One Fine Day

121 1 1
                                    

author pov

Inna, gadis yang memiliki tubuh cukup tinggi di usianya yang baru 15 tahun berjalan menyusuri koridor sekolahnya menuju kelas X-MIPA 7 yang baru saja dari kantin membeli beberapa jajanan. tiba-tiba tanpa sengaja dia menabrak seseorang didepannya. BRUKKKK!! Inna terjatuh dan spontan meminta maaf kepada orang yang berada di depannya. "Sorry." Inna menoleh dan sepertinya dia adalah mahasiswa yang datang ke sekolah mereka untuk promosi kampusnya. Inna melihat dari almameter yang dia gunakan. "Sorry kak, aku gak sengaja." Dia menatap malu mahasiswa tersebut. "Iya udah gapapa. ayo berdiri sini aku bantu." Makhluk didepannya mengulurkan tangannya untuk membangkitkan Inna. "Makasih." kata Inna sopan. "Murid baru ya? boleh nanya ga?" Inna mengangguk. "Kelas X-MIPA 7 dimana ya? saya agak bingung soalnya kelasnya agak ngacak nih kayanya. belom sempet nanya ke wakasek juga." Inna kaget kenapa bisa begitu kebetulan sekali dia adalah murid kelas X-MIPA 7. "Oh kebetulan banget kak, aku kelas X-MIPA 7" Orang yang berada didepannya mengulurkan tangan. "Kalo gitu, kenalin. Aku Afka. mahasiswa yang bakal masuk kelas kamu buat promosi abis istirahat ini." Afka tersenyum memperkenalkan diri. "Oh iya kak." Inna membiarkan tangan itu tetap menjabat tangannya dan terdiam untuk beberapa saat. "Halo??" Afka mencoba menyadarkan Inna. "ehh iya kak. Aku Inna kak. Salam kenal ya kak." Inna kemudian memandu jalan menuju kelasnya bersama Afka. Selama itu Afka dan Inna tampak saling mencoba untuk mengenal satu sama lain tetapi masih malu-malu. Kemudian Afka memulai untuk memulai percakapan. "Kok bisa kebetulan gini ya? Jodoh kali ya?" Dia menyeringai dan tersenyum. Inna tampak tersenyum dan menjawab. "Iya kak hehe." "Iya apa nih? Iya kita jodoh gitu? Hahaha" Afka menggoda Inna. "Ih ga gitu." Inna sedikit malu dan memukul pundaknya Afka. "gitu dong senyum. kan manis jadinya." Timpal Afka. "Jadi kalo ga senyum aku pait gitu?" Inna cemberut. "Mana aku tau, belom aku rasa." Afka kembali membuat Inna kesal dan kali ini Inna mencubit Afka. "Aduhh sakit tau. hehehe. Iya iya maaf ya. Kamu manis kalo senyum kalo ga senyum ya tetep manis." Jelas Afka. "nih, kelas aku kak." Inna menunjuk ke arah kelasnya dan kemudian duduk di bangku depan kelasnya. "Oh udah nyampe, cepet banget ya aku kirain jauh gitu sampe sekilo jadi bisa ngobrol lebih lama." Canda Afka. "Ih mau aja." Inna menyengir. "Tuh temen-temen kakak udah pada disitu." Inna mengarahkan mukanya ke dalam kelas. "Oh yaudah kalo gitu, aku masuk dan sekali lagi makasih ya Inna udah anterin aku." Afka melambaikan tangan. "Pake lambai tangan segala dikira acara tv apa ya lambaikan tangan ke kamera." Afka seperti mendengar umpatan Inna dan kembali ke arahnya. "Sorry, tadi kamu bilang apa?" Inna kaget karna tiba-tiba Afka muncul di sebelahnya, tepatnya di sebelah pipinya. "Eh! Ih!!" Inna memukul Afka karena kaget. "Kaget tau tiba-tiba muncul kaya syaiton." Afka spontan menjauh dan tertawa kecil. "Lagian ngumpat didepan orangnya hahaha." "Biarin wle! Lagian aku ga ngomong dari depan deh perasaan. ini kan dari belakang kakak" Inna menyengir. "udah gih sana masuk kak." Usirnya. "Iya deh, awas kalo ngomong lagi." Afka mengancam sambil tersenyum.

Ternyata sedari tadi mereka diliatin oleh Ryan, pacarnya Inna yang baru jadian 3 bulan. Inna kemudian memanggil Ryan untuk duduk di sebelahnya dan bertanya "sejak kapan kamu berdiri disitu? kenapa ga nyamperin aku?" Inna merangkul tangan pacarnya lembut. Ryan memasang wajah cemberut yang membuat Inna agak heran. "hey kamu kenapa? jawab aku dong." Tanyanya lagi sambil memaksa Ryan melihat kearahnya. "Itu siapa? kenapa kamu ketawa bareng dia?" Tanya Ryan sinis. "Oh, dia itu alumni sini, yang mau promosi kampus sayang. aku cuman bantuin ngasih tau kelas aku ke dia." Inna mencoba menenangkan Ryan. Ryan hanya terdiam dan refleks memegang tangan Inna. "Inget, kamu punya aku." Inna mengangguk dan bersandar di bahu Ryan.

................

Sepulang sekolah

"Kamu hari ini dijemput ayah?" Ryan bertanya kepada Inna yang sedari tadi bermain mobile-legend di hpnya. "Iya sayang, kaya biasa aja kan ini hari kamis." Inna menanggapi Ryan seadanya. "yaudah, kalo gitu aku duluan ya. Aku mau futsal. Kamu gapapa kan?" tanyanya. "Iya sayang gapapa." Ryan berlalu pergi dan Inna kembali memainkan mobile-legendnya sambil menunggu ayahnya datang. Tak lama kepergian Ryan, Inna mendapatkan notifikasi pesan dari ayahnya.

Our Own HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang