Chicago, 17 Mei 2013"Plak.." gadis kecil itu meringis menahan jalar panas yang kini ia rasakan di pipinya yang memerah, mata emeraldnya mulai berkaca.
"Kamu ingin pulang? sayangnya rumah yang kamu maksud sekarang ada disini dear, jangan menatapku begitu bencilah ibumu yang sudah membuangmu padaku Alice." ujar laki laki itu, tawanya begitu renyah seakan melihat putrinya menderita adalah hal yang begitu menyenangkan.
"Mom tidak akan membuangku, aku yakin ayah sendiri yang mengambil kami secara paksa, i'm sorry for all dad tapi aku tidak percaya pada bullshitmu." mata emeraldnya kini menyalang menatap laki laki yang kini tengah tersenyum licik dihadapannya.
"Aku tau kamu sangat pintar walau usiamu baru berapa? 10 tahun ya.. karena itu aku memilihmu sayang aku yakin kamu pasti bisa membantuku." Alex mengusap lembut kepala putrinya itu.
"Kalau aku tidak mau, aku bisa lari dari rumah ini ayah, itu adalah hal yang sangat mudah, apa ayah tidak takut jika aku kabur hemt...'' gadis kecil itu tersenyum menantang, tatapannya tidak terlihat takut walau ia tau ayahnya bisa membunuhnya kapanpun ia mau.
Laki laki itu kembali tertawa."kamu kira aku membawamu kesini tanpa persiapan dear, aku yakin kamu tau bagaimana aku bekerja" Alex tersenyum kecil.
"Kalau begitu bagaimana jika kubalik pertanyaannya, apa kamu tidak takut jika saat kamu lari dari sini kamu melihat mereka sudah tidak bernyawa lagi? Apa kamu tidak takut jika adik kecilmu itu terluka? Ah....dia tampak sangat rapuh untuk disentuh dear, aku jadi takut melukainya." Alex tersenyum ketika melihat raut wajah putrinya mulai berubah.
"They are your family dad, and she is your daughter jika aku perlu mengingatkan." Alex kembali tertawa mendengar ucapan anak perempuannya itu.
" Tentu aku tau tapi tidak ada salahnya untuk mencoba mengambil untung dari anakku bukan, sekarang Alice dengarkan perintahku baik baik." tangan Alex yang semula mengusap kini mulai menarik rambut putrinya itu dengan kasar hingga membuatnya meringis menahan sakit.
"Kehidupan mereka ada di tanganmu sekarang, semakin kamu pintar dan taat maka kehidupan mereka akan semakin bahagia, mudah untuk menghancurkan hidup mereka sekarang Alice, sangat mudah untukku. karena itu jangan coba untuk lari atau kau akan rasakan akibatnya."
Gadis itu menangis sembari menatap langkah kaki sang ayah yang mulai menjauh, dia tau hidupnya pasti berubah setelah ini dan mau tidak mau dia harus menerimanya bukan?
"Alice? Are you okay?" gadis itu kini berbalik menatap seorang gadis kecil yang kini melihatnya dengan mata sarat akan air mata.
"Hei, kenapa kamu kesini? Masuk Nadine, ini udah malam kamu nggak boleh kedinginan." gadis itu berdiri lalu tersenyum seakan tidak ada hal yang terjadi.
"I Miss momy Alice, kenapa mom nggak dateng kesini? Aku takut sama ayah, tadi ayah mukul kakak kan?" gadis kecil itu kembali menangis sembari memeluk erat sang kakak.
"Its okay, everything gonna be okay Nadine, i promise nanti kalau nadine sudah besar kita akan kembali bertemu mom, sekarang waktunya untuk tidur ya."
Nadine terdiam, tangannya meremat bonekanya dengan erat. "You promise Alice." tatapannya begitu sendu membuat siapapun luluh melihat nya.
" Yes, i promise."
TBC
Please vote and comment.
This is my first story enjoy to Read my story.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSHINE
Teen FictionNatalie Stevano Thomas Menjadi seorang putri dari alexandro Thomas mungkin adalah salah satu hal yang paling diinginkan oleh anak perempuan manapun, namun terlahir dari keluarga kaya dan memiliki wajah rupawan juga otak genius layaknya Bill Gates t...