O2. ice cream

262 44 21
                                    

Yuna dan Chaeryeong awalnya hanya sebatas teman satu ayunan waktu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Sebenarnya Yuna kecil yang terlebih dahulu menghampiri Chaeryeong kecil di ayunan dekat perumahannya.

Gadis manis dengan wajah yang cerah itu dengan seenaknya naik dan duduk bersebrangan dengan Chaeryeong. Gadis Lee itu sempat panik, ia kira Yuna adalah orang berniat buruk. Tapi setelah dengan suara cempreng khas anak kecil Yuna menjelaskan sekalian mengenalkan diri, Chaeyeong baru bisa kembali tenang.

"Wajah Yuna manis," adalah kalimat pertama yang Chaeryeong lontarkan begitu Yuna selesai memperkenalkan diri.

"Pipi amu embul," balas Yuna diiringi tawa renyahnya.

Seketika Chaeryeong cemberut. "Chaer nda gembul, Chaer chubby."

"Tapi sama aja...," Yuna membalas, dengan mata lebarnya.

"Nda! Kak Eno bilang, Chaer itu chubby! Kak Eno nda perna bilang Chaer embul."

Yuna mendesah. "Tercerah amu aja." Sebelah pipi gadis Shin itu menggembung, diikuti dengan Chaeryeong yang melakukan hal serupa.

Sampai ada dua orang remaja yang terlihat tidak terlalu jauh selisih umurnya menghampiri keduanya. Salah satu yang merupakan seorang laki-laki dengan seragam sekolah menengah pertama terlebih dahulu menghampiri Chaeryeong.

"Chaer, pulang, yuk?" ajaknya, dengan senyum manisnya.

Chaeryeong menoleh, kemudian melompat dan berlari kecil mendekati laki-laki tersebut. "Kak Eno, kak Eno! Chaer dapat temen baru, tuh disana!"

Laki-laki itu, Jeno mengangkat pandangnya. Mendapati seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya tengah berbicara dengan bocah perempuan lainnya yang seumuran dengan Chaeryeong.

"Oh, ya? Salam perpisahan dulu, biar semakin akrab nanti," respon Jeno sambil menggandeng tangan mungil Chaeryeong dan mendekati kedua perempuan itu.

"Yuna! Chaer udah dijemput, sekarang mau puyang," ujar Chaeryeong dengan senyum lebarnya.

Yuna yang awalnya tengah merengek pada kakak satu-satunya itu, langsung menoleh dan tersenyum lebar pada Chaeryeong juga Jeno. "Iya! Una juga udah dijemput sama kak Ujin, duluan ya!"

Chaeryeong mengangguk-angguk saja, membuat ikatan ponytail-nya bergerak naik-turun. Sementara Jeno malah memperhatikan sosok 'Kak Ujin' yang Yuna sempat sebut tadi dengan salah satu alis terangkat.

Ryujin?

Yuna mendengus, ia sudah duduk di ayunan dekat perumahannya sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi Chaeryeong sama sekali belum terlihat batang hidungnya. Gadis manis itu berkali-kali mengecek jam tangan yang melingkar manis di pergelangan sebelum sebuah tepukan mengejutkannya.

"Chaeryeong!" tegur Yuna dengan nada merengek. "Kemana saja?! Aku hampir lumutan disini, tahu!"

Chaeryeong, sebagai pelaku yang membuat Yuna terkejut hanya tergelak melihat reaksi dari sahabat sejak kecilnya itu. "Maaf, tadi kak Jeno sempat demam makanya aku beliin bubur dulu."

"Hah? Kak Jeno sakit apa?"

"Hm... shock doang, katanya nemu kotak isinya aneh."

"Oh," respon Yuna singkat. "Yaudah, mau mulai sekarang?"

"Kalau bisa secepatnya, yuk!" Kemudian Chaeryeong tersenyum lebar, seiring langkah lebarnya membawanya menjauhi taman di dekat perumahan mereka.

Jisung dan Lia mendesah kecewa saat mendapati toko kue kesayangan mereka belum buka. Keduanya akhirnya memilih mencari tempat duduk di sekitar toko kue itu, menanti bukanya toko tersebut demi beberapa potong roti hangat di pagi hari yang dingin ini.

"Kak," panggil Jisung.

"Hm." Dan hanya dibalas dehaman oleh Lia.

"Laper."

"Sama, dikira kamu doang."

Kemudian keduanya kembali terdiam, menikmati langit pagi hari yang terlihat indah dengan awan putih memenuhi. Sampai seorang anak kecil menghampiri keduanya dengan se-cup ice cream di genggaman.

"Halo, kakak," sapanya riang.

Lia yang awalnya tengah menengadah memperhatikan langit, langsung menurunkan pandang dan melempar senyum manisnya. "Halo juga," balasnya ramah.

"Ini aku punya es klim, buat kakak aja." Bocah laki-laki itu menyodorkan ice cream strawberry yang berada digenggamannya pada Lia.

"Eh, kok buat kakak?"

"Iya, karena aku lupa kalau masih pagi. Nanti aku sakit peyut."

Serius, Lia sekarang rasanya ingin menarik pipi bocah laki-laki itu yang berisi. "Oh.. okay, tapi emangnya mama kamu gak marah ice cream-nya dikasih ke kakak?"

"Nggak. Malah, tadi kakak aku yang nyuruh dikasih ke orang aja."

Lia mengangguk, kemudian menerima ice cream yang mulai mencair itu. "Terimakasih, ya."

Bocah laki-laki itu hanya mengangguk, lalu segera bergegas lari menjauhi Lia dan Jisung yang kini mengangkat sebelah alisnya sambil menatap ice cream tersebut.

"Kak," panggil Jisung, kembali.

"Hm." Lia berdeham, berniat untuk mencicipi sensasi manis serta dingin yang akan diciptakan dari ice cream tersebut.

"Nggak aneh?"

"Aneh kenapa, sih?"

"Aneh... karena tiba-tiba bocah itu ngasih kakak ice cream," ujar Jisung sambil menatap Lia intens.

Lia menggeleng, lalu menyuapkan sesendok ice cream itu ke dalam mulutnya. "Anak kecil gak boleh dicurigain gitu, Sung. Dia manis, kayak rasa ice cream ini." Seperkian sekon kemudian, perutnya terasa seperti dililit oleh sesuatu yang membuatnya meringis.

Jisung panik, tentu saja. Apalagi begitu melihat wajah Lia yang langsung memucat begitu saja dengan peluh sebesar biji jagung memenuhi keningnya. Ia dengan sigap melingkarkan lengan kakaknya di pundaknya, setelah sebelumnya membuang ice cream yang sempat membuatnya curiga itu.

"Kak, tahan sebentar. Kita cari bantuan atau rumah sakit terdekat, ya," ujar Jisung sambil menoleh ke kanan-kiri mencari seseorang atau sesuatu yang dapat membantunya.

Namun busa mulai keluar dari mulut Lia yang sudah tak sadarkan diri tersebut. Dan tanpa keduanya sadari, ada mata yang memperhatikan dengan gelak tawanya yang menguar.








tbc..
april 26, 2O2O

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dead End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang