Odette - Akhir dari Si Anak Angsa

3 0 0
                                    

Harum rumput musim panas berpadu dengan suara serangga-serangga yang menggesekkan biolanya. Angin masih berhembus seperti aliran darah di nadiku. Sebatang pohon di pinggir danau adalah sandaran yang tepat ketika semuanya telah menghilang.

Di sini aku sendirian, berpikir tanpa Aiden. Aku tidak mengharapkannya muncul untuk mengusik kesendirianku dan menghancurkan pondasi gerbang baru di dalam otakku.

Lima belas menit, kuhabiskan sebanyak itu dari umurku untuk menangis sejenak. Aku ingin meraung dan menyalahkannya. Di saat yang sama aku pun ingin memukul di dadanya sambil mengatakan semuanya. Lalu entah darimana kekuatan itu datang membuatku bangun kembali ke dalam kenyataan dimana Aiden masih belum muncul juga.

Pernahkah kukatakan bahwa aku membenci pertunjukan Swan Lake?

Dimanapun pertunjukkan itu diadakan, siapapun yang memerankan dan mentransform ulang ceritanya, pertunjukkan itu masih sama.

Kutukan.

Apakah Odette benar-benar mencintai pangeran kalau dia hanya ingin kutukan itu terangkat setelah pangeran menyatakan cintanya? Kemudian dia sangat terusik dengan kehadiran Odile yang membuat pangeran lengah.

Aku menghela napas. Tubuhku sudah bertumpu pada kedua kakiku. Sebelum dia meraih Odile.. Sebelum dia semakin mendekatinya. Kusadar kakiku sudah membawaku berlari menelusuri jalan setapak menuju gerbang fakultasnya.

Tubuhku terasa panas. Setiap senti kulit tubuhku mulai menimbulkan keringat. Aku tidak melihat Odile bersamanya. Kulangkahkan kakiku untuk lebih mendekat padanya. Lalu aku pun semakin dekat pada surga yang letaknya jauh lebih tinggi dari langit yang bisa kusentuh.

“ Brisa?” dia masih dapat tersenyum padaku walaupun aku pernah ingin meraung dan mengutuk dirinya. Namun aku hanya perlu berlalu begitu saja untuk menerbangkan bulu-bulu angsa hitam yang sudah ia coba sembunyikan.

Tentang BrisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang