Bagian 2

9 6 0
                                    

2 tahun kemudian .....

Pemandangan malam ini terlihat glamour dengan air mancur berwarna-warni di pusat kota. Meskipun mulai larut, semakin banyak lalu lalang orang yang beraktifitas dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Singapore akan selalu hidup dibawah ribuan warna cahaya lampu yang menerangi hingga matahari terbit. Beberapa gedung pertunjukkan masih menyuarakan alunan musik yang menggema dan beberapa mall juga penuh sesak oleh pengunjung. Banyak orang yang lebih memilih tempat hiburan sebagai tempat menghilangkan penat setelah seharian bekerja.

Berbeda dengan suasana di tempat lainnya, suasana di sebuah hotel jauh terlihat lebih tenang. Rashes Hotel adalah hotel yang cukup populer di seluruh Singapore, hotel elit berbintang kelas dunia yang tak pernah sepi dari pengunjung yang menginap. Sebuah jamuan makan malam sederhana dilakukan di salah satu restoran hotel.

"Tahun ini, hotel kita berkembang lumayan pesat. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang sempat terpuruk. Kau sudah bekerja keras, Kyle."

"Terima kasih, presdir. Saya masih harus belajar banyak,"

"Tak lama lagi aku harus mengundurkan diri sebagai presdir. Mungkin hingga tahun berikutnya dan tak akan lama untuk bertahan. Jason, kau harus lebih siap menggantikan posisi ayahmu ini,"

"Ayah, kurasa menjadi pemimpin bukan hal yang mudah. Kupikir aku belum siap dan tidak yakin dengan diriku sendiri. Aku sama sekali merasa tidak bersungguh-sungguh." sahut Jason. Ia kembali menyesap cappucinonya "Lagipula bukankah ayah masih terlihat sehat-sehat saja?,"

"Kyle, kumohon ajari Jason. Mm,,, kudengar hotel ini akan digunakan untuk tempat kompetisi jurnalis?."

"Benar, acaranya dimulai lusa. Ruang yang akan dipakai sudah disiapkan yaitu di lantai 7, 9, dan 10. Anda diminta untuk mengisi sambutan pada acara pembukaannya. Kompetisi yang diselenggarakan untuk tingkat Asia ini sangat penting dan merupakan penghargaan besar bagi hotel kita."

"Sudahlah, sebaiknya kita tidak membahas itu dulu. Tujuan kita disini bukankah untuk tidak berbicara masalah pekerjaan? Kalian ini kan atasan, kalian tak perlu berpikir banyak," ujar Elisa sembari menghidangkan kue dan menuangkan susu serta teh hangat. "Kalian jangan sampai stress,"

"Istriku, maafkan aku. Akhir-akhir ini tidak banyak waktu yang bisa kuhabiskan denganmu, tapi malam ini kau tampak cantik,"

Mendengar kalimat itu, Kyle merasa tidak betah dan ingin segera menyelesaikan acara makan malam ini. Ayahnya memang seorang penggoda ulung. Ia berdehem dan melempar pandangan ke arah lain.

"Oh,,, santai saja, Kyle. Kamu adalah tamu istimewa kami. Silakan ambil hidangan yang kau suka!," ujar Mrs. Elisa yang menyadari ketidaknyaman Kyle. "Dari semua pegawai suamiku, hanya kau yang kukagumi. Kau sudah disini selama dua tahun, kau sudah sangat bekerja keras."

Perbincangan malam itu berlangsung sampai larut. Kadang, terdengar gelak tawa disela-sela percakapan. Bagi Kyle, semua itu masih sandiwara belaka.

-------

Jakarta, Indonesia

Ibu kota negeri Pertiwi, kota metropolitan pertama di Indonesia. Jauh diantara gedung-gedung tinggi yang menjulang, warna langit kemerahan menjadi pemandangan waktu senja di musim kemarau yang indah. Beberapa lampu mulai menyala dan suara adzan maghrib terdengar berkumandang di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini.

Di sebuah taman kota, seorang gadis yang terlihat resah duduk sendiri di bangku panjang. Disekelilingnya, orang berlalu lalang menikmati suasana sore hari, sebagian besar diantaranya adalah orang yang pulang dari tempat kerja. Menjelang akhir pekan, orang-orang pulang lebih santai sehingga kemacetan lalu lintas tidak terjadi. Mereka terkadang mampir terlebih dahulu di tempat hiburan terdekat. Tak terkecuali, taman kota. Air mancur, kolam ikan, tanaman bunga, arena permainan dan pemandangan kota semuanya dapat dijumpai disini.

Love Really HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang