8

411 49 1
                                    

"What?!"

"Aduh kalian, jangan teriak."

"Maaf maaf, kami hanya terkejut. Lagi pula bagaimana ceritanya kalian bisa berpacaran? Serius lho, tidak pernah terpikirkan olehku, apalagi dengan sifat Albin yang seperti itu," jelas Peter.

"Benar kata Peter, siapa yang bisa menyangka kalian berpacaran." ucap Sky menambahkan.

"Yah begitulah, aku juga kaget tahu, astaga."

"Lix, lihat, Albin datang," Kiel tiba-tiba bersuara.

"Ehem, maaf, Felixnya boleh di pinjam dulu?"

"Boleh, asalkan Felix aman," Peter memicingkan matanya.

"Haha, tenang saja tupai. Yasudah kami pergi dulu, itu Kiano sedang menunggumu di luar, keluarlah." ucap Albin sebelum mereka keluar dari dining hall.

"aPA?!"

"Astaga Peter, suaramu." Sky menutup telinganya.

"Maaf maaf, aku keluar dulu ya, sampai nanti!"

"Ck, dasar bucin."

"Albin, mau kemana?"

"Come here, sit down."

Albin membawa Felix ke taman.

"Your hand... is it okay?"

"Ah, ini. I'm okay."

Albin menghelas nafas, "sorry. sorry for everything, Felix," Albin menggenggam tangan Felix.

"Eum, it's okay, Albin," Felix menepuk pelan bahu Albin.

"Maaf ya aku bodoh banget, dan karena kebodohanku, kamu jadi terluka gini."

"Gak apa, Bin, serius."

"Aku janji, mulai detik ini sampai seterusnya, aku akan jagain kamu apapun yang terjadi. You're my responsibility now," Albin memeluk Felix.

END!

Heyy haha, maaf ya worknya berantakan dan kesannya cepet banget alurnya + maksa, karna sebenernya 8 chapter ini aku paksa ngetik langsung sekaligus semua dalam semalam jadinya ya gak maksimal huhu :' awalnya cuman mau ngetik biasa dan dilanjut hari hari besoknya, tapi aku pikir takut niatnya berhenti tengah jalan terus idenya hilang, jadi selama aku masih ada niat aku paksa ngetik sebanyak mungkin,and voila! selesai 8 chapter walaupun ya abstrak gini wkwk

Makasih yang udah baca ya! Purple u 💜

[3] Platform ❾¾ {Changlix} ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang