O1. mysterious box

364 52 31
                                    

Jeno sampai di depan rumahnya saat jarum pendek menunjuk ke angka empat pagi, pemuda itu baru saja menyelesaikan kerja sambilannya yang tiba-tiba saja buka menjadi 24 jam. Beruntung, shift Jeno adalah malam hari jadi pada paginya bisa beristirahat dan bersekolah seperti biasa.

Pemuda dengan muka lusuh itu baru menyentuh kenop pintu selama beberapa sekon, sebelum suara teriakan seorang gadis dari rumah di seberangnya terdengar jelas di antara keheningan. Jeno sempat tersentak dan merinding, karena tadi suasana yang sepi dan tenang langsung berubah menjadi mencekam akibat suara asing itu.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, ia segera membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan yang adik perempuannya sengaja taruh di bawah keset. Namun baru kaki jenjangnya ingin melangkah masuk, tanpa sengaja Jeno menendang sebuah kotak yang tiba-tiba saja berada di depan kakinya.

"Ish, apa, sih..," gumamnya merasa lelah.

Kerutan tipis muncul begitu melihat corak absurd pada kotak asing tersebut, lalu saat ia sedang mengamati bagian luar tiba-tiba kotak itu terbuka dan menampilkan boneka gadis kecil dengan hiasan yang benar-benar mampu membuat Jeno melompat kecil menjauh.

Pasalnya, boneka cantik itu tidak memiliki kedua bola mata dan ada semacam—entah bisa Jeno bilang itu darah asli atau hanya bohongan—cairan merah kental mengalir keluar dari kedua mata bolong tersebut. Lalu banyak seperti bekas sayatan disekujur lengan serta wajah boneka tersebut.

Dan... Jeno tiba-tiba saja kembali merinding saat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya, disusul bau busuk yang menguar memasuki indera penciumannya yang sensitif dan tajam.

Jaemin baru bangun saat matahari sudah berada di puncak kepala, yang artinya pemuda itu terlambat untuk datang ke sekolah lagi. Sempat mendecak pada kebiasaannya meminum kopi saat akan tidur yang membuatnya terjaga sampai dini hari dan berakhir hari ini ia kembali tidak masuk sekolah.

Sebenarnya, pemuda itu meminum kopi setiap akan pergi tidur pun memiliki alasan. Namun, sampai sekarang ia enggan membeberkan alasannya yang katanya terdengar klasik kepada sahabat atau keluarganya. Ada yang ingin menebak?

Lalu Jaemin segera beranjak dari kasur empuknya dan mulai membereskannya seperti kebiasaan seharinya. Ia benci kotor, semua orang tahu itu. Jika Renjun ada, mungkin pemuda kecil itu akan terus-terus mengolok Jaemin tentang bagaimana pemuda itu pada kebersihan.

Yah, abaikan saja tentang Renjun yang suka mengolok para sahabatnya dengan kata-kata pedas yang tak pernah ia lupa ucapkan setiap detiknya. Menurut Jaemin, Renjun hanyalah ketagihan mengolok sahabatnya yang tak pernah membantah.

Butuh beberapa menit untuk membuat Jaemin kini berada di dapur setelah membereskan kekacauan di kamar akibat semalam ia kedatangan tamu. Kini pemuda manis itu tengah memperhatikan kulkas, mencari bahan apa yang akan ia gunakan untuk sarapan sekaligus makan siang.

"Ck. Kenapa tidak ada strawberry?" desisnya saat tak menemukan buah kesukaannya. "Aku malas masak...," monolognya sambil matanya tak henti menatap satu persatu bahan yang tersedia. "Ah, lebih baik delivery saja."

Kemudian ia menutup kulkas dan segera beranjak meninggalkan dapur. Jaemin meraih ponselnya, membuka salah satu aplikasi untuk memesan makanannya. Setelahnya, ia berjalan menuju ke pintu utama agar begitu sang pengantar sampai ia bisa langsung menerimanya.

Namun baru saja Jaemin membuka pintu berukuran sekitar tiga meter itu, matanya langsung menangkap eksistensi asing yang ditaruh tepat di depan pintu. Kedua alisnya terangkat saat kotak yang berada di depan kakinya ini memiliki corak aneh dengan warna ngejreng yang cukup membuat mata Jaemin sakit melihatnya.

"Apa ini... Oh?"

Kedua matanya melebar, kotak itu tiba-tiba terbuka dan menunjukkan isi di dalamnya yang berupa sekeranjang strawberry busuk dengan belatung di sekitarnya. Jaemin langsung merasa mual dan merinding, terlebih melihat belatung itu terus bergerak kesana-kemari.

Yeji menutup tirai jendela rumahnya karena hari yang perlahan mulai menggelap. Gadis bermata kucing itu sedang sendirian di rumah karena orang tua dan kembarannya sedang pergi entah kemana. Intinya mereka hanya meninggalkan Yeji dengan stok pangan yang cukup untuk dua bulan lebih.

Mau bertanya pun nomor ponsel ketiganya sama-sama tidak aktif, jadi sekarang Yeji harus mulai membiasakan diri tinggal seorang diri di rumah berlantai dua ini. Setelah menutup dan mengunci jendela, gadis itu berpindah ke pintu utama di mana pagar tingginya belum sempat ia kunci.

Belakangan ini maling tengah marak-maraknya di sekitar perumahan yang Yeji tempati, makanya saat matahari mulai berganti posisi dengan bulan Yeji dengan sigap langsung mengunci seluruh jalur masuk ke dalam rumahnya.

Iya, ia takut. Selain karena alasan ia yang kini tinggal seorang diri, Yeji kadang takut mati dan diapa-apakan karena ia masih seorang gadis.

Begitu pintu besar itu terbuka, langkah Yeji langsung tersandung oleh sebuah benda asing yang ditaruh di depan pintu. Nyaris saja ia kehilangan keseimbangan jika saja tangannya tak dengan cepat berpegangan pada kusen pintu. Yeji mendecak, lalu merunduk untuk menemukan sebuah kotak bercorak aneh dengan warna gelap yang terlihat tak cocok di padukan dengan coraknya.

"Ada paket?" gumamnya, mencoba menebak.

Baru gadis itu ingin berjongkok untuk bisa membukanya, namun pergerakannya langsung terhenti begitu kotak tersebut terbuka secara tiba-tiba. Yeji membelalak, dengan cepat ia beranjak dan membanting pintu utama saat melihat apa isi di dalam kotak misterius tersebut.

Nafasnya menderu, rasa mual langsung dirasanya. Karena tadi ia sempat melihat beberapa bagian organ dalam manusia yang masih terlihat segar dengan cairan merah kental berada di sekitarnya.







tbc..
april 22, 2O2O

Dead End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang