Pagi ini aku bangun dengan kaki yang sakit. Heels yang kupakai tadi malam cukup melukai kakiku hingga kulitnya sedikit lecet. Begitu besarnya pengorbananku hanya untuk menjadi asisten pribadi Madam.
Aku keluar dari kamar dan langsung mendapatkan tatapan-tapapan aneh dari maid yang lainnya. Aku berusaha tidak peduli dan duduk disalah satu kursi makan. Aku mengambil sarapan dari mangkok besar berisi bubur, dengan tenang aku mulai makan.
"Dia, bukan?"
"Iya."
"Aku tidak percaya dia dapat masuk ke pesta itu, sudah kuduga ada yang tidak beres dengannya."
"Benar-benar gold digger!"
Aku mendengar semua bisikan itu yang mana di layangkan padaku tentunya, karena hanya ada aku dan Diane didalam pesta itu. Aku tidak menyangka Diane akan selicik ini dengan memberitahu maid lainnya tanpa memberitahu kebenaran yang aku katakan semalam.
Setelah selesai sarapan, aku segera membawa piringku kewastafel dan mencucinya langsung. Tatapan menusuk terasa di punggungku, hinaan juga terasa di telingaku. Sebegitu bencinya mereka denganku.
Aku langsung pergi ke kamar saat setelah mencuci piring, dengan cepat aku memakai baju maidku. Aku menatap wajahku dikaca, princes tadi malam sudah hilang dan yang tinggal hanyalah upik abu. Aku membuka laciku dan mengambil lipstik yang kusimpan diantara buku. Aku memakainya sedikit, karena aku takut ketahuan dan kena hukuman nantinya. Dengan lipstik ini kuharap aku tidak terlalu buruk.
Terdengar bunyi langkah kaki di depan kamarku, artinya mereka sudah mulai pergi ke rumah utama. Aku masih menunggu sampai mereka semua pergi dan aku akan datang terakhir.
Saat tidak lagi terdengar suara, aku langsung keluar dari kamar dan tanpa sengaja berpapasan dengan Diane. Ia tidak menatapku, ia melewatiku begitu saja seolah aku tidak ada. Aku tidak begitu peduli juga padanya lalu berjalan menyusul lainnya yang sudah berada dirumah utama.
Aku memasuki dapur, jalan utama bagi para Maid untuk masuk kerumah utama ini. Aku mengambil apron putihku lalu melilitnya di pinggangku. Tiba-tiba Diane datang dari belakangku lalu menyenggol bahuku, seolah aku menghalangnya untuk jalan.
Aku menghela napas, tidak suka dengan suasana saat ini.
"Kayla! Kau dipanggil Madam ke ruangannya," kata salah satu maid.
Semua orang tiba-tiba menatapku dan mulai berbisik kembali. Tidak terkecuali Diane yang kini menatapku sinis. Berada disini bersama mereka terasa sangat gila.
"Terima kasih," balasku untuk siapapun yang memberitahuku.
Aku berjalan melewati mereka dan langsung ke ruangan madam. Aku mengetuk pintu dahulu, setelah dengar suara yang menyaut barulah aku masuk.
"Pagi, Madam," sapaku.
Aku dapat melihat madam terlihat lebih bercahaya dari sebelumnya. Wanita itu tidak berhenti tersenyum lebar seolah memenangkan jackpot bernilai milyaran.
"Kayla, aku ada berita bagus untukmu!" pekik madam antusias. Madam terlihat tidak sabar untuk memberitahuku.
"Apa itu madam?" tanyaku.
"Kau naik pangkat menjadi asisten pribadiku! Selamat Kayla!" Madam terlihat sangat senang sedangkan aku merasa bimbang. Ikut dalam pesta tadi malam saja sudah membuatku digosipkan apalagi jika mereka mendengar hal ini.
"Apa kau yakin memilihku, Madam? Kurasa masih banyak maid lain yang mungkin lebih baik dariku, seperti Diane." Tolakku halus.
Madam mengernyit, membuat kerutan berada di dahi indahnya. "Aku menginginkanmu, Kayla. Aku tidak ingin yang lainnya maupun itu Diane, aku memilihmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid for You (available On Dreame)
Historical FictionPernahkah kau berpikir tinggal dirumah mewah dengan semua yang kau inginkan, juga 3 pria tampan yang selalu bersamamu? Aku rasa semua itu khayalanku, saat aku dibangunkan di dunia nyata dengan hidup menyedihkan yang selalu membuatku lelah dan kes...