Prolog

1.2K 184 16
                                    

Tak akan ada yang mengerti—menurut mereka begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak akan ada yang mengerti—menurut mereka begitu.



Minho telah hilang kepercayaan terhadap takdir dan tak ada seorangpun yang mengetahui alasannya. Ia sengaja tak memperlihatkannya, karena apa yang orang lihat dan dirinya lihat tak selalu sama. Ia hanya tak siap dengan perbandingan itu.

Minho bukannya hidup di balik raut kepalsuan, tapi orang-orang lah yang tak bisa melihat raut aslinya. Bagaimana sifatnya yang bisa sangat menipu perasaannya—entah sedang bersedih atau bahagia. Orang-orang seakan terbawa oleh arus permainan Minho sehingga tak ada satupun yang sadar apa yang sedang Minho rasakan. Tawa Minho sungguh menghipnotis; membuat orang-orang percaya bahwa tawa itu sungguh tulus, bukannya sebuah persona yang menutupi sosok asli seorang Lee Minho.




Sedangkan Lee Felix terpuruk dalam takdir. Bahkan ia sendiri tak percaya bahwa dirinya benar-benar ditakdirkan untuk lahir di dunia ini. Semua yang ia lihat terasa sangat fana, sampai ia sendiri seakan tak mampu menyentuhnya.

Hidupnya serupa tanah: selalu di bawah dan bertakdir untuk diinjak. Tak ada sedikitpun sorotan yang mengarah padanya dengan berbinar. Hadirnya tak pernah diakui apalagi diharapkan. Ia hanya bisa merengkuh sambil menerima tiap kali mereka menginjaknya. Bukannya tak punya nyali, tapi Felix merasa tak pantas untuk berdalih. Ia tahu diri, bahwa takdir pun tak memihaknya.




Beda lagi dengan Hyunjin. Pesonanya tak pernah menipu, tapi ia selalu merasa ditipu oleh pandangan orang-orang terhadapnya. Setiap sorot kekaguman yang tertampil padanya tak pernah ada yang terasa tulus—baginya.

Hwang Hyunjin tidak hidup dalam kepalsuan, tapi takdir seakan membuatnya terkurung di dalamnya. Setiap binar mata, lengkungan senyum, serta sapaan hangat dari orang-orang yang tertuju padanya, tak pernah ada yang menampilkan kepahaman pasal hatinya. Seperti drama; Hyunjin hanya berlakon, dan orang-orang tersanjung dengan tampangnya—bukan perasaannya. Sensasi yang orang-orang pikirkan, tak sama dengan yang ia rasakan.





Mereka tidak menuntut pada takdir. Mereka hanya ingin membuktikan; bahwa takdir benar-benar memiliki suara yang sama dengan mereka.





 Mereka hanya ingin membuktikan; bahwa takdir benar-benar memiliki suara yang sama dengan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Wettt
Prolog dah up!!
Gimana tuh dalem gak prolog nya??

Btw, sekadar peringatan nih kalo cerita ni bakal pake bahasa baku yee
Jadi bakal kaku banget




VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang