Bagian 34

94 14 1
                                    

Ritsu POV

Aku berangkat bersama dengan Yura, hanya kami berdua saja. Anak buah yang melakukan transaksi telah diam-diam kuhubungi, mengubah tempat pertemuan. Sedangkan aku tetap pergi ke tempat awal dengan Yura.

Menurut kabar dari Hanae, perempuan ini telah diam-diam mengirim saudaranya untuk menangkap Gemma. Jadi ada kemungkinan dia juga akan melakukan sesuatu padaku. Mumpung Yura belum tahu apa yang terjadi di seberang sana, akulah yang akan lebih dulu menyerangnya.

Begitu sampai, Yura keluar dari mobil terlebih dahulu. "Ke mana mereka semua?" Dia mengeluarkan ponsel, berniat menghubungi orang yang seharusnya melakukan transaksi.

Namun, sebelum teleponnya tersambung, aku telah lebih dulu merebut ponsel-nya. Bukan hanya kumatikan, tetapi juga kuhancurkan. Kulempar ke lantai, menginjak dengan keras.

Yura memasang ekspresi wajah yang menakutkan. Dia tidak tampak kaget sama sekali atas apa yang kulakukan padanya.

"Aku tahu ... kau memang pengkhianatnya," kata Yura.

Wanita itu berbalik, dia mengeluarkan sebuah katana yang sedari tadi bersarung di ikat pinggangnya. Yura telah siap menghadapi situasi seperti ini. Bagus untukku, kami jadi tak perlu berbicara omong kosong.

"Ya dan sekarang aku akan menutup mulutmu di sini."

Kukeluarkan pistolku, mulai menembakinya. Yura begitu gesit, dia bisa mengelak sembari mendekat sedikit demi sedikit. Aku pun ikut bergerak, berlari menghindarinya seraya menembak.

Dengan cepat kuganti magazen yang telah habis, terus menembaki tepat ke arahnya. Yura seperti tak mengenal takut, dia tetap mengejarku meskipun berkemungkinan tinggi tertembak.

Ternyata selain cepat, dia juga begitu gesit dalam menghindari tembakan. Pedangnya yang kecil itu begitu tajam, menebas membelah sebuah papan yang kupungut dan lemparkan padanya.

Tidak berlebihan kalau kubilang dia mempunyai kemampuan assassin profesional. Mungkin juga memang iya, aku tak terlalu ingin mencari tahu tentang lawan yang akan segera kubunuh.

"Kena kau!" Begitu dia berhasil mengejarku, Yura langsung mengayunkan pedangnya pada pistolku. Benda itu terlempar sejauh dua meter dari ku. Memanfaatkan itu, Yura segera mengubah posisi pedangnya ke arah leherku.

Dia pikir dia telah menang saat aku tak bergerak dari posisiku. Wanita itu tak tahu, kalau aku masih punya pistol lain yang sengaja tidak kukeluarkan.

Karena gerakan pedang selalu lebih lambat daripada lesatan timah panas. Aku sengaja membuatnya lengah, berpikir dirinya telah aman setelah pistolku dia singkirkan. Padahal, saat kehilangan satu, satu lagi telah kukeluarkan secara diam-diam.

Bang!

Hanya perlu satu tembakan untuk membunuhnya. Peluru itu bersarang di kening Yura, tepat ketika ujung pedangnya berada dia atas permukaan kulitku.

Ekspresi wajahnya di penghujung ajal menakutkan, menyayat hatiku. Karena melihatnya seperti melihat pantulan diriku sendiri. Darahnya yang menyembur pada wajahku membawa rasa gigil yang tak nyaman.

Segera kubersihkan wajahku, mengambil ponsel-ku untuk menghubungi Aoba. "Paman, aku telah membereskan Yura. Dia melakukan sesuatu di belakang bisnis kelompok." Aku memberikan sebuah kebohongan. Alasan untuk membenarkan perbuatanku.

"Wanita ini juga diam-diam berpihak pada Hanabusa. Dan dia berniat menggunakan kesempatan ini untuk membunuhku. Buktinya akan segera kukirimkan pada Paman." Semua ini adalah kebohongan. Bukti yang kusiapkan juga palsu. Semuanya dibuat oleh Hanae. Semua ini untuk membuat Aoba lebih hati-hati pada bawahannya sendiri hingga mengendurkan pengawasan padaku.

Aku bersyukur Aoba telah mengenalku sejak kecil dan percaya sepenuhnya padaku. Dia sama sekali tidak meragukan atau bertanya lebih jauh. Percakapan itu pun berakhir dengan singkat.

Pekerjaan kotor malam ini selesai.

***

Hanae POV

Setelah dihubungi oleh Ritsu, aku mendatangi Gemma. "Ritsu sudah membunuh Yura." Kupikir dia ingin tahu perkembangan terakhirnya.

"Dia baik-baik saja?" Tumben sekali Gemma peduli pada Ritsu? Kupikir dia masih sulit menerima Ritsu dengan identitas aslinya.

"Baik, Aoba belum mencurigainya."

"Hem ...."

Gemma tampak serius. Dia dari tadi sibuk mengelola data, sebuah laporan proses penelitian yang dibocorkan oleh Serge. Dia tidak berniat menggunakan data mentah, maka dari itu dia merapikannya kembali.

"Kapan rencananya kau akan menyerahkan itu pada Inspektur Midorikawa?"

Aku berpindah ke sampingnya, bersandar pada meja sambil mengintip apalagi yang dia lakukan dengan komputerku. Gemma masih saja serius, terlihat tidak puas pada data yang telah dia kumpulkan.

"Tidak sekarang. Campur tangan Hondou belum ada. Percuma kalau yang tertangkap hanya Aoba." Oh, ternyata itu karena nama investor yang tertera di laporan keuangan proyek itu hanyalah nama Aoba. Jadi Gemma tak puas. Usahanya hanya akan tetap setengah jalan jika terus seperti ini.

"Kalau begitu ayo jebak dia. Semua akan beres kalau kita punya rekaman Hondou saat pergi mengawasi perkembangan penelitian." Mustahil kalau membuatnya muncul di lokasi transaksi. Pak tua itu tak pernah melakukan pekerjaan remeh sendiri, dia punya banyak orang yang bisa digunakan dan ditumbalkan saat keadaan menjadi buruk.

"Bagaimana caranya?" Gemma tampak tertarik dengan ideku. Dia memutar kursinya, serius menantikan jawabanku.

"Kau bisa membujuk Adam, kan?" Dia mengangguk.

"Kalau begitu mintalah dia dekati Hondou. Pertama kita perlu membuat mereka bertemu secara langsung. Pastikan Adam meminta dana lebih. Kalau proyek itu memakai dana terlalu besar, Hondou mungkin memutuskan untuk melakukan tinjauan sendiri."

Rencanaku belum tentu akan berhasil. Kami benar-benar tak bisa menerka apa yang mungkin akan Hondou lakukan, tapi bertaruh pada kemungkinan kecil lebih baik daripada tidak melakukan apa pun.

Setidaknya tindakan ini tidak berisiko. Hondou sudah keluar uang banyak untuk mendanai penelitian Adam. Dia tidak akan menarik diri hanya karena Adam meminta dana lebih.

"Oke, ayo coba cara itu."

Gemma tak sabaran, dia langsung menghubungi Adam untuk mengatur janji pertemuan. Sedangkan aku menghubungi Ritsu kembali, berniat memintanya membantu memberikan beberapa sugesti yang bisa memengaruhi keputusan Hondou. 

The Answer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang