" Makasih ya,mas."
"Loh teteh ... "
"Hah?" Tanyaku bingung,Entah siapa pria di depan ku ini.
"Bentar-bentar..." Ucapnya seraya merogoh kantong celananya seperti mencari sesuatu.
" .... Ini teteh kan." Dia menunjukkan sebuah akun sosial media lengkap dengan foto ku.
"I.. iya.Ko mas nya bisa tau akun sosial media saya?"
"Hehehe.. tau atu teh,Saya kan pengagum rahasia teteh."
" Ada-ada aja." Ucapku tak menggubris perkataan nya.
"Oh iya teteh mau kemana?"
" Bogor."
"Ngapain?"
"Emang penting ya untuk mas tau?"
"Ko si teteh jadi jutek gitu."
Ya ampun.. Coba aja bukan dia yang membantu memberikan kursi untuk nita.sudah ku tinggalkan ni orang.
" Eh maaf maaf mas.saya emang gitu kalo sama orang asing."
"Oh asing ya.Yaudah atuh kita kenalan aja gimana?" Usulnya dengan menyodorkan tangan kanan nya.
"..saya Rahman."
"Tiara.."
"Namanya cantik sama kaya wajahnya."
"Mas rahman bisa aja."
"Panggilnya jangan mas teh.Rahman aja."
"Oh yaudah kamu juga gausah panggil teh.panggil tiara aja."
"Yaudah kalo gitu."
Selepas perkenalkan itu tidak ada lagi obrolan di antara kita.Mungkin ia bingung harus mencari topik apa.Sampai akhirnya setelah melewati waktu yang lumayan lama,Kami tiba di kota hujan tujuanku.
"Nita.Ayo turun."
"Iya ka."
Setelah turun dari kereta.Kami harus naik 2 kali lagi angkutan umum agar bisa sampai di rumah nenek.Untung saja ada beberapa angkot yang sedang ngetem di pinggir jalan menunggu penumpang.Jadi aku tidak harus lama-lama menunggu angkot,Tanpa membuang waktu aku dan Nita segera masuk dan duduk di dalam nya.
"Loh teteh.eh maap ..Tiara?"
"Rahman."
"Saya kira mau ke Bogor kota.Padahal naik angkot juga ya,hehehe kalo boleh tau tujuannya mau kemana?"
Lagi-lagi lelaki ini.Memang jika di lihat dari penampilan ia tidak terlalu buruk, Maksudku gaya style nya rapi.Tidak terlalu menunjukkan bahwa ia orang kampung.Tutur bahasa dan gaya bicara nya pun sopan."Saya mau ke kampung nenek saya."
"Ooh.kalo boleh tau, Kampungnya dimana? Siapa tau deket sama kampung saya."
"Cibolang."
"Oh alhamdulilah Deket atuh.Saya juga mau ke arah situ.tapi saya masih belah sini nya." Seraya tersenyum manis.
"Oh." Jawabku membalas senyum nya.
Aku segera mengambil ponsel di tas, beberapa pesan baru masuk dari berbagai nama. Aku mengecek salah satu pesan yang masuk paling atas.
Abdulah Ar-rahman.
Allah pasti mendengar semua doa-doa hambanya.Maka dari itu saat ini ia tengah mengabulkan doa dari salah satu hambanya.
Akun yang kemarin bertanya "boleh kenalan." Namun tak ku hiraukan kini mengirimkan ku kembali pesan.Tapi kali ini berisi sebuah kata-kata.
Ah sudahlah aku tidak terlalu memperdulikan nya.Aku segera mencari kontak mamah dan menekan tombol hijau di atasnya.
"Hallo.Assalamualaikum mah."
"Waalaikumsalam kak."
"Ini aku lagi di Bogor,Tapi sekarang masih di angkot sih.Bentar lagi sampe rumah nenek ya."
"Loh ko kamu ga kabarin mamah dulu.Kan nanti mamah bisa suruh mang Ujang biar jemput ke stasiun.biar kamu gausah naik angkot"
"Gapapa ko mah,Udah terlanjur.Yaudah kalo gitu udah dulu ya,Aku males pegang hp kalo di tempat umum."
"Iya ka.Hati-hati ya jaga Nita baik-baik."
"Iya mah pasti.Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah telfon di matikan dari sebrang. aku melihat Nita duduk di samping ku begitu lesu.Pasti dia cape karena perjalanan ini.
"Nit sini bobo aja Kaka." Ucapku menepuk paha ku sendiri yang di balut celana jeans panjang.
"Emang gapapa ka?"
"Iya gapapa."
Benar saja.tanpa menunggu lama ia langsung menjadikan paha ku sebagai sandaran bantalan tidurnya.
🌺🌺🌺🌺🌺
Tak terasa kami sudah sampai di kampung nenek.aku segera membangunkan Nita dan membayar ongkos perjalanan kepada sang supir.
"Loh ko kamu ikut "
"Hehehe iya saya sengaja ikut.Buat mastiin kamu sama calon adik ipar selamat."
"Hah maksudnya?"
"Eh ngga ngga.Maksudnya mau mastiin aja kamu sama adik kamu selamat.iya gitu."
"Oh.Yaudah makasih ya,Saya duluan.Pengen cepet-cepet istirahat cape banget."
"Iya sama-sama.Hati-hati ya..."
"... Eh iya Tiara."
"Iya?"
"Aku rasa kita pernah ketemu sebelumnya."
"Hm?Dimana."
"Di mimpi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Karena Takdir_Nya
SpiritualBukankah Allah telah banyak memberitahu kan kepada manusia bahwa berharap selain padanya hanya menghasilkan kekecewaan?Lantas mengapa masih banyak manusia yang menggantungkan harapan pada manusia lain?