02

12 1 0
                                    

"Sudah datang dear, kamu mengerjakannya dengan indah seperti biasa." Alex tersenyum menatap manik emerald milik putrinya itu.

"So....apa tugasku selanjutnya? Come on dad aku masih punya banyak pekerjaan lain." Desak gadis itu.

"Kamu tau kan bahwa Grananda corp lah yang bertanggung jawab atas pria tadi." Natalie terdiam mendengar pernyataan ayahnya itu.

"Ini hanya pikiranku atau memang sejak awal kita datang ke Indonesia ayah mengincar grananda corp?ini bukan cuma balas dendam papa tentang tadi. Pa..Mereka mungkin memang perusahaan besar but masih banyak perusahaan lain yang lebih menarik dari pada itu."

Alex tertawa seakan itu adalah hal yang lucu. "kamu memang cerdas Natalie itu yang aku suka darimu, ya... kamu benar aku memang mengincar grananda corp. Selain karena mereka punya saham yang besar aku juga punya urusan dengannya."

"Ck.....useless, terserah aku gak tertarik sama kisah papa, terus hubungannya sama tugasku?" Natalie menatap datar pada pria itu.

"Menyusup seperti biasa, tapi untuk kali ini papa akan memasukkan mu ke salah satu sekolah di bawah naungan Grananda corp." Alex tersenyum miring.

"Apa Sekolah? Pa.....itu gak bakal efektif, lebih bagus kalo aku nyusup ke perusahaan mereka kan." Natalie menghela nafas.

"Situasi sekolah itu lagi gak bagus, banyak pemberitaan yang lagi viral di SMA cendrawasih, SMA itu termasuk jajaran Sekolah elit di Jakarta. Karena itu papa mau kamu kumpulkan fakta betapa buruknya sekolah itu pada papa, untuk masalah yang lain kamu gak perlu khawatir biar papa yang urus." Alex meminum vodca dengan senyum penuh kemenangan.

"Kamu setuju dear?".

"Hem...setuju atau enggak,gak ada pilihan kan, perintah papa adalah hal absolute buat aku. Jadi papa gak perlu sok menawarkan pilihan." Ucap gadis itu dengan ketus. Ia lalu bersiap siap untuk beranjak dari ruangan itu.

"Kapan aku mulai sekolah Disana?" Tanya Natalie.

"Minggu depan, semua pendaftaran udah papa lakukan. Kamu cukup masuk aja jadi ingat Natalie pakai topengku dengan baik Disana ya. Aku yakin kamu sudah profesinal dalam masalah ini, jangan sampai ada kegagalan." Alex tersenyum puas melihat tatapan paham milik putrinya itu.

"Kalau gitu nama apa yang bakal aku pake Disana, gak mungkin kan kalo ayah daftarin aku pakai nama Natalie Thomas? Atau ayah pake nama...alice?" Entah kenapa nada suara Natalie tampak berharap.

Alex menyingrai. "jangan berharap Natalie, nama Alice sudah mati untukmu so forget about that name. Dan untuk nama mu tidak ada perubahan tidak banyak yang tau nama tengahmu bukan, jadi ayah mendaftarkan mu dengan nama Natalie stevano. "

Gadis itu mendengus kesal. "Up to you dad aku ga peduli apa yang bakal mau papa lakuin karena aku tau apapun pendapatku yang ga sesuai dengan apa yang papa mau gak bakal papa terima, iya kan. Kalo gitu aku pergi dulu oya sebelumnya aku ngingetin tolong jaga kelakuan papa ama sekretaris itu aku gak mau report buat beresin kelakuan brengsek papa." Natalie memutar bola matanya lalu pergi meninggalkan ruangan milik sang ayah dengan segera.


***

Stevy mengernyit menatap sang nona yang tampak begitu kesal. "Lo ngapain sih di ruangan tadi kok jadi bad mood gini, lo tau kan Lie kalo mood lo itu bakal ngaruh ama kerjaan, Jangan bikin kerjaan gue tambah numpuk lah. " ujar wanita berkacamata itu.

"Nothing, Lo tau kan kalo bokap gue tu bajingan jadi gak usah aneh kalo gue keluar dari tempat itu jadi bad mood. Asal lo tau stev apa tugas yang tu orang kasih ke gue. " Natalie menatap kesal pada tumpukan dokumen di hadapannya itu.

Stevy hanya tertawa melihat kekesalan Natalie, sudah bukan hal aneh lagi mengingat ia sudah mendampingi gadis itu selama kurang lebih 4 tahun lamanya.

"Emang bokap lo nyuruh ngapain lagi, jadi mata-mata ya. Biasanya lo paling sebel di suruh tugas itu. " stevy membereskan beberapa berkas milik sang nona.

"Ya tapi masalahnya gue di suruh jadi mata-mata di sekolah, lo tau gak betapa ribetnya itu. Gue gak pernah kenal remaja kecuali Nadine Stev Dan sekarang gue harus gabung ama kumpulan bocah labil kayak mereka." Natalie memperlihatkan raut wajah menggelikan.

"Kalo lo lupa gue bakal ingetin kalo umur lo itu baru 17 tahun tandanya lo itu sama kayak mereka yang baru aja lo sebut bocil. " Stevy terkekeh melihat tatapan kesal milik Natalie.

"Sat gue gak peduli, gue cuma gak habis pikir. Coba deh mau nyerang perusahaan pake skandal moral sekolah kan gak efektif. Gini nih otak dipake di dengkul. "

Natalie menghela nafas, gadis cantik itu berusaha untuk meredakan emosi yang sedang bergerumul di dalam dirinya sekarang.

"Dari pada lo gak jelas kayak gini mending lo beresin tumpukan map ini deh, biar kita gak ngelembur dan lo bisa ketemu ama nadine lebih cepet. " Stevy meletakkan tangannya di atas tumpukan berkas di meja Natalie.

"Fine, jangan lupa bilang juga sama ketua divisi 6 suruh ngadep gue setelah ini. Seenggaknya sebelum gue ngerjain perintah gila itu gue udah nyelesaiin tanggung jawab gue disinikan. " ujar Natalie sembari tersenyum miring.

Stevy kembali terkekeh. Wanita itu segera mengangguk dan beranjak keluar dari ruangan Natalie. Tatapannya tertuju sejenak pada atasan muda yang kini tampak fokus mengerjakan tugasnya.

"Mungkin dengan tugas ini lo bisa ngerasain jadi remaja gimana lie. Walau cuma dunia palsu buat sementara. "

***

"WHAT?! Bentar... Bentar lo bakalan nyamar jadi anak SMA ? Dan bakal di mulai besok, kok gak ngomong sama gue sih. Pasti lo udah dikasih tau lama."

Natalie menghela nafas, lihat inilah alasan utama ia tak mau adiknya itu tau tentang tugas barunya itu.

"Noh kan noraknya keliatan, udah gue duga lo bakal seheboh ini makanya gue nggak mau ngomong dari kemarin. Lagian ini kan kayak biasanya Nad, gue juga udah pernah nyusup. "

Nadine berdecak kesal. Tatapannya mengarah pada sang kakak yang tengah menyiapkan skenario untuk esok hari.

"Ck...Lo yakin tu orang gak jebak Lo Nat? Aneh gak sih manusia bentukan kayak gitu nyuruh Lo tiba-tiba jadi mata-mata di sekolah, gue pingin liat Lo jadi orang normal but gak kayak gini caranya."

Natalie tertawa menatap tingkah sang adik, gadis kecil yang selalu menjadi prioritasnya diatas apapun.

"Ribet amat Lo, jalani ajalah Nad. Maybe suatu saat nanti kalo Lo udah sekolah di luar gue bisa ngasih petuah karna dah pernah ngerasain ya kan."

Gadis berambut gold itu mendesah, tatapan nya menatap lurus kearah wajah rupawan sang kakak.

"Oke gue mau nerima tapi Lo harus janji besok sebelum Lo berangkat Lo hatus nemui gue dulu. Pokoknya gue mau Lo jadi anak baru paling badas, liat aja nanti gak bakal ada yang kedip setelah ngeliat Lo hahaha."

Sekali lagi Natalie hanya bisa tertawa, ah... menyenangkan bukan jika hidupnya hanya di penuhi hal sepeti ini. Tapi sekali lagi itu tak akan pernah terjadi dalam hidupnya ini bahkan dalam mimpi terliarnya.

"So...go back to your room, and see later tomorrow my sunshine."

.......










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang