9. Ikatan

2.2K 247 22
                                    

"Christy?"

Chika menatap Muthe dan adiknya bergantian. Ia lalu memperhatikan Nunu, anak itu juga terlihat setengah terkejut. Nunu tahu Muthe menyukai Christy karena setiap malam sebelum tidur Muthe selalu memperhatikan potret Christy di ponselnya.

"Katanya belum pernah ketemu?" tanya Chika bingung.

Christy menunduk sebentar, membuang napas. Lalu menatap Chika. "Dia ... kakak kelas aku."

Muthe menggeleng tidak percaya, pasti orang di depannya itu bukan Christy. Muthe mengamati seluruh tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut, namun hati gadis itu kembali perih mendapati perban cokelat yang melekat di pergelangan tangan Christy.

Sial, itu benar-benar Christy.

Nunu balas merangkul Muthe saat merasakan tubuh kakaknya bergetar. Ia menatap Chika dan Christy. "Masuk, yuk. Bandung dingin kalo malem. Nanti aku godain Kak Chika lagi di dalem."

•••

Semua bertepuk tangan usai Shani meniup lilin berbentuk angka umurnya sekarang. Ia lalu memotong kue dan membagikannya kepada yang lain.

"Apa itu, Angel?" tanya Shani ketika giliran ia memberikan kue pada Christy dan gadis itu memberinya pohon bunga sakura plastik berukuran kecil. Muthe mengalihkan pandangan menatap Chirsty, rasanya aneh mendengar ia dipanggil dengan nama itu.

"Ini bunga sakura, Oma. Bunga sakura itu lambang perpisahan." Christy meletakkannya di tangan Shani, sementara Shani mengernyit tidak mengerti. "Tapi ini cuma duplikat, berarti nggak beneran. Artinya, aku nggak bakal pisah lagi sama Oma."

Orang-orang mendesah gemas mendengar penuturan lugu Christy. Shani tersenyum haru dan memeluk cucunya yang manis itu. Muthe ikut tersenyum kecil kemudian menunduk, Christy selalu berhasil membuat orang lain bahagia. Itu memunculkan sedikit sesak pada Muthe karena sekarang Christy memberinya kesedihan.

Nunu menggigit bibir senang melihat Christy yang pandai menarik hati orang-orang. Ia berencana meminta sepupunya itu mengajari nanti. Pantas saja Muthe suka, Christy benar-benar hangat baik perlakuan dan tampilannya. Nunu menoleh iseng pada Muthe, berniat menggodanya, tapi ia urung membuka mulut saat melihat Muthe beranjak dari ruang tengah menuju halaman belakang.

Kasihan, ada yang sakit hati, batin Nunu. Ia ikut beranjak, tapi kali ini menghampiri Christy.

"Kak Christy, eh. Kak Angel. Eh, siapa sih? Aku harus panggil kamu siapa?" Nunu memiringkan kepala.

"Christy aja."

"Sini, ikut aku." Nunu menarik tangan Christy sedikit memaksa.

"Eh, mau ke mana?"

"Denger ya, Kak. Teteh aku memang nyebelin, tapi cuma aku yang boleh bikin dia nangis soalnya aku seneng lihat dia ngadu-ngadu ke Buna tapi dibiarin sama Buna." kata Nunu sambil terus menarik Christy. Mereka lalu berhenti di dekat pintu, dari sini mereka bisa melihat Muthe duduk merenung di gazebo dekat kolam renang. "Tuh, tanggung jawab sana."

"Kok aku?"

"Kalian kan mau pacaran, tapi nggak jadi karena kalian nggak tahu kalau sebenernya kalian saudaraan. Ya, tanggung jawab aja. Kan kamu yang baperin dia."

"Baperin itu apa?"

Nunu menatap tidak percaya. Di zaman sekarang ini masih tidak ada yang tahu kata-kata tren seperti itu? Nunu tahu, tapi ia tidak tahu cara menjelaskan. "Ah, pokoknya tenangin Teteh aku sana. Bentar lagi nangis, tuh."

"Apa yang harus aku lakuin?"

"Bilang kamu sayang dia-"

"Aku nggak bisa pacaran sama dia, Nunu. Dia sepupu aku." Christy menatap sedih.

"Siapa bilang kalau sayang harus pacaran? Aku sayang sama Papah aku tapi aku nggak pacaran sama Papah aku. Udah sana, minta maaf juga udah baperin."

"Baperin itu apa dulu?"

"Halah, Teteh aku pasti udah ngerti. Kak Christy tinggal bilang gitu aja ke dia. Sanaaa." Nunu mendorong Christy, tidak mau lagi berdebat dengannya. Nunu lalu mengibaskan tangan tak acuh, menyuruh Christy untuk segera menenangkan sang kakak saat Christy menoleh padanya meminta bantuan.

Christy akhirnya membuang napas. Ia menatap ke depan dan melangkah ragu mendekati Muthe.

"Kak?" panggil Christy pelan. Tapi Muthe tak menyahut. Ia terus menatap kosong pada pemandangan lampu kota yang terlihat indah dari kejauhan.

Christy berjalan untuk lebih dekat lagi dan berlutut di depan Muthe. "Kak Muthe."

Muthe berpaling. "Aku nggak mau lihat kamu. Kalau lihat kamu, aku tambah suka. Apa yang aku pikirin sampai suka sama sepupu aku sendiri?" tanya Muthe, lebih untuk dirinya sendiri.

Gadis itu menunduk sedih. Ia tidak tahu apapun soal Christy. Nama lengkapnya tak tahu, orangtuanya tak tahu, rumahnya tak tahu, bahkan kalau Christy adalah sepupunya pun Muthe tak tahu. Apakah Muthe masih pantas menyukai gadis yang bahkan tidak dikenalnya dengan baik?

Christy menggenggam kedua tangan Muthe yang bebas dan menatapnya. "Maaf, Kak. Maafin aku, aku nggak tahu."

"Bukan salah kamu." Muthe menarik tangannya. Ia masih tak mau menatap Christy.

Muthe mulai berpikir, jangan-jangan semua yang dirasakannya selama ini bukan cinta? Bagaimana kalau itu hanya sebatas kagum? Muthe suka semua hal tentang Christy, sama seperti ia menyukai idolanya. Muthe berdebar ketika ia melihat Christy, juga sama ketika ia melihat idolanya. Cinta harusnya bisa lebih dari itu. Tapi Muthe tidak tahu.

"Gimana kalo selama ini aku nggak bener-bener suka sama kamu? Gimana kalau itu cuma sugesti? Kamu tahu, awalnya aku paksa diri aku buat suka sama kamu, sampai akhirnya jadi begini. Gimana kalau-"

"Aku pernah suka sama orang." potong Christy. "Tapi, sesuka apapun aku ke orang itu, aku nggak pernah beliin minum buat dia, buatin bekal buat dia, atau bahkan korbanin waktu buat buat dia."

"Maksud kamu apa?"

"Awalnya aku pikir aku itu pengecut karena nggak berani selangkah lebih maju, tapi aku sadar kalau ternyata itu cuma sebatas suka. Bukan cinta." Christy tak mengindahkan pertanyaan Muthe dan melanjutkan ceritanya. "Aku juga pernah cinta sama orang. Aku pikir rasanya bakal sama dengan ketika aku cuma sebatas suka ke orang. Tapi enggak, aku merasa kurang. Rasanya aku harus dapat perhatian dia biar dia sadar kalau aku ada. Sama kaya yang kamu lakuin, Kak."

Muthe hanya diam. Menanti kelanjutan kata-kata Christy.

"Awalnya aku bingung kenapa kamu kelihatannya pingin terus bareng aku. Tapi lama kelamaan aku tahu kalau kamu sedang cari perhatian aku biar aku sadar eksistensi kamu. Terus sekarang, waktu aku udah terbiasa sama keberadaan kamu,-" Christy terdiam sebentar, pandangannya turun hingga jatuh ke lantai. Perlahan, tangannya menggenggam erat. "-kita dipertemukan dalam sebuah ikatan bernama keluarga."




Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung

Hei heii, besok aku gak update dulu yaa. Deadline tugas udah numpuk banget. Sampai jumpa minggu depan👋

Btw, bentar lagi epilog guys, hehehe.

❤️❤️❤️❤️

ChristyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang