A REGULAR DAY BUT YOU WEREN'T ATTENDING THE BIRTHDAY PARTY

219 28 1
                                    

For better understanding the plot, read the story named "THE SUBTLE ART OF KILLING" in our library before you read mine.

Thank you.

*


"Kemanisan," katanya.

Aku bahkan tak berniat untuk menoleh waktu dia bilang begitu. "Namanya juga—apa tadi?"

"Milkshake." Dia mendengus di sebelahku. Langkah kakinya ribut sekali, seperti kaki kuda. Mungkin karena dia cowok, jadi aku bisa setidaknya menerima sedikit kelakuannya yang grasak grusuk. "Tapi aku bilang kemanisan," lanjutnya dengan penuh penekanan, sekarang membuat keributan lain dengan mengocok gelas minum di tangan sampai hampir tumpah.

"Sudah lah. Lagipula itu salahmu, kenapa tadi minta dicampur sirup cokelat dan chocochips?" Aku meliriknya sedikit dengan malas sambil menggigit sedotan minumanku. Sore ini memang agak panas, jadi kami memutuskan untuk membeli milkshake sebelum berangkat ke tempat les piano yang kebetulan sama-sama kami ikuti. Tetapi kalau tahu cowok ini akan menjadi sangat bawel karena masalah milkshake, harusnya kutolak saja ajakannya tadi. "Dan omong-omong percepat jalanmu, kita hampir telat kelas. Nanti kita dapat hukuman, lho."

"Kamu juga tadi minta pakai chocochips," protesnya, mengabaikan peringatanku.

"Tapi buatku tidak kemanisan, tuh?"

Jim - nama cowok yang bawel itu - langsung mengernyitkan alis, seolah-olah merasa tersinggung karena aku tidak memiliki selera yang sama dengannya. Padahal salahnya sendiri selalu mengikuti apa yang kulakukan, lupa kalau tiap manusia punya selera yang berbeda. Kami sedang menyebrang jalan saat Jim bertanya setengah mengeluh dengan suara berat seperti masih kesal, "Kamu mau habiskan minumku tidak? Aku lelah."

"Apa hubungannya, bodoh?"

"Tenggorokanku mulai sakit. Aku tidak tega membuangnya, jadi tolong habiskan," ujarnya. Oh, masuk akal juga dia.

Untungnya Jim punya sopan santun, jadi aku bisa secara sukarela meraih gelas minumannya yang tergolong masih penuh itu. "Ya sudah, ayo cepat jalan," kubilang sambil lalu. Sekarang aku memegang dua gelas, orang-orang pasti berpikir aku rakus sekali. Tapi lama-lama aku tidak peduli karena minuman Jim ternyata terasa lebih enak daripada minumanku. Mungkin karena dicampur sirup cokelat. Entahlah, tapi aku jadi merasa tidak dirugikan.

Kami lanjut berjalan menuju tempat les piano. Jim diam sambil manyun, sementara aku dengan riang menyedot minuman yang sekarang jumlahnya jadi ganda. Omong-omong, kebetulan aku dan Jim tinggal bersebelahan, dan menjadikan kami tetangga. Jadi setiap jadwal les piano, salah satu dari kami akan menjemput untuk kemudian berangkat bersama. Berjalan kaki saja, kok. Karena tempat les kami tidak terlalu jauh. Beda tiga blok dan hanya butuh sepuluh menit - sampai lima belas menit kalau belok beli camilan dulu - untuk sampai.

Tempat les piano sudah tepat di seberang jalan saat si cowok bawel itu tiba-tiba setop berjalan. Aku sampai harus ikut berhenti dan mundur dari zebra cross hanya untuk memanggilnya, "Oi, sedang apa, sih? Jangan buang-buang waktu, kita sudah hampir telat!"

Namun cowok itu hanya memegang ranselnya erat sambil menghadap serong kanan, wajahnya tampak semakin mengerut. Dia melirik ke arahku lalu mengedikkan dagu, dan berkata, "Tuh lihat, pesta ulang tahun Daniel."

"Oh?" Aku mengikuti arahannya dan menemukan rumah Daniel yang berada tepat di persimpangan jalan. Daniel - omong-omong - adalah teman sekolah dan satu angkatan denganku dan juga Jim. Anaknya lumayan ganteng dan cukup populer. Hari ini - seharusnya kalau aku tidak salah ingat - adalah hari ulang tahunnya yang ke lima belas. Sekarang rumahnya didekorasi sedemikian rupa. Suasananya ramai sekali dan penuh balon warna-warni yang sepertinya terlalu banyak sampai nyaris memenuhi plafon rumah. Halaman depan dan belakangnya dipenuhi kursi dan meja piknik di mana orang-orang berpakaian cerah dan bertopi kerucut berkerumun. Ada beberapa badut juga yang disewa keluarga Daniel untuk menghibur tamu, yang harus diakui, merupakan cara yang efektif. Pokoknya meriah sekali.

A REGULAR DAY BUT YOU WEREN'T ATTENDING THE BIRTHDAY PARTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang