Toronto, Canada
2020"So, how?" Seunghee meletakkan sumpitnya dan menatap lawan bicara di depannya.
"What's 'how' you mean?" Yang diajak bicara masih fokus dengan makanannya sambil sesekali menengok anak kecil di sebelahnya. Kevin dengan lahap memasukkan cheese ramyeon ke mulutnya yang mungil. Walaupun baru berumur 3,5 tahun, ia sudah pintar memegang sumpit dengan benar, walaupun masih makan dengan belepotan. Wendy mengambil selembar tisu dan menyeka pipi anaknya yang penuh dengan kuah ramyeon.
"You totally know what I mean, Wen," jawab Seunghee. Mendengar seperti itu, Wendy menghentikan aktivitasnya. Ia kini menatap kakaknya dan terdiam selama beberapa detik.
"Aku-aku tak tahu. I'm not sure," tatapan Wendy kini kosong. Dia tidak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan yang kakaknya ujarkan.
Seunghee menyodorkan tangannya dan mengenggam telapak tangan kanan Wendy, "Ini sudah lebih dari empat tahun, Wen. Aku tahu jelas, sebetah apapun kau di sini, jiwamu tetap di Seoul. Sudah saatnya kau pulang,"
"What about you?" Wendy kembali menatap Seunghee.
"Me? Of course I'll stay here. I have a life here, Sist."
"And so do I,"
"Yes, you do. But you have MORE life in Seoul. You know it."
"It was just a past."
"No, it wasn't. Aku tahu kau sangat menantikan kelulusan hari ini. Kau sangat ingin cepat lulus dan kembali bekerja di Seoul. Don't be denial,"
"I can work here,"
"How about Kevin? You know he's a Korean boy. Dia tak cocok tinggal di sini," mendengar ucapan kakaknya, Wendy kembali terdiam, tak bisa lagi membantah hal yang baru diucapkan oleh Seunghee. Wendy menoleh dan mendapati Kevin yang sedang meminum Orange Juice-nya. Kakaknya benar, Kevin tak cocok dengan Canada. Walaupun lahir di sini, tapi anaknya ini sangat menyukai masakan Korea dan kurang begitu suka makanan sini. Anak laki-lakinya itu juga lebih memilih menonton kartun Korea, mendengarkan lagu anak Korea, dan selalu menanyakan terkait negeri ginseng tersebut. Ketertarikannya terhadap Korea semakin hari semakin besar, hampir setiap malam anak itu ingin dinyanyikan lagu pengantar tidur berbahasa Korea kesukaannya oleh Wendy, dan sebelum tidur, Kevin selalu bertanya-tanya tentang kota kelahiran ibunya itu seperti, "Mum, Seoul itu seperti apa?" "Mum, di Seoul pasti menyenangkan, ya?" "Mum, can we go to Seoul someday?" "Mum, I wanna school in Seoul!"
Wendy mengusap ujung rambut Kevin dengan lembut, ia lalu menundukkan kepalanya. "But-I'm scared, Eonni. What if, what if I saw him? What if I met him?"
"Seoul itu luas, Wen. Kau tidak akan bertemu dengannya begitu saja, as long as you don't try to find him," Seunghee menggoda adiknya, mencoba mencairkan suasana.
"Are you crazy?" Wendy sontak berkata cukup kencang sambil membelototkan matanya ke arah Seunghee.
"Language, sist," ujar Seunghee sambil tertawa dan mengisyaratkan matanya ke arah Kevin yang masih sibuk dengan makanannya.
------
Seminggu setelahnya, Wendy akhirnya memutuskan pilihan apa yang akan diambilnya. Ya, dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Tak dapat dipungkiri Wendy begitu merindukan kota Seoul. Suasananya, teman-temannya, harumnya petrikor di jalanan setelah turun hujan, tteokpokki langganannya, dan segala rutinitasnya dulu di sana.
"Sudah di-apply?" Seunghee yang sedang memegang sebuah box berisi popcorn menghampiri adiknya yang sedang sibuk dengan layar di depannya. Mulutnya penuh dengan popcorn. Ia menyodorkan box itu pada adiknya dan Wendy mengambil segenggam popcorn yang ditawarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Love Someone
Romantizm"When you love someone So much that it overflows It's so amazing Because this is how it is." [Work in Progress]