MGIB 2: Hitam

28 6 0
                                        

Dia pergi dengan meninggalkan begitu banyak kenangan dan juga luka.
-Venusia Anastasya


'Angel POV'

Sudah seminggu kakak ku koma dan sekarang aku melihat tangan kakak ku bergerak gerak, aku segera memberi tahu ayah kalau kakak sudah sadar.

"Ayah! Ayah! Kakak udah sadar Ayah!" Teriak ku sangking senang nya.

Ayah yang mendengar itu langsung menghampiri kamar kakak dan segera menekan tombol untuk panggil dokter, ga lama kemudia dokter datang dan memeriksa kakak.

'Venusia POV'

Dokter membuka perban yang ada di mata ku dengan perlahan lahan. Setelah selesai dia menyuruhku membuka mata dengan perlahan,"Buka mata mu secara perlahan lahan." Ujarnya.

Aku menuruti perkataannya dan membuka mata ku secara perlahan. Ketika aku membuka mata ku yang aku lihat hanyalah kegelapan, aku merasa heran dan aku mencoba membuka mata ku tapi lagi lagi terlihat gelap. Sebenarnya kenapa mataku gelap? Apa disini sedang mati lampu? Aku tidak suka gelap, gelap itu menakutkan. Langsung saja aku memanggil ayah ku.

"Ayah, nyalakan lampunya, aku takut gelap," Ucap Venusa ketakutan.

Ayah ku yang melihat diri ku seperti ini merasa sedih. Dia tidak tahu bagaimana caranya memberitahukan ku bahwa aku tidak bisa melihat lagi.

"Nak, disini tidak mati lampu." Kata ayah ku lembut.

"Lalu kenapa aku tidak bisa melihat kalian semua dan pandangan ku juga gelap, apa jangan jangan kalian membohongi ku ya?" Ayah yang melihat aku seperti ini mencoba untuk menahan tangisannya karna dia tidak mau membuat putrinya sedih dan Ibu ku yang melihat ku seperti ini hanya menangis, menangis, dan menangis. Ia sempat pingsan ketika mendengar kabar bahwa aku tidak bisa melihat dunia ini lagi untuk selamanya.

"Kenapa kalian tidak menjawab ku? Aku takut gelap, aku takut sendirian, hiks," Aku menangis dan sangat bodohnya aku tidak menyadari bahwa diri ku tidak bisa melihat mereka lagi. Tiba tiba dokter datang ke kamar yang di tempati oleh ku,"Permisi, maaf, saya harus menyampaikan berita buruk kepada kamu Venusa. Sebenarnya kamu mengalami kebutaan karna benturan yang terlalu keras di mata anda." Jelas dokter panjang lebar.

"Dokter bohongkan? Aku tau kalian semua sendang mempermainkan ku. Sudah lah aku sedang tidak ingin bermain main!" Ujar ku meyakinkan diri ku bahwa ini hanya gurauan semata. Ayah, ibu, dan adik yang mendengar ku berkata seperti ini merasa sedih, terutama ibu ku, dia tidak berhenti hentinya menangis di samping adik ku.

"Maaf nona Venusa tapi yang saya katakan benar dan saya tidak sedang bercanda." Ucap dokter dengan hati hati.

"ENGGA! GA MUNGKIN! HIKS HIKS AKU HIKS GA MAU BUTA HIKS IBU VENUS TAKUT HIKS!" Isak tangis Venusa yang menggelegar di penjuru ruang inapnya. Ibu segara berdiri dan memeluk tubuhku erat seakan memberi kekuatan kepada ku.

"Ada ibu disini kamu jangan takut." Ujar ibu ku lembut walau terlihat menangis.

"Ibu hiks hiks Venus ga suka, kenapa tuhan menguji Venus seberat ini? Kenapa tuhan ga sekalian aja ambil nyawa Venus biar Venus ga ngerasain ini hiks hiks." Ujarku yang terisak.

"Kamu ga boleh ngomong kaya gitu, tuhan nguji umatnya ga bakal lebih dari kemampuan yang mereka punya." Ucap ibu ku yang menenangkanku. Aku masih saja nangis bersedu sedu. Ayahku terlihat marah karna aku seperti ini.

Beberapa saat kemudian.

Aku sudah merasa tenang dan aku memakan makanan yang di berikan oleh rumah sakit dan di suapi mama dengan kasih sayang dan kelembutan.

Aku makan hanya beberapa sendok,"Ma, udah, aku udah kenyang," Ujar ku, mama hanya mengiyakan dan menaru piring yang berisi bubur itu. Kemudian mamaku mengambil air putih dan memberikannya kepada ku.

"Ma, kapan aku bisa kesekolah?" Tanya ku,"Minggu depan ven," Tutur mamah ku lembut.

Aku hanya diam mendengar perkataan mama, semenjak aku kehilangan penglihatanku semua nya berubah.

"Ma, Fari di mana?" Tanyaku yang membuat ayahku mengangkat kepalanya. Semua diam, tidak ada yang menjawab sama sekali, aku heran, kenapa mereka tidak menjawab pertanyaan ku? Apa aku salah bertanya?

"Sudah lah nak, jangan dipikirkan lagi," Kata mamaku,"Besok kamu boleh pulang."

Aku senang mendengar itu, aku rindu sekali dengan kamarku. Kami berbincang bincang dengan gelak tawa. Rasanya beban di hidupnya sedikit berkurang.

***

'Fari POV'

Sudah dua minggu aku memikirkan keadaan Venusia, apakah dia sudah pulang dari rumah sakit? Apa dia marah kepada ku? Entah lah, hanya tuhan dan dia yang tahu.

Aku di jodohkan oleh ibu ku karna beliau terlilit hutang dan kami sudah bangkrut. Venusia tidak mengetahui itu, aku malu bila harus jujur kepadanya.

Hari ini aku memberikan sebuah pesan kepada Venusia menggunakan jasa pos dan mengantarnya ke rumah Venusia. Aku berharap dia menerimannya dan mau mendengarkan penjelasan ku. Aku hanya bisa berpasrah kepada tuhan bila dia tidak mau mendengarnya.

Pertama kali aku mendengar Venusia buta, aku sangat marah kepada ibuku, tapi aku ingat, tidak ada yang akan membantu ibu ku lagi untuk melunasi hutang dan Ia harus menjalin hubungan dengan anaknya teman Mamahku agar bisa menutupi semua kerugian.

Aku sekarang sedang berada di dalam kelas, pikiran ku hanya melayang layang memikirkan Venusia dan tak fokus pada materi yang di berikan oleh guru sampai sampai teman di sebelahku menyenggol ku dengan sikutnya yang tidak begitu sakit namun membuat lamunan ku buyar.

"Woy iz, lo bengong mulu, di plototin noh ama Mr. Horor." Ujarnya seraya berbisik, Faiz pun melihat ke arah Pak Gandi dan benar, Pak Gandi memelototkan matanya yang hampir keluar. Aku hanya cengar cengir seperti tidak terjadi apa apa.

"Lo mikirin mantan lo lagi?" Tanya Isal teman sebangkunya sekaligus sahabatnya,"Kalo masih sayang kenapa lo putusin, pinter!" Lanjutnya.

"Gue ga bisa bareng dia lagi, gue juga udah bikin dia ga bisa liat gue lagi." Ujarku seraya menundukkan kepala agar air mataku tak menetes lagi.

"Lo buat dia buta?! Lo gila?!" Ucap Isal agak sedikit meninggi dan membuat Pak Gandi lagi lagi melihat ke arahnya dan mereka pura pura fokus.

"Ceritanya panjang nanti pas istirahat gue ceritain." Ujarku yang tak tahan menanggung beban ini sendirian karna terlalu berat bagiku.

Aku mengalihkan pandangn ku ke arah pak Gandi dan mulai berfokus kepada pelajaran.

Tbc!
jangan lupa tinggalin jejak^^

My Girl Is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang