Cabe

10 2 14
                                    

Camila Letra, atau yang lebih akrab dipanggil Cabe oleh teman-teman dan orang sekitarnya. perempuan yang lahir di Blora tersebut, memiliki tubuh cebol dengan rambut bob, lengkap dengan poni doranya. kulitnya seperti perempuan kebanyakan. tidak putih, tapi bersih. wajah oval, mata bulat dan hidung yang kecil. Camila juga memiliki gingsul serta lesung pipit di pipi kanannya. tampak seperti bocah smp ketimbang anak kuliahan, begitu komentar orang-orang.

Alasan mengapa ia mendapat julukan Cabe dari teman-teman sekampusnya, Camila memiliki sifat keras kepala dan egois. bermulut pedas, pemberontak dan tak suka di tindas.

Sedangkan sikap positifnya, Camila orang yang begitu supel, humornya yang anjlok parah, serta tidak pelit. itu nilai plus dari dirinya. sehingga meskipun ia memiliki mulut tak tau aturan, teman-temannya tetap merasa nyaman-nyaman saja. di kampus, namanya cukup terkenal. bukan karena masuk kedalam jajaran mahasiswi-mahasiswi tercantik. tapi karena pekerjaan sampingannya.

Jekpus.

Camila itu Jekpus, singkatan ojeknya kampus.

Camila menawarkan jasa ngojek kepada mahasiswa maupun mahasiswi di kampusnya. tarifnya pun beragam, tergantung jarak serta moodnya. junior maupun senior dia layanin dengan suka cita.

**

"Hai Camila!" sapa salah satu seniornya.

Aku menoleh, mengerutkan alis pitak ku. aku mencoba mengingat-ngingat siapa perempuan di hadapanku sekarang. ini kelemahanku, diriku pelupa!

"Eh kenapa kak, mau ngeboking?" tanyaku.

Ah aku ingat. dia Tasya, nama senior mahasiswi tersebut.

"Ah iya nih, saya boleh minta tolong kamu?"

"Minta tolong gapapa, asal jangan minta duit aja sih kak hehe.." ucap ku cengengesan.

Tasya terkekeh geli. "Saya butuh jasa jekpus kamu, bisa?"

"Saya sih uda di boking sama si Bagus kak. gimana ya, emang jam berapa?" kalo bayarannya lebih gede ya gue terima lah. pikirku.

"Jam 3 selesai rapat, tolong dong Mil. saya bayar 2 kali lipat deh?" tawar Tasya memasang wajah memohon.

Kyut si dia pake wajah gitu, jadi iri.

"Eh?"

"Mau ya?"

"Gimana ya kak.."

"Plis.."

"3 kali lipat deh saya lezgo, gimana?" tawar ku menaikan harga dengan licik.

KATAKAN YES! jerit batin ku bersorak.

Tasya menghembuskan nafasnya, lalu mengangguk tanda setuju. "Oke"

WUHUUU!!!

"Jangan telat ya"

"Sip"

Setelah selesai dengan acara tawar menawar, aku langsung mencatat alarm dan note di hpku. diriku itu pelupa!

"CABEEE!!" Teriak melengking salah satu hewan ragunan.

Tidak kok, becanda.

"Dapet bokingan banyak lo hari ini?"

Dia Ilma, salah satu pengrusuh hidupku. suka mengomentari suara dan kelakuanku. dasar fans!

"Yoi, biasa lah. rejeki rakjel kek gue, gak akan kemana.." sahutku merendah.

"Traktir kek!" ujarnya memandangku malas.

Aku terdiam, mencoba mengingat-ngingat apa saja kebutuhan ku yang belum aku penuhi. tidak ada, atau memang aku yang lupa? aih, mentraktir teman sendiri tidak masalahkan?

"Oke" kusahut singkat, kulihat. ada binar senang di matanya, hanya saja ia terlihat malas menunjukkannya.

Aku memutar Cabello, ya ini nama motor kesayangan ku. aku membelinya dengan hasil jerih payah memoroti mantan-mantan ku. kurang aja memang. tapi tak apa, aku suka.

Ilma dengan semangat menaiki jok belakang. kulihat di spion, dia tengah senyum senyum tak jelas, wajahnya berseri-seri seperti gembel yang akan di beri makan. dasar manusia gratisan!

**

Kini aku dan Ilma sudah sampai di basecamp kami. Mbokya. warung pinggir jalan tempat nongkrang nangkring ku dengan yang lain.

"Wey! darimana aja lo Cam, kok baru dateng?"

Perempuan berhijab yang bicara itu namanya Raihani, cuma dia yang manggil aku Cami.

"Tau tuh, sibuk ngojek sampe lupa ngumpul bareng kita.."

Nah yang bicara itu namanya Manda, padahal sendirinya suka ngilang cih.

"Sibuk gue" sautku acuh tak acuh.

"Eh kunyuk, anterin gue abis ini. gue udah boking lo dari semalem ya!"

Nah dia Bagus, satu-satunya cowok di genk ku. dia juga paling tinggi diantara yang lain. wajahnya biasa aja, gak ada yang spesial. sering ku jadikan babu juga. bahkan pernah ku tembak agar jadi pacarku, tapi dia tolak. padahal aku ingin dia jadi babu permanen ku.

"Hm"

"Gengs.. Cabe mau traktiran tuh, yakan Be?" seru Ilma kembali menggebu-gebu.

Aku menoleh, lalu bergumam malas. "Hm"

"WUUU YEAYYY!!" teriak mereka kegirangan, seperti orang tak pernah makan gratisan.

"MBOKYA TAMBAH PECEL NYA!"

"MBOK, AKU SOTO SAMA ESTEH!"

"MBOKYA, AKU JUGA RAWON NYA PEDESIN!"

Mbokya, menatap mereka satu persatu.

"Kok ya tumben, ada apa? bukane uda pada makan tadi?" tanya Mboknya dengan logat jawanya yang kental.

"Ini loh mbok, Cabe mumpung baik hati neraktir kita kita. sekalian aja nambah.." saut Bagus dengan riang, entah kenapa membuatku jengkel.

Aku menatap mereka satu persatu dengan tatapan sinis, "Bilang apa sama gue?"

"MAKASIH CAMI!" ujar mereka dengan kompak. kalo masalah ginian aja kompak!

Eh Rya kemana? batinku teringat pada bestie ku yang satu lagi.

"Rya kemana? gak nongol sama sekali dia?" tanyaku heran. biasanya dia paling semangat kalau disuruh ngumpul.

"Tadi dia ngabarin, katanya lagi fighting baju penganten sama tunangannya.." celetuk Hani.

"Pas nikahan dia, kita bikin baju couple yuk.." seru Ilma terlihat berkali-kali lipat semangat.

Manda yang sedang menyeruput estehnya pun turut mengangguk-ngangguk.

"Bener tuh, bakal bagus deh keknya.." Bagus menyahut membuatku menoleh kearahnya. aku berdecak kesal. setiap kalimat yang keluar dari mulutnya entah kenapa selalu membuatku jengkel.

"Gimana cam?"

Aku manggut-manggut saja, yang kupikirkan saat ini nasib dompetku. tekor!

__________________________

Staytuned.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CABE JEKPUS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang