Mereka selalu bertemu di atap gedung apartemen keduanya kala malam menyapa. Barangkali bukanlah suatu kebetulan, tetapi takdir yang terus pertemukan sang dua adam. Pun takdir, yang buat mereka punya makna di setiap temu.
Namun seminggu belakangan, tak dapat Namjoon temukan Jungkook di atap. Dan belakangan, Namjoon selalu kepulkan asap-asap ajalnya sendirian dengan sepi dan kosong yang membuatnya menggigil perlahan-lahan.
Namjoon menunggu. Ia menunggu di sana sembari mengobrol lewat tatap bersama rembulan. Bawa dua kaleng soda yang satunya tak pernah habis sampai lewat tengah malam.
Pukul satu, pukul dua, pukul tiga; Namjoon menunggu meski sadarnya dikikis sedikit-sedikit oleh kantuk dan dingin yang mengusik, menelisik ke dalam mantel menuju kulitnya yang beku.
Sebelum dan sesudah bekerja sebagai penjaga kasir di minimarket seberang, Namjoon sempatkan detik-detik untuk lirik pintu unit Jeon Jungkook. Namun pintunya selalu tertutup.
Ketukan dan panggilan telepon pun tak buahkan hasil apa-apa. Pesan-pesannya menggunung dan tak terbaca barang sebuah.
Jeon Jungkook seolah menghilang.
Adiknya seolah menghilang.
▬▬▬
KAMU SEDANG MEMBACA
peterpan | nk ✓
Fiksi Penggemar𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃. "Aku ingin jadi seperti Peterpan, Hyung." "Kau ingin tinggal di Neverland?" "Aku... ingin berhenti bertumbuh." © ggukiology, 2020