7

283 50 0
                                    

Semenjak kejadian tempo hari, Albin tidak pernah mengganggu Felix lagi. Terhitung sudah 4 hari Albin mendiamkan Felix bahkan saat mereka tidak sengaja bertemu di jalan.

Felix tentu saja sangat bahagia, dan lega. Tetapi ia juga sangat penasaran apa yang membuat Albin berhenti. Ingat kan Felix itu anak yang memiliki jiwa penasaran yang besar? Kalian bisa menyalahkan itu atas apa yang akan dilakukan Felix saat ini.

Saat ini Felix sedang mengikutin Albin, iya mengikutinya, seperti seorang mata-mata. Awalnya tidak ada yang mencurigakan dan aneh, hingga Felix mendengar apa yang Albin katakan saat ia sedang mengobrol dengan temannya, Sam dan Kiano.

"Iya, aku menaruh perasaannya sejak pertama kali melihatnya. Aku merasa itu salah, karena dia bukan keturunan penyihir, kau tahu sendiri aku sangat membenci kaum mereka. Aku bahkan meyakinkan diriku kalau ini bukan rasa suka, dan mencoba menghilangkannya, tetapi hasilnya nihil, rasanya tetap sama setiap aku melihatnya," Albin terlihat frustasi.

"Oh ya? Memangnya apa yang kau rasakan ketika melihatnya?" Kiano bertanya.

"Jantungku berdebar, dan rasanya aku senang ketika berada di sekitarnya. Ah shit, memalukan sekali"

"Wow, you're 100% in love, Bin. No doubt."

Felix yang mendengar hal itu tidak sengaja tersentak dan membuat suara kecil.

"Siapa disana?!" Albin berucap dengan posisi sudah bangun dari tempat duduknya.

Felix panik, tidak sempat memikirkan apa apa dan lari kemanapun kakinya membawa. Bersembunyi di perpustakaan sepertinya ide yang bagus, terhalang oleng banyak rak, Albin tidak akan menemukannya. Felix mengatur nafasnya, lega sekaligus masih terkejut dengan pernyataan Albin tadi.

Felix kembali memastikan saat dirasa kondisi sudah aman, "tidak ada siapa-siapa," ucapnya pada angin.

Saat ingin keluar, tangan Felix seketika ditarik untuk berbalik, dan tubuhnya terperangkap antara rak buku dan orang di depannya, dengan kedua tangannya di kedua sisi kepala Felix.

"There you are lil kitten," Albin tersenyum miring.

Felix kembali panik, "l-lepaskan aku!"

"Tidak. Jawab dulu pertanyaanku."

"A-apa?"

"Apa kau mendengar percakapan kami tadi?"

"Percakapan apa? Aku tidak tahu apa-apa" Felix berusaha terlihat tenang, namun suaranya tetap bergetar.

"Jangan berpura-pura tidak tahu, Felix Fluramore," Albin mendekatkan wajahnya pada wajah Felix, membuat felix memejamkan matanya dan menahan nafas.

"Jawab dengan jujur, aku peringatkan, aku bisa saja menciummu disini."

"iyaakumendengarsemuanya!" Nafas Felix tersenggal.

"Hm, sudah kuduga. Kalau begitu, mulai saat ini kau adalah pacarku, mengerti?"

"A-apa?"

"Kau tidak tuli kan? Mulai detik ini juga, kau, Felix Fluramore, adalah pacarku, Albin Xaviero."

Felix tidak mampu menjawab, jadi ia hanya diam sambil mencerna yang baru saja terjadi.

[3] Platform ❾¾ {Changlix} ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang