Enam

433 126 1
                                    







"Singgungan Antar Sumbu"









"Singgungan Antar Sumbu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Pertemanan mereka sudah terjalin cukup lama setelah ketidaksengajaan waktu itu. Dan sesungguhnya tak ada yang benar-benar berubah. Hanya saja ada beberapa hal yang memang menjadi komponen penambah atau pelengkap dalam hidup mereka. Misalnya, kepedulian.

Dengan perbedaan sifat dari masing-masing, tak menghalangi tindakan mereka untuk saling menjaga-meski kadang dengan cara tsundere.

Minho dengan aura cerianya selalu bisa membuat suasana lebih hidup dan berwarna. Entah suntuk ataupun kalut, selalu dapat diatasi oleh lelucon Minho. Kemudian Hyunjin yang sebenarnya hiperaktif, tapi sering menutupinya dengan kesan cool, juga bisa membuat Minho maupun Felix merasa nyaman karena karakternya yang penyayang. Lalu, keluguan Felix yang kerap menyadarkan Minho dan Hyunjin untuk lebih mengerti soal kehidupan. Kehidupan yang selama ini mereka arungi dengan kebencian ... Kebencian terhadap takdir.

Felix pun mulai menyadari dan kembali merasakan kehidupan yang dulu sempat ia dustai. Dulu ia pikir takdir selalu menistakannya, atau mungkin iya, tapi kini ia mengerti dan menganggap bahwa kehadiran Minho dan Hyunjin adalah tebusan dari takdir terhadapnya.










"Hei, Felix!"

Felix menoleh mendengar seruan itu. Dilihatnya segerombolan anak laki-laki yang tak bosan-bosannya selalu mengganggunya. Mereka berjalan dengan angkuhnya menyusuri koridor menuju tempat Felix diam berdiri saat ini.

Mungkin belakangan ini hidup Felix memang membaik, tapi semua karena adanya Minho dan Hyunjin. Sedangkan Felix masih belum bisa membantu dirinya sendiri. Maka, penindasan yang setelah ini akan terjadi pun tak dapat ia hindari.

"Kau sudah paham dengan kewajibanmu, bukan?" tanya salah seorang dari mereka dengan nada merendahkan.

"Tapi aku tak punya uang untuk membelikan kalian rokok," jawab Felix. Ia tak berbohong, uang yang ia miliki memang tidak cukup untuk membeli rokok untuk mereka. Namun, sayangnya-seperti biasanya-mereka tak ingin mengerti keadaan Felix sama sekali.

"Kau akhir-akhir ini jarang terlihat setiap jam istirahat, padahal kau tau kewajibanmu terhadap kami. Lalu, kini kau mau menghindar lagi? Tentu tak akan kami biarkan."

"Aku tak ingin menghindar, tapi aku benar-benar tak punya uang." Felix pun tak mengerti, mendapat keberanian dari mana ia sampai berani menyanggah seperti itu.

"Kau mungkin memang jarang membual, tapi tak terlalu percaya pada ucapanmu kali ini." Salah satu dari mereka mendelik tajam pada Felix, yang hanya dengan itu saja sudah cukup membuat Felix gemetar.

Dengan isyarat yang hanya merekalah yang mengerti, kemudian mereka mulai bertindak. Felix dikepung dari segala sisi agar ia tak bisa kabur, lalu dua orang menyengkal tangan Felix dari kedua sisi-kiri dan kanan. Selanjutnya setiap kantong seragam Felix mereka rogoh, hingga mereka menemukan uang yang tadi Felix bilang tidak ada.

VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang