Cermin Kutukan - Aiden

9 0 0
                                    


Brisa, angin yang datang menerpaku. Dia merupakan bagian dari misteri di pusaran Bermuda. Dia adalah angin yang melampaui dinding-dinding alam, menyaksikan bagaimana dunia berkembang di bawah sistem dan tirani terselubung. 

Aku tak pernah bisa benar-benar memahaminya. Dia bukan bunga yang mudah dipetik dengan tangan kosong. Dia bukan pula kupu-kupu lemah dengan sendirinya ingin hinggap dan menghampiri dirimu. Brisa adalah angin yang tidak bisa kau tangkap maupun kau jebak. Dia berjalan sendiri dengan kemauannya sendiri. 

Dengan menaikkan layarmu dia akan mendorongmu bergerak mengarungi samudera yang sekalipun kau tak pernah arungi. Dia akan membuatmu frustasi sampai kau akhirnya sadar kemana seharusnya kau mengarahkan layarmu dan menepi lalu kau merasa tak punya nyali untuk mencoba kembali. 

Ada banyak catatan tentangnya. Ada banyak cat tersisa dan sia-sia untuk menggambarkannya. Tidak ada yang bisa kulakukan dengan kuas dan kanvasku untuknya. 

... 

Brisa dan aku seperti dua orang yang terjebak di dunia yang sama namun terletak di sisi yang berbeda. Kami menapaki langkah yang sama. Kami dapat sejalan dan beriringan karena kuikuti kemanapun dia melangkah di ruang sempit ini. 

Sayangnya, jika kulangkahkan kakiku selangkah ke belakang, dia pun melakukan hal yang sama. Mungkin aku ingin dia yang berjalan mendekatiku tetapi kini dia hanyalah seorang gadis di dalam cermin yang memberikan balasan sekeji itu atas reaksiku. 

Dia selalu membuatku muak untuk menjadi seseorang yang ingin tahu tentang semua ini. Walau begitu, Brisa tetaplah Brisa- banyak misteri darinya yang masih menjadi rahasia untuk diketahui oleh dunia- dan aku ingin melenyapkannya, membuat tembok refleksi di depanku harus runtuh. Maka aku tak akan perlu melihatnya lagi. 

... 

Cermin itu seketika hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. Sebuah kursi yang tersudut dan yang sudah tak berguna lagi telah menghancurkannya. Dan kutemukan kebenaran setelah melihat lurus ke depan. 

Semua telah hancur namun dia masih berdiri di sana. Bahkan dia tak terluka sedikitpun. Hanya bulu-bulu dandelion yang berserakan di bawah kakinya. Brisa adalah angin yang nyata walau dia menyimpan baik-baik kekecewaannya terhadapku di sudut yang tak pernah mampu kau raih. 

Kurasakan hembusan wanginya menerpa dinginnya wajahku yang bermandikan peluh. Sekarang aku hanya perlu melewati lubang di tembok itu untuk meraihnya. 

...

Tentang BrisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang