Bagian 13

159 24 1
                                    

Gemma POV

"Profesor Gemma! Apa kabar?"

Aku terpaku, melihat siapa yang mengetuk pintu rumahku malam-malam begini. Terlalu kaget untuk memberikan jawaban atas sapaannya. Tanganku masih menggenggam engsel pintu. Tubuhku masih berdiri menghalangi jalan masuk.

Serge tersenyum sangat ceria, terlalu energik untuk ukuran laki-laki awal tiga puluh tahunan. Kepalaku sakit seketika, menyingkir ke tepi memberinya izin untuk masuk.

Aku menghela napas. "Kenapa datang?" Kenapa dia bisa sampai di depan pintu apartemenku? "Bagaimana dengan pekerjaan?" Aku tidak menyangka, kalau Serge akan datang mencariku. Tahu begitu, sejak awal tak pernah memberinya alamat baruku.

"Profesor masih tetap sama ya? Sikap tak peduli itu harus diubah tahu! Masa begitu caranya memperlakukan orang yang datang dari jauh!" Belum apa-apa sudah mengomel.

"Kamu tak perlu memanggilku seperti itu lagi tahu, aku sudah bukan atasanmu." Aku berjalan lebih dulu, mengajaknya duduk di ruang tamuku. Serge sama sekali tak segan padaku, ia tidak berbasa-basi sama sekali.

"Kembalilah ke laboratorium, Profesor. Tak ada yang bisa menggantikan posisimu. Direktur memintamu kembali. Ia akan mempertimbangkan kenaikan bayaran," ujar Serge.

Aku menggeleng, memberinya segelas vodka. "Ini bukan soal bayaran. Perusahaan bisa mencari sebanyak mungkin ilmuwan pengganti. Namun, tak ada yang bisa menggantikan apa yang kulakukan saat ini." Kemudian aku menuangkan untukku sendiri, duduk di depannya.

Serge memainkan gelas, sikapnya terlihat gelisah. Mungkin cemas padaku. Kebiasaan yang selalu mengurusku itu, tak kusangka bisa jadi menyusahkan saat ini. "Memangnya apa yang kamu lakukan, Profesor Gemma? Dari semua hal, kenapa dengan klub malam?" Dari mana juga dia tahu aku pernah bekerja di klub malam?

"Apa kau membayar orang untuk menyelidikiku?" Aku harus berhati-hati. Jangan sampai Serge terlibat dalam urusanku. Dia akan kupulangkan tanpa mengetahui apa-apa.

Serge menggeleng dengan kuat, tersenyum terpaksa. "Salah seorang kolega kita mengatakannya padaku. Dia melihatmu bekerja di klub malam, jadi aku langsung menemui Direktur minta cuti untuk mengeceknya sendiri. Beliau memberikan cuti padaku, dengan syarat membawamu kembali bersama denganku."

Sial. Aku lupa! Beberapa rekan kerjaku dulu berasal dari perusahaan di Jepang dan Klub Paradox berada di tempat yang mencolok. Area pusat hiburan malam di mana karyawan berpesta seusai jam kerja. Betapa cerobohnya aku ... hanya karena hal kecil, membawa masalah tak terduga seperti ini.

"CV yang sebelumnya kukirimkan, mau kamu pakai untuk apa?" Serge bertanya kembali. Tanpa menunggu jawaban dari pertanyaan sebelumnya.

"Itu bukan urusanmu." Aku menolak menjawab, memalingkan wajah ketika Serge mengangkat kepalanya.

"Apa kamu dapat tawaran kerja yang lebih baik? Perusahaan saingan?" Normalnya memang itu yang mungkin ia pikirkan. Bukan hal yang aneh jika menjaga rahasia tempat kerja baru, jika itu merupakan saingan tempat kerja lama. Akan lebih baik jika aku membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut.

Serge mungkin akan berpikir aku kacang lupa kulit. Meninggalkan tempat yang membesarkan karirku, dan pergi ke tempat yang lebih baik. Akan tetapi, itu selalu lebih baik daripada ia tahu bahwa orang yang dihormatinya ini, telah menjadi seorang pembunuh yang haus akan kebenaran dan terobsesi pada balas dendam.

"Itu benar," aku berbohong.

Keningnya mengerut. "Kamu berbohong." Serge segera tahu aku berbohong. Tampaknya mencoba membohongi orang yang selalu berada di sisiku selama delapan tahun lamanya, bukanlah sesuatu yang bisa kulakukan.

The Answer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang