everything! Toh ini cuman pernikahan jodoh - jodohan biasa. Engga ada unsur utang piutang, balas budi dan lain - lain." pekik Clarissa dan sukses membuat Larasati meringis. Ibunda Alano itu tidak bisa berbuat apa - apa. Clarissa masih berada jauh di atas Larasati dilihat dari segi mana pun.
.................................
Alano mengunci pintu kamar dan segera menyusul istrinya yang duduk di pinggir ranjang. Ia sungguh pusing oleh pernikahannya yang menjadi runyam karena ulahnya sendiri.
"Bi, please, maafin aku ya? Aku bener - bener nyesel ngelakuin semua ini. Sumpah aku cuman sayang sama kamu. Cinta sama kamu. Kemarin aku sama wanita lain itu cuman nafsu sesaat. Kamu tahu lah laki - laki gimana. Aku sekarang mau tobat. Tolong sayang, maafin aku." ucap Alano sambil menggenggam tangan Bianca.
"Aku capek gini, Al. Toh kita udah nikah setahun gak ada kemajuan. Kamu lebih baik melajang aja kalau gak serius menikah." ucap Bianca seraya berupaya melepas tangan Alano yang menggengam tangannya. Namun sayang Alano menggengam tangan istrinya lebih erat.
"Aku udah gak ganteng? Biasanya kamu suka bilangin aku ganteng. Apa aku kurang kece? Perlu tambah tato lagi?"
Bianca menggelengkan kepalanya. "Aku udah gak bisa lanjutin pernikahan ini, Al. Kita udahin aja semua ini." ucap Bianca dengan air mata.
Alano segera memeluk tubuh istrinya. "Aku minta maaf, aku enggak bakalan nikahin Dian. Tapi untuk anak itu aku akan akui."
"Maka dari itu kita udahan." ucap Bianca seraya melepas paksa pelukan suaminya.
"Aku yang gak mau, aku mau kamu tetap jadi ratuku. Aku mau kamu tetap jadi teman hidupku." ucap Alano seraya menahan tubuh istrinya.
"Kamu yang buat semua ini runyam. Keluarga perempuan itu gak akan mau anaknya gak dinikahin apalagi udah hamil. Kamu tahu keluarga dia religius." ucap Bianca dengan tangis yang belum juga reda.
"Keluarganya mau aku gak nikahin anak mereka. Aku juga gak bisa nikah lagi. Yang penting aku akuin anak itu." ucap Alano sembari mengelus punggung istrinya.
"Buat apa gak bisa nikah lagi sama wanita lain. Kalau kawin aja bisa berkali - kali sama wanita yang beda - beda?" ucap pelan Bianca.
"Aku minta maaf. Aku serius minta maaf, sayang. Maafin aku ya? Jangan cerai, Bi. Aku sayang sama kamu."
"Aku pusing, Al. Coba aja kamu jadi aku." ucapan itu membuat Alano terdiam seribu bahasa.
...............
Sudah seminggu berlalu semenjak kabar Alano menghamili Dian yang tak lain teman dekat Bianca. Hari ini Alano mengajak sang istri untuk menghadiri pesta resepsi kolega bisnisnya. Sebenarnya Clarissa sudah terus mendesak keponakannya untuk segera menceraikan Alano. Namun Bianca dirundung rasa bingung. Ia sudah mencintai Alano selama setahun pernikahan mereka. Bisa dibilang cintanya pada sang suami karena sudajq terbiasa berada di sisi suaminya itu.
Kini Bianca nampak anggun dengan floral dress yang ia kenakan. Bersanding dengan sang suami yang mengenakan pakaian jas suite yang berwarna hitam gelap dengan dasi kupu - kupu. "Sayang, kamu mau minum orange juice atau minuman bersoda?" tanya lembut Alano pada Bianca.
"Minum air putih aja." ucap Bianca yang dibarengi denhan senyuman palsu.
"Kamu ya, ada ada aja sayang. Lagi di pesta malah minum air. Ya udah gak apa, aku juga mau minum air putih supaya sama seperti kamu." ucap Alano seraya mencubit pipi istrinya. Ia tengah gemas dengan raut wajah istrinya.
Alano kemudian memanggil waiters dan meminta 2 botol air mineral. Tak menunggu lama si waiters membawakan pesanan Alano. Pria itu bahkan membukakan tutup botol air mineral yang masih tersegel. Setelah terbuka baru ia serahkan pada istrinya.
Untuk urusan posesif, Alano yang sudah menyelingkuhi istrinya tak segan memandang tajam pria - pria yang menatap Bianca dengan pandangan terpesona. Namun hal itu terkesan sia - sia karena pandangan mata Alano sendiri yang goyah. Saat melihat seorang teman semasa kuliahnya yang terlihat seksi dengan balutan dress ketat berwarna merah.
"Aku mau ke kamar mandi sebentar." ucap Bianca seraya berupaya melepas tangan suaminya yang tidak pernah melepaskan genggaman tangannya.
"Aku antar." ucap Alano dengan tegas.
"Nggak, aku bisa sendiri. Mending kamu sapa temen - temen kamu. Ini kan pesta pernikahan temen kamu juga. Aku enggak apa kok Alano." jelas Bianca dengan masih mempertahankan senyuman palsunya.
"Jangan bantah aku sayang. Aku mau kamu tetep di sisi aku. Aku akan ajak kamu nanti ketemu temen - temen aku. Setelah dari kamar mandi. Bisa?" ucap Alano dengan lembut seraya menatap lekat Bianca dan mengusap pipi istrinya itu. Bianca sudah tidak bisa berkata apa lagi selain menganggukkan kepalanya pelan.
######
Revisi 24 September 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bianca Martha Tilaar (PROSES REVISI)
RomanceKisah rumah tangga seorang Bianca dengan Alano yang mengalami pasang surut. Alano yang tak pernah bisa setia berbanding terbalik dengan istrinya. Nb: cerita ini masih dalam proses perevisian setiap bab. Harap permaklumannya bila kurang nyaman dalam...