Chapter 7

15 2 0
                                    

"Trus lo kenapa bisa pingsan kemaren?" tanya Farzan di tengah obrolan kami saat makan siang. Kami makan siang bersama, sangat aneh rasanya. Sama seperti saat bersama Adit tadi pagi, saat ini pun puluhan pasang mata menatap ke arah kami. Tapi kali ini aku ingin berteriak "Iyaaaa aku emang suka Farzan, makan siang doang kok masa ga boleh" dengan nada yang teramat sombong.

"Oooh itu. Gue emang rada ga enak badan kemaren." Jawabku berbohong.

"Laen kali kalo mau pingsan kabarin dulu, bisa-bisa patah tulang punggung gue ditubruk pala lo." ucap Farzan diikuti tawanya yang renyah.

"Hahaha masa gue gladi dulu sebelum pingsan. Ya ampun lagian lo kenapa berdiri depan gue coba kemaren." sanggahku dengan tawa. Aku dan Farzan yang baru memulai obrolan pagi ini, namun terasa seperti teman lama yang baru kembali berjumpa. Sangat terasa saling mengisi obrolan satu sama lain.

"Tapi gue jarang liat lo deh." ucap Farzan lebih seperti sebuah pertanyaan.

"Hmmm masa sih? Tapi gue sering liat lo."

"Lo sering nonton gue manggung?" tanya Farzan serius.

"Ngga sih, maksud gue ya sering lah gue liat lo di sekolah kan kita satu sekolah."

"Pantes, soalnya gue tuh biasanya inget yang sering nontonin gue. Muka lo ga ada."

"Iya, muka gue emang ga suka tempat rame." ucapku sedikit bercanda.

"Kok gitu? Jadi lo gamau liat gue manggung nih kapan-kapan?" aku tidak tahu seperti apa ekspresi wajahku sekarang. Entah kenapa pertanyaan Farzan barusan lebih terdengar seperti ajakan kencan di telingaku. Ah memang dasar, baperan.

"Mau sih, tapi gue tuh ga punya temen. Makanya gue ga pernah pergi-pergi." Jawabku jujur.

"Yaudah, mulai sekarang, Farzan Gandhi Gunadhya adalah temen pertamanya Leeya buat pergi-pergi." Aku hanya tersenyum mendengar ucapan termanis sepanjang sejarah di sekolah ini. Tak bermaksud mengabaikan, aku hanya terpesona dengan lelaki di hadapanku ini. Aku merasa sedang berada di suatu adegan dalam drama yang sering ku tonton, sungguh manis.

Aku berjalan kembali ke kelas dengan senyum yang tak ingin hilang dari wajahku. Aku menyapa dedaunan, bunga-bunga yang ku temui di perjalanan indah menuju kelas.

Bel pulang berbunyi. Aku tak sabar ingin segera pulang, setelah bertukar nomor ponsel dengan Farzan, aku ingin segera mengecek handphone ku yang ku tinggalkan di rumah.

"Kerumah gue dulu." seseorang menarik tas punggungku dari belakang sehingga langkahku sedikit terseret ke belakang.

"Bisa ga sih baik-baik?" ucapku membentak Adit.

Adit tak menghiraukanku. Dengan langkah enteng dia menuju ke parkiran motornya.

"Ngerusak mood orang aja deh." ucapku sambil lalu membelokkan langkahku, tak mengikuti perintah anehnya.

"Lo ga ngerti Bahasa Indonesia ya?" Adit menghentikan laju motornya tepat di hadapanku.

"Lo ga ngerti sopan santun ya?" Jawabku lalu kembali berjalan.

Aku pikir Adit akan kembali menahanku, namun ternyata dia melajukan motornya begitu saja.

Aku hanya memandang dengan tatapan tak percaya.

"Ckckck kekanak kanakan." ucapku spontan melihat sikap Adit.

*~*~*~*~*

"Wahhh, ga bisa dipercaya." aku dengan peluh yang mengalir dari balik seragam sekolahku, hanya bisa mengutuk dalam hati melihat motor Adit parkir di depan pagar rumahku.

"Itu Ziyan." ucap Ibuku begitu melihatku masuk.

"Lo ngapain disini?" tanyaku tanpa basa basi.

"Kamu tuh, kebiasaan." Ibuku menepuk bahuku.

"Ziyan ganti baju dulu ya dek." Ibuku menarikku ke dalam meninggalkan Adit yang duduk di ruang tamu.

"Kamu tuh, yang sopan coba, udah baik temen kamu mau nolongin kamu."

"Apaan sih Ma." ucapku bingung.

"Kamu Mama maafin hari ini karena temen kamu, kamu lagi kenapa ga jujur sama Mama. Untung baik tuh temen kamu." ucapan Mama semakin tidak jelas.

"Mama ngomong apa sih."

"Udah, kamu ganti baju abis itu kamu mulai belajarnya sama dia, mama juga males ke sekolah kamu."

Hah??? Aku semakin bingung.

"Lo ngomong apa sih sama nyokap gue?" aku menghampiri Adit setelah berganti pakaian.

"Lo dimarahin guru." jawabnya se-enteng kapas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Good Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang