Silam

27 2 3
                                    

                        3 tahun yang lalu


Suara itu sampai padaku,

Meski aku mendengarnya, aku tidak tahu suara siapa itu.

Aku berhenti menjadi diri ku. Dan diriku yang baru tidak mengenal diriku

Dan saat aku membuka mata seolah-olah aku akan mati lagi.

Aku selalu terbangun di dunia yang aneh.

Mengalami kematian berkali-kali. Dengan cara yang keji.



                                   ****
                         (Fase flashback)

Setelah kejadian itu, Aku tinggal bersama keluarga sanka. Sebelum mayor meninggal ia sempat membicarakan ini "ketika aku sudah tiada, tolong rawatlah rea". Mayor mempercayakanku pada keluarga sanka karena keluarga Sanka sangat dekat dengan mayor. Keluarga sanka kehilangan putra semata wayangnya saat perang di Eropa, ya. Putranya adalah salah satu tentara militer sekaligus bawahan Gilbert.

Keluarga sanka sangat terpukul ketika mereka tahu bahwa putranya sudah tewas di Medan perang. Meski begitu mereka tampak tak terima.

Sejak saat itu aku tinggal bersama mereka, tapi siapa sangka? Semenjak kematian putranya yang ke 30 hari Mereka berubah! Padahal hari-hari sebelumnya aku masih merasakan kehangatan keluarga tapi, hari itu menjadi hari yang tak bisa dilupakan. Bahkan sampai saat ini.

"Bangun kau! Dasar pemalas!" Teriak seorang wanita yang tengah berdiri diambang pintu

Aku tersentak kaget dan langsung bangun

"Cepat siapkan sarapan! Setelah itu cuci piring, cuci baju, dan membersihkan rumah!" Wanita itu pergi begitu saja setelah membangunkanku, ya. Dia ibu angkatku Sanka Vinella.

Aku segera bangun lalu membasuh mukaku, dan segera pergi ke dapur.

Mungkin aku masih sedikit mengantuk jadi tidak fokus dengan pisau yang aku pegang, pisau itu memberikan sayatan kecil dijari telunjukku, darah segar mengalir dari tanganku sontak aku meringis kesakitan.

Ibuku tiba-tiba memanggilku
"Rea!!! Cepat kesini!".

"Iya ma!" Jawabku

Aku pun terburu-buru ke ruang tamu disitu terlihat ada seorang wanita paruh baya yang mukanya sudah memerah karena kesal.

"Kenapa lama sekali!" Bentaknya

"M-maafkan aku ma" ujarku sambil menunduk

Aku merasakan sebuah tangan menarik rambutku hingga mukaku yang tertunduk kini mendongak, Wanita itu terus-terusan menarik rambutku. Kulit kepalaku terasa sangat perih, air mataku turun membasahi pipiku.

Setelah puas menjambakku ia menyeretku ke dapur, ya. Wanita itu mengambil pisau yang tadi aku tinggalkan diatas meja.

"Tidak! Ma.. mama mau apa.." Ucapku yang masih berderai air mata

Mama tidak menjawab, ia menggerakkan tangannya yang menggenggam pisau itu dan menggores sedikit pergelangan tanganku. Darah segar mengalir deras. Ia melakukannya lagi lagi lagi dan lagi, hingga seluruh tubuhku penuh dengan darah.

Aku tak bisa melakukan apapun, aku kehilangan banyak darah sehingga itu membuatku anemia.

Pandanganku mulai kabur, kepalaku agak pusing. Hingga detik berikutnya aku pingsan.

Mama menyeretku ke arah box besar yang merupakan kulkas untuk menyimpan daging beku, ia memapah tubuhku dan memasukkannya ke dalam box itu. Sebelum itu dia sudah membawa sebuah kamera digital dan memfoto tubuhku yang tergeletak di dalam kulkas besar itu. Pintu kulkasnya dikunci rapat hingga tak ada sedikitpun udara yang masuk.

Aku mulai kedinginan, tidak tapi disini sangat dingin. Aku tak bisa bernafas dengan baik, seluruh tubuhku mati rasa.

Darah yang menyelimuti tubuhku mulai membeku menjadi es.

"Apa aku akan mati?"

"Apa aku akan menyusul mayor?"

"Apa hanya itu, kenangan bahagia ku dengan keluarga baruku?"

"Aku sudah tak kuat"

"Ah iya, aku lupa hari ini hari ulang tahunku yang ke 17"

"Ini adalah hadiah ulang tahun terburuk sepanjang hidupku"

"Mayor.. aku datang.." sudut bibirku terangkat sedikit meski tak terlihat terlalu Jelas, karna aku tak bisa mengontrol tubuhku.












Detik berikutnya aku benar-benar tak sadarkan diri, dan saat aku membuka mataku tiba-tiba aku sudah berdiri diruang yang serba putih ini, hampa dan kosong. Itulah yang ada dipikiranku.

"Rachel.." terdengar suara seseorang memanggil namaku, eh tunggu. Namaku?! Sejak kapan namaku Rachel?.

Aku menoleh keberbagai arah tapi tak ada orang selain diriku dan bayanganku, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahuku akupun sontak menoleh kebelakang.

Aku menelan Salivaku kasar, melihat seorang pria berambut putih panjang sedang tersenyum hangat kearah ku, ya Tuhan dia sangat tampan!.

"S-siapa kau? Apa kau Malaikat? Akukan sudah mati" tanyaku memberanikan diri.

Pria itu masih tersenyum lalu tangannya bergerak mengelus lembut pipiku.

"Kau belum mati Rachel" jawab pria itu lembut.

"Namaku bukan Rachel, namaku rea, dan jawablah pertanyaan ku!" ucap ku agak mengeraskan suaraku.

"Sudah saatnya kau tahu semuanya Rachel, tentangku dan hubungan kita" jawab pria itu masih tersenyum.











                                    ***

TBC

Next part oke

Nightmare's Sanka ReaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang