Epilog

96 18 2
                                    

Kau meletakkan naskah itu kembali di meja. Gentarou yang tertidur-tidur ayam menegakkan tubuhnya, menatapmu dengan harapan, menunggu komentarmu sebagai fans terberat sekaligus kritikus tertajamnya.

"Ini untuk majalah remaja, katamu tadi?" tanyamu.

Gentarou mengangguk.

"Bukannya ini kisah erotis, ya?" protesmu.

Gentarou memasang wajah bingung, "Erotis sebelah mana?"

"Si Walde—si roh hutan yang nakal ini," kau baru saja memulai tapi lidahmu sudah tersandung oleh nama yang menyusahkan itu. "Dia 'memakan gadis-gadis', kan? Juga, apa tadi—" kau mencari-cari, "—'mengisi tubuh dan pikiran' si gadis hanya dengan satu dongeng setiap malam sekali dalam satu bulan? Omong kosong. Dia pasti melakukan lebih dari itu. Aku tak akan heran kalau sebenarnya si—" kau kembali mencari-cari, "—si Lieselotte ini sudah hamil."

Tawa Gentarou menyembur. "Aaah... ya, ya, ya... kurasa memang dia melakukan sesuatu yang lain tiap malam dengan gadis itu, tapi apa kau tahu?" dia mengerling nakal.

"Apa?" tanyamu waspada.

"Bahwa si tudung merah hamil anak serigala, dan putri tidur melahirkan dalam tidurnya?"

Kau membuka mulutmu ingin protes, tapi lalu menyerah dan bersedekap, "Masa kecilku penuh tipuan."

"Ya, dongeng-dongeng anak itu semuanya kisah erotis yang dimodifikasi. Kenyataan bahwa kau bisa menemukan versi asli kisah Waldgeist ini hanya dari sekali membaca versi modifikasi yang kutulis memberitahuku banyak hal," dia mengedipkan sebelah matanya.

Aku berkedip pelan, tak langsung memahami kalimatnya. Dia membereskan peralatan menulisnya, kemudian berkata, "Aku akan mengirimkan naskah ini ke editorku, lalu aku bisa menjadi Waldgeist-mu dan menceritakan kisah pertama mulai malam ini sampai seribu malam ke depan," seraya berlalu.

Sosoknya sudah menghilang ketika akhirnya roda-roda gigi di otakku saling bertemu. "Tung—maksudku bukan—YUMENO GENTAROU!!"

***

Tamat.

WaldgeistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang