Hidup ini memang lucu. Banyak hal-hal tak terduga yang terjadi tanpa tedeng aling-aling.
"Wendy,"
"Brian,"
Seberapa kerasnya Wendy berusaha untuk menghindari sosok di depannya, seberapa berusahanya ia agar tak pernah lagi bertemu dengannya, nyatanya nasib berkata lain. Dua minggu setelah kedatangannya di Seoul, dan seminggu sudah Wendy bekerja lagi di perusahaan, tak pernah sedikitpun Wendy terpikirkan akan bertemu dengan sosok yang kini ada di depannya. Ketika Wendy berpikir semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginannya, maka hal itu kini harus ia rutuki.
Wendy masih berdiri terpaku di depan lift, bagaikan terpasung keterkejutan, ia tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Matanya membulat lebar menandakan keterkejutannya, namun tetap berusaha keras untuk ia sembunyikan dengan raut wajahnya.
Pria di depannya pun tak kalah terkejut dengan dirinya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha untuk memastikan kehadiran perempuan di depannya. Ketika kakinya secara spontan melangkah dan tangan kanannya terulur berusaha meraih sosok di depannya, sepersekian detik selanjutnya Wendy dengan sigap memutar badannya dan berjalan dengan langkah cepat, dan saat itu pula pintu lift tertutup.
Brian berusaha menekan berkali-kali tombol lift berharap agar pintu lift tetap terbuka namun berujung nihil. Ia mengepalkan tangannya dan sebuah pukulan kencang melayang dari tangannya diiringi erangan kekesalan. Sudah empat tahun lebih ia tak bertemu dengan sosok itu, sudah empat tahun lebih pula ia kehilangan akses untuk menghubunginya, dan tanpa diduga, hari ini ia bertemu dengannya.
-------
Wendy berjalan tergesa-gesa ke arah toilet wanita. Sapaan dari beberapa staff yang dilewatinya tak ia gubris sedikitpun, ia masih diselimuti oleh keterkejutan. Sesampainya di toilet, Wendy langsung membasuh wajahnya. Kedua tangannya gemetar hebat, Wendy mengepalkan tangan kanannya dan memukul dadanya beberapa kali, entah mengapa hal ini membuatnya sangat sesak, ia berusaha untuk mengatur pernapasannya.
Wendy melirik jam di tangannya, masih tersisa lima menit sebelum rapat dimulai. Ia memejamkan matanya dan berusaha keras mengatur emosinya saat ini, setelah itu ia berlalu menuju ruang rapat.
--------
Brian duduk di kursinya dengan tatapan kosong. Pikirannya saat ini hanya terpusat pada satu objek, Wendy. Sejujurnya jika ia tak dituntut untuk hadir di ruangan ini, Brian akan langsung mencari keberadaan Wendy saat ini. Ia tak berhalusinasi, sudah jelas ia bertemu dengannya tadi. Brian mungkin akan berpikir bahwa ia berhalusinasi jika saja Wendy tak menyebut namanya. Meski seperti bisikan, ia dengan jelas mendengar Wendy menggerakkan mulutnya berkata 'Brian' tadi.
Satu per satu orang dengan setelan rapi datang ke ruangan itu. Brian tak memedulikannya dan masih larut dalam pikirannya.
Sesosok pria berkemeja putih dibalut dengan jas gelapnya menenteng satu cup americano di tangannya ke dalam ruangan. Ia mengernyitkan dahinya ketika menangkap sosok Brian yang terlihat seperti orang tak bernyawa duduk di kursinya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Love Someone
Romance"When you love someone So much that it overflows It's so amazing Because this is how it is." [Work in Progress]