RAHWANA YANG AGUNG

28 15 0
                                    


Walau bagaimana pun Prabu Dasamuka atau Raja Rahwana adalah seorang Raja besar yang Agung bagi kaumnya. beliau begitu di hormati, beliau adalah Raja bagi rakyat Alengka.

Prabu Rama adalah pemeran utama dalam kisah ini tetapi Raja Rahwana juga mengambil peran yang sangat besar dalam kisah Ramayana. beliau mengambil jalan yang telah ditakdirkan kepadanya agar kemasyuran Ramayana abadi dari jaman ke jaman. PEran dan tanggung jawab besar itu diambil oleh Prabu Dasamuka agar tatanan dunia berjalan dengan semestinya. 


"Wahai tuanku yang agung. Baginda Prabu Dasamuka. Yang Mulia Raja Alengka, yang konon katanya baginda adalah raja gagah perkasa penguasa negeri, dan tak terkalahkan itu. Apa sebab baginda merencanakan siasat seperti seorang kesatria yang tidak percaya akan kemampuan dan kehebatan yang mulia sendiri?" Penasehat dan abdi kerajaan setengah mati meyakinkan Raja Alengka yang sedang kasmaran dan di mabuk cinta buta kepada seorang perempuan yang sudah bersuami itu.

"jangan begitu merendahkan diri dengan memilih mengatur siasat menculik wahai Paduka yang Mulia. Jika Baginda mau saya bisa kerahkan seratus ribu pasukan raksasa untuk mengepung Rama kemudian merampas Dewi Sita untuk paduka yang mulia." ucap sang penasehat itu lagi.

Dari seratus ribu pasukan itu ada Barisan pasukan Infanteri yang sudah siap dengan senjata pedang dan prisai sedang berbaris gagah di lapangan kerajaan Alengka.

"Lihatlah yang mulia Paduka Raja, pasukan infanteri tinggal menunggu perintah yang mulia." Penasehat Raja itu sudah tak sabar mendengar titah sang raja, dan juga perintah kepada pasukannya yang sudah siap sedia itu.

"Dan, jika sekarang paduka berkenan lihatlah ke arah kiri baginda. Pasukan kavaleri Tuan Paduka juga sudah siap. Lihatlah kuda-kuda kesayangan yang Mulia. Mereka siap menerkam musuh Yang Mulia." Semangat para penasehat raja dan para pepatihnya sudah berada di ubun-ubun ketika melihat para pasukan Infanteri dan Kavaleri sang raja yang sudah siap mendobrak pintu istana Alengka.

Tetapi raja yang terkenal akan kebengisannya itu hanya diam. Seperti sedang memikirkan sesuatu hal, yang entah apa itu.

Tak ada yang dapat mengerti jalan pikiran raja itu kini. Biasanya, tak ada kata menunda jika sudah menyangkut kekuasan, perang, dan wanita. Tak perlu menunggu lama untuk mendengar titah raja itu. Tetapi kali ini sang raja hanya diam, meskipun para abdinya sudah memanas-manasi sang raja untuk segera mengambil keputusan mengerahkan semua pasukan kerajaan untuk merebut Dewi Sita dari Rama.

"Diamlah kalian sebentar. Aku tau kalau kalian itu pasukan hebat di medan perang. Tapi kali ini aku merasa tak perlu mengerahkan pasukanku, Paman." Semua orang yang hadir di balai pendopo itu tiba-tiba tersentak kaget mendengar kata-kata sang raja mereka. Kenapa tiba-tiba raja itu tampak lemah menghadapi seorang perempuan.

Banyak pertanyaan yang keluar dari pikiran mereka yang masih kaget setengah mati dengan kata-kata sang raja.

"Sejak kapan yang mulia? sejak kapan yang mulia lemah begini?" hanya penasehat Raja yang berani berbicara, sedangkan yang lainnya hanya bertanya-tanya dalam hati mereka dan tak dapat memahaminya sendiri.

Paman penasehat itu sudah sejak lama ikut sang Raja, dia tau kapasitasnya sebagai penasehat raja dan tau kapan raja itu sedang murka dan kapan raja itu sedang bersedih.

"Diamlah penasehat!. Ikuti saja perintahku." Tak ada yang berani melawan perintah sang raja itu sekarang. Tak ada satupun dari mereka yang berani begeming untuk membantahnya.

"Sekarang dengarlah kalian semua. Dengarlah titahku ini. Bahwa tak ada dari kalianpun yang akan berangkat berperang merebut Sita untukku. Aku akan tetap menculik Sita dari Rama." Rajanya telah memberi perintah, dan tak ada satupun yang boleh menentangnya.

SEPASANG GERIMISWhere stories live. Discover now