Mestinya malam selalu dijabarkan oleh frasa gelap dan dingin dan mencekam dan semua yang mereka ketahui dari dongeng masa kecil. Tetapi bagi sepasang yang duduk bersisian pada titik tertinggi gedung apartemen keduanya, malam tidak begitu.
Bagi Namjoon dan Jungkook yang tumbuh bersama hantu-hantu luka dan penghianatan dari masa lalu, malam justru jadi antonim dari dongeng-dongeng itu. Karena sama seperti pendar mata keduanya terhadap satu sama lain, mereka pikir malam begitu indah.
Bila saja dongeng-dongeng itu pahami lagi tentang bulan yang berusaha terangi bumi dalam redupnya, atau gugusan bintang-bintang yang kerlap-kerlipnya tak pernah mati di hamparan langit. Sebab meskipun terangnya siang beri cahaya bagi mereka, namun gelapnya malam yang buat mereka bercahaya.
Namjoon sesap lagi sebatang kematian dan hembus napas yang kepulkan asap putih mengudara. Ia ambil sisi di sebelah kanan mengikuti arah angin berhembus supaya Jungkook tak hirup asap racunnya.
Di sebelah, Jungkook tegak segenggam kaleng soda dan keluarkan dengus dari hidungnya. "Hyung, kau selalu saja merokok di mana pun kapan pun, tapi kau tak bolehkan aku coba sebatang saja."
Kekehan Namjoon bau nikotin. Ia sesap lagi, lalu hembuskan. Menatap bulan seolah ia gantungkan seluruh hidupnya di sana.
"Tidak boleh, Kook. Kau masih terlalu kecil untuk ini."
Acap kali Jungkook layangkan protes sebab alasan basi yang selalu Namjoon gunakan ribuan kali. Umurnya sudah enam belas, lagipula. Berapa lama lagi Jungkook harus duduk dan tunggu untuk tahun-tahun saling bertemu supaya dapat lakukan apa saja?
Mau bagaimanapun, Jeon Jungkook jelas iri pada Kim Namjoon. pemuda ini dapat lakukan apa saja yang ia mau tanpa dibentur dinding memuakkan berbunyi "kau masih terlalu kecil".
Apa-apaan?
"Kalau begitu berapa lama lagi?" Jungkook tumpukan tubuhnya pada kedua lengan yang menopang pada beton dingin di bawah kulitnya, Lirik Namjoon di sisinya.
Namjoon tersenyum, istirahatkan putungnya di sebelah. "Harusnya dua tahun lagi."
"Harusnya?"
"Tapi kau tetap tidak boleh. Tidak dua tahun lagi, tidak sepuluh tahun lagi, tidak juga selamanya."
Jungkook telisik gurat-gurat yang bentuk senyuman Namjoon jadi sempurna, lengkap dengan lekukan dalam pada kedua pipinya. Terkadang Kim Namjoon bisa jadi sangat menjengkelkan namun masih mempesona.
Layangkan tatapan tidak mengerti, Namjoon masih saja tak beri ia titik terang sama sekali. Sebelum kemudian si tertua di antara dua itu hisap lagi kematian dan asapkan racun di langit-langit.
Belah bibirnya terbuka lantas vokalisasikan suara. "Jangan buat dirimu terbunuh dengan hal-hal bodoh apa saja yang pernah aku lakukan, Jungkook."
Senyap, Jungkook berkedip dua kali.
"Kenapa?"
"Karena hidupmu jauh lebih berharga."
Di bawah hamparan langit gelap berkebun bintang, Jungkook tertegun hingga terdiam. Ia kunci pandangnya pada Kim Namjoon yang kembali hirup putungnya untuk terus bertahan hidup.
▬▬▬
[warning]
angst
major character death
mental issue
self harm and suicide intentionplease be wise.
KAMU SEDANG MEMBACA
peterpan | nk ✓
Fanfiction𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃. "Aku ingin jadi seperti Peterpan, Hyung." "Kau ingin tinggal di Neverland?" "Aku... ingin berhenti bertumbuh." © ggukiology, 2020