antara kita

12 1 0
                                    

Aku ingin bertanya pada Tuhanmu, apaboleh aku yang bukan umat-Nya, mencintaimu?

----------

Athala almira hasna.

   Aku duduk termangu didalam mobil kekasihku, altair. Sengaja mobil ini parkir di depan pekarangan masjid istiqlal, sementara pemiliknya melakukan ibadat jum'at agung di bangunan depan masjid, katerdal. Sementara masjid di depanku terisi penuh oleh kaum adam yang sedang beribadah dihari jumat, sholat jum'at.
     Aku tersenyum ketika melihat Altair memasuki mobil dengan membawa makanan kesukaanku dan makanan miliknya, kebab.

"Sayang,aku tahu kamu bosen kan nunggu tadi. Maaf ya tadi aku ketemu beberapa rekan kerja papa disana, jadi ngobrol deh. Ehh taunya lama banget, gaenak juga aku mau memotong pembicaraan mereka." Cerocosnya panjang lebar dengan raut kesalnya.
Aku hanya terkekeh geli ketika melihat bibirnya mulai mengerucut sembari makan kebab yang ia belu tadi.
"Kamu kenapa malah tertawa, harusnya kamu marah dong aku tinggal lama tadi," lanjunya.

"Ihh, gak papa aku gamarah. Gak lama juga kok, Justru aku seneng banget bisa denger kamu ngomel ngomel kaya tadi,"

Dia, Altair joseph  imanuel
Orang yang membangkitkanku dari keterpurukan, yang mengembalikan senyumku ketika orang yang berharga setelah keluargaku memilih untuk pergi tanpa sepatah kata.
Orang yang sangat lembut,penyayang yang 5 tahun terakhir menemaniku dan membuat cerita baru. Ya, dia kekasihku. Altair
Sudah 5 tahun kami menjalani hubungan ini, seakan tak peduli ada tembok tebal tak kasat mata yang membuat jarak antara aku dan Al.

Aku berjanji untuk tidak meninggalkan apa yang sudah aku yakini sepenuh hati, tapi aku juga tidak rela melepas orang yang aku cintai. Meski aku tau akhirnya akan semu,

"Athala??"
Al membuyarkan lamunanku dan melempar segala pikiranku kedunia nyata.
"Athala, kamu kenapa? Kok ngelamun mulu??, aku udah panggilin kamu loh dari tadi." Kata kekasihku dengan senyumnya.

"Enggak papa kok, lagi mikirin jadwal buat besok aja sih. Mau kerkom juga sama alisa, jadi bingung atur jam" Aku bohong, aku sungguh tidak pernah tega ketika mengungkit perbedaan di antara kita.

"Astaga, jangan karena tugas kuliah kamu jadi lupa makan ya. Aku gamau kamu sakit"
"Ishh apaan sih, cringe banget" kekehku, yang dibalas cengirannya.

"Hey,itu kebabnya kok belum dimakan. Aku tahu kamu belum makan dari tadi mangkannya aku beliin kamu kebab."
"Al, aku sedang puasa" ucapku lirih.

Sontak altair meletakkan kebabnya begitu saja di samping kemudi.
"Maaf,aku gak tau kalau kamu puasa", sambil melipat bungkus kebab dan menyimpannya kembali.
"Ehh,kenapa ditutup udah makan aja gak papa kok. Aku gak laper, kamu makan dulu gih entar sakit lagi" ucapku yang sedang membuka kembali kebabnya.
Al menarik tanganku dan meletakan kebab nya kembali,
"Karena kamu puasa, aku juga akan iku gak makan. Aku bakal nemenin kamu" senyumnya terlihat sangat tulus, dan membuatku berkali kali jatuh cinta padanya.

"Yaudah,sekarang kita beli makanan yuk buat kamu sama papa buka nanti. Ayah kamu suka martabak telor apa martabak manis?" Inilah yang membuatku sangat menyayangi manusia didepanku ini, dia sangat menyanyangiku dengan keluargaku, meski ayah menentang hubungan kami.

"Ayah kemaren baru beli martabak manis deh kayaknya sama teh anna"

"Oh yaudah,kita beli martabak telor, lets goo!!!" Riangnya.

Aku hanya tersenyum kecil ketika merasakan usapan lembut pada punggung tanganku.

Setelah sampai di depan rumah mewah dan minimalis itu, aku segera turun dan mengucap terima kasih pada al, tak lupa ia juga mengecup puncak kepalaku.
"Aku masuk dulu ya, kamu hati² jangan ngebut loh"
"Iyaa, ih sayangnya aku perhatian banget" kekehannya membuatku mengerucutkan bibir,

"Yaudah aku pulang yaaa titip salam buat papa kamu, bye"
"siapp, Bye!!"

------------------
"Pulang sama altair nak?" Sontak aku membalik badanku, dan menemukan papa yang menatapku lembut.
"Iya pa, ini ada martabak dari Al untuk kita buka puasa nanti, teh anna kemana pa?"

"Pasti dikamar, sedang membaca buku atau melihat film tadi."
" yaudah pa, athala ke kamar dulu ya papa. Nanti aku turun bantuin bibi buat menu buka"
"Iya sayang,istirahat dulu. Jangan lupa sholat"
"Iya pa" kataku dengan seulas senyum.

Begitulah papa, menentang hubungan kita dengan halus. Ia tahu dan memaklumi bagaimana anak muda yang menjalin kasih. Tak jarang juga ia menasehati dan mengingatkanku tentang hubungan kami yang sulit untuk bersatu.











Verschillende religies

verschillende religiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang