Aku bisa merengkuhmu ditengah badai
Aku bisa memelukmu ketika dingin hujan mulai menusuk kulitmu
Tapi jika harus menentang Dia yang bersabda dalam kitabmu, aku tak sanggup.-
-------------
"Demi tuhan, aku pusing dengan tumpukan kertas skripsi ini. Kenapa dospem ku sangat tega tidak memberi tahu letak salahku dimana." Suara beratnya terdengar frustasi."Kamu harus sabar, semangat dongg. Kamu kan sering jadi asisten dosen, kenapa gak minta tolong sama mereka aja" kataku mencoba menenangkannya.
"Andai kamu tahu, seberapa sulit untuk menemui mereka Jadwal ku sedang tak beraturan dengan acara pensi nanti."
"Sudahlah, yang terpenting kamu selalu disisiku jadi aku tetap semangat" lanjutnya,tidak lupa senyum jailnya."Ewhh cringe banget kamu", kataku setengah meledek, iya hanya setengah. Karena setengahnya lagi hatiku terasa hangat hanya karena ucapannya tadi. Ah hatiku memang lemah jika berhadapan dengan kekasihku ini.
"Semangat, kan bentar lagi kamu lulus. Jangan putus asa aku selalu nemenin kamu kok" lanjutku dan tersenyum tulus.
Dan senyum tulusku terganti dengan wajah jengkel ketika Al mengucapkan."Iya iya, aku semangat biar cepet lulus gak kayak kamu, terus bisa nikahin kamu." Senyumnya terbit begitu saja, tapi aku tahu ada perasaan sakit dan kecewa setelah mengucapnya.
"Al, jangan berharap yang muluk-muluk"
Perkataanku tanpa sadar menghantam ulu hati keduanya, membuatku tersadar akan masalah kita dalam menjalani hubungan ini.
"Eh udah jam 12, kamu ga sholat? Aku anterin yuk," Al yang mengerti akan raut mukaku yang mengeruh pun sesegera mungkin mengganti topik pembicaraan.
Kami tiba di pelataran masjid kampus, Al menemaniku melepas tali sepatu dibangku dn menatap sendu kearah masjid itu.
" Al, aku sholat dulu ya. Kamu tunggu sini""Athala? Bagaimana kalau aku masuk islam?"
Aku benar benar kaget dan senang diwaktu yang bersamaan, tapi aku juga tidak boleh egois."Altair, kamu gaboleh menduakan tuhanmu untukku dan keluargaku. Aku seneng kamu jadi mualaf, tapi bukan karena aku. Tapi karena hidayah dari tuhan" ucapku tenang, tanpa menggubris air mataku yang hampir jatuh. Aku segera memutua pembicaraan dan beranjak ke masjid untuk sholat.
"Sebentar ya, aku masuk dulu"
Altair pov
6 januari 2020
Teruntuk Athala, orang yang aku cintai setelah orang tua ku. Aku faham apa yang membuat kamu sedih dan bahagia di waktu yang sama setiap kali bertemu denganku.
Athala, aku minta maaf
Sulit rasanya untuk melawan takdir yang begitu menyakitkan ini.
Kamu tahu?? Rasanya sakit sekali, serasa ada ribuan belati yang menancap hatiku saat aku mengatakan ingin menikahimu. Ini terdengar seperti lelucon yang menyedihkan. Tapi hatiku juga ikut teriris bersamaan dengan kata kata yang aku ucapkan. Aku tahu ini sulit dan tak mudah untuk direalisasikan. Tapi sayang, tolong jangan anggap ini bercanda, aku mencintaimu sungguh. Aku akan berjuang semampuku untuk mu. Aku tahu apa diantara kita yang membuatmu begitu sedih ketika aku ingin menikahimu, aku juga tahu apa yang membuat kamu bahagia ketika mendengar pernyataanku. Tapi bagaimana kita akan membangun sebuah keluarga dengan kedua pilar yang berbeda?Athala, ini sangat menyiksa.
Kenapa aku harus memilih salah satu diantara kamu dan tuhanku.
Jakarta
Alttair, kekasihmu
-verschillende religies-

KAMU SEDANG MEMBACA
verschillende religies
Fanfictionjauhku dan jauhmu adalah bagaimana jauhnya adzan subuh ke adzan isya bagaimana kamu berdoa dengan mengepal tangan dan aku dengan membuka lebar telapak tangan